Rawan Konflik dan Bencana, Dokter di Papua Dilatih Penanganan Cedera Akut
Para dokter di rumah sakit maupun puskesmas di Papua dan Papua Barat dibekali dengan pelatihan kasus trauma akut akibat cedera. Hal ini mencegah angka kematian dan kecacatan karena penanganan yang tidak optimal.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 36 dokter dari Papua dan Papua Barat mengikuti pelatihan penanganan pasien kasus trauma atau cedera. Pelatihan ini dilatarbelakangi tingginya kejadian trauma akibat konflik dan bencana alam.
Pada Minggu (5/9/2021), para pesertanya mengikuti pelatihan advanced trauma life support (ATLS) di Rumah Sakit Umum Daerah Dok II Jayapura. Mereka adalah dokter umum rumah sakit dan puskesmas di Papua dan Papua Barat. Sesi tatap muka ini berlangsung Sabtu-Minggu. Sebelumnya, para peserta mengikuti pelatihan daring pada 28-29 Agustus 2021.
Dalam pelatihan ATLS, dokter belajar banyak hal. Materinya seperti pemeriksaan pernapasan pasien, jalur napas, tekanan darah, kemampuan berkomunikasi, dan pencegahan hipotermia.
”Sebanyak sembilan instruktur mengajarkan 10 materi. Tujuannya, mengetahui penanganan kasus trauma yang tepat sehingga mencegah kematian dan menurun potensi terjadinya kecacatan,” papar Ketua Ikatan Ahli Bedah Indonesia Wilayah Papua dokter Donald Aronggear di Rumah Sakit Dok II Jayapura.
Donald, juga salah satu instruktur pelatihan, mengatakan, kasus trauma baik akibat kecelakaan, konflik keamanan, dan bencana banyak ditangani di Papua serta Papua Barat. Karena itu, para dokter yang bertugas di garda terdepan penanganan kasus yang darurat harus dibekali dengan pengetahuan ATLS.
”Kemampuan ini wajib dimiliki dokter di unit rawat darurat rumah sakit maupun puskesmas. Kondisi geografis Papua yang begitu luas tidak memungkinkan pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai dalam waktu cepat,” ungkap Donald.
Ia menambahkan, pelatihan ATLS di Rumah Sakit Dok II telah terlaksana sejak tahun 2010 lalu. Sekitar 400 dokter yang sudah mengikuti pelatihan ATLS selama 11 tahun terakhir. Sejauh ini, hasilnya sangat bermanfaat menjaga kualitas pelayanan kesehatan di Papua.
”Pelatihan ini dilakukan juga untuk mengatasi masalah minimnya tenaga ahli bedah di kawasan timur Indonesia. Hanya terdapat sekitar 60 dokter spesialis bedah di Papua, Papua Barat dan Maluku, " tambahnya.
Pelayanan UGD
Wakil Direktur Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Dok II Jayapura dr Gamael Eldorando Enumbi mengatakan, selalu siap melaksanakan pelatihan ATLS bagi dokter di Papua ataupun Papua Barat. Sebab, Rumah Sakit Dok II memiliki fasilitas lengkap dan instruktur materi yang berstandar internasional.
”Kami berharap para dokter yang mengikuti pelatihan ATLS dapat meningkatkan kemampuan serta memperoleh kompetensi penanganan kasus trauma akut,” kata Gamael.
Markus Kondo, peserta dari RSUD Kabupaten Boven Digoel, menilai pelatihan ATLS sangat berguna bagi dokter umum di UGD. Penanganan yang tepat di awal pemeriksaan bisa menentukan masa depan pasien.
”Kami mendapatkan materi teori dan praktik yang sangat lengkap untuk penanganan kasus trauma akibat cedera. Hal ini menjadi pengetahuan yang sangat bermanfaat menyelamatkan pasien yang membutuhkan pelayanan bersifat darurat,” tutur Markus.