Januari hingga Juni 2021 terjadi sebanyak 66 kali banjir dengan kerugian mencapai Rp 17 miliar. Adapun pada 2020 bencana alam memicu kerugian mencapai Rp 291 miliar.
Oleh
Zulkarnaini
·2 menit baca
IDI RAYEUK, KOMPAS — Sebanyak 267 rumah di Kecamatan Indra Makmur, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, direndam banjir setinggi 30-50 sentimeter, Selasa (24/8/2021). Bencana alam memicu kerugian hingga ratusan miliar rupiah di Aceh setiap tahunnya. Namun, kesadaran banyak pihak menjaga kelestarian alam masih minim.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Ilyas menuturkan, banjir mulai menggenangi permukiman warga pada pukul 04.00. Banjir dipicu luapan Sungai Julok setelah hujan deras seharian.
Lima desa di sepanjang sungai itu tergenang. Desa itu adalah Jambo Lubok, Julok Rayeuk Utara, Pelita Sagop, Julok Rayeuk Selatan, dan Alue Ie Mirah. Jalan antardesa juga tidak bisa dilalui kendaraan roda dua.
”Sebanyak 1.155 warga terdampak banjir. Namun, belum ada yang mengungsi,” kata Ilyas.
Banjir genangan semakin sering terjadi akibat beragam hal. Salah satu pemicu utamanya adalah kerusakan daerah aliran sungai.
Ilyas menuturkan, sungai-sungai banyak yang mengalami sedimentasi dari lumpur dan batang kayu. Deforestasi di hulu membuat daya serap tanah melemah dan mempercepat limpasan air ke sungai.
”Kesadaran warga menjaga lingkungan juga masih rendah. Sampah masih banyak dibuang ke sungai,” ujar Ilyas.
Bencana alam terus terjadi di Aceh setiap tahunnya. Data BPBA tahun 2019 menyebutkan, terjadi 797 kejadian dengan kerugian Rp 168 miliar.
Pada 2020, bencana alam memicu kerugian mencapai Rp 291 miliar. Kala itu, 140.953 jiwa terdampak dan 51.958 orang di antaranya mengungsi akibat banjir, bahkan 18 orang tercatat meninggal.
Tahun ini, banjir kembali mengancam. Catatan BPBA, pada Januari-Juni 2021, terjadi 66 kejadian dengan kerugian Rp 17 miliar.
Dosen Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah, Teuku Muhammad Zulfikar, mengatakan, selain karena faktor cuaca, bencana juga dipicu kerusakan lingkungan. Kerusakan hutan, turunnya kualitas sungai, dan tata kelola kawasan yang keliru menyebabkan bencana semakin sering terjadi.
Di sini lain, kesiapan infrastruktur mitigasi bencana masih buruk. Misalnya, kata dia, ketersediaan saluran air di perkotaan masih buruk sehingga saat sungai meluap drainase tidak mampu menampung limpahan air.
Koordinator Data dan Informasi Badan Metereologi Klimatologi dan Kelas I Sultan Iskandar Muda Zakaria Ahmad mengatakan, dari prakiraan cuaca berbasis dampak, Aceh Timur, Aceh Utara, Gayo Lues masuk kategori satu dengan potensi hujan intensitas tinggi.
”Masyarakat harus selalu terhadap potensi bencana hidrometeorologi,” kata Zakaria.