Sidoarjo Butuh Pasokan Vaksin untuk Industri Berorientasi Ekspor
Sidoarjo optimistis segera keluar dari zona merah peta epidemi Covid-19 karena sejumlah indikator membaik. Sebagai jantung industri Jatim, salah satu tantangan yang dihadapi adalah tingginya permintaan vaksin karyawan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kabupaten Sidoarjo optimistis segera keluar dari zona merah peta epidemi risiko penularan Covid-19 karena sejumlah indikator menunjukkan perbaikan. Sebagai jantung industri Jatim, salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah tingginya kebutuhan vaksin, terutama untuk mendukung pemulihan sektor industri yang berorientasi ekspor.
Berdasarkan data Gugus Tugas Covid-19 Nasional, Sidoarjo masih berada di zona merah bersama dengan 15 kota dan kabupaten lain di Jatim. Sidoarjo menjadi satu-satunya daerah di Surabaya Raya yang masih memiliki risiko tinggi penularan Covid-19. Dua daerah lain, Surabaya dan Gresik, lebih dulu keluar dari zona merah dan saat ini berada di zona oranye.
Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, secara kumulatif, jumlah terkonfirmasi positif Covid-19 sampai dengan Minggu (22/8/2021) sebanyak 23.995 kasus, dengan kesembuhan 21.729 kasus dan kematian sebanyak 916 kasus. Jumlah kasus aktif tercatat 1.350 kasus, turun dari sehari sebelumnya 1.456 kasus.
Penambahan kasus baru secara harian 59 kasus. Jumlah penambahan kasus baru itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pasien terkonfirmasi positif yang dinyatakan sembuh sebanyak 164 kasus. Kondisi ini membaik dibandingkan sehari sebelumnya ketika penambahan kasus harian mencapai 104 kasus dan penambahan pasien sembuh 132 kasus.
Seiring menurunnya penambahan kasus baru, tingkat keterisian tempat tidur (BOR) ruang perawatan Covid-19 juga berangsur melandai. Dari 1.087 tempat tidur pasien isolasi yang disediakan, yang terpakai hanya 322 tempat tidur atau sekitar 29 persen.
Kondisi serupa juga terjadi pada ruang perawatan intensif. Dari 176 tempat tidur yang disediakan, yang terisi hanya 88 tempat tidur atau sekitar 50 persennya. Sebulan lalu, BOR isolasi ataupun intensif di Sidoarjo keterisiannya mencapai lebih dari 90 persen, bahkan sempat menjadi yang tertinggi di Jatim.
”Salah satu pekerjaan rumah Sidoarjo dalam penanganan pandemi, tingkat pengetesan dan pelacakan kontak erat yang dinilai kurang. Namun, hal itu sudah diperbaiki meskipun belum menyentuh standar ideal,” ujar Syaf Satriawarman.
Saat ini, Sidoarjo mampu melacak kontak erat pasien terkonfirmasi positif sebanyak 12 orang pada setiap kasus baru. Sebelumnya, pelacakan kontak erat hanya sampai 7 orang pada setiap kasus baru. Pengetesan Covid-19 dalam upaya mendeteksi sebaran penyakit sudah mencapai standar yang ditetapkan.
Salah satu pekerjaan rumah Sidoarjo dalam penanganan pandemi, tingkat pengetesan dan pelacakan kontak erat yang dinilai kurang. Namun, hal itu sudah diperbaiki meskipun belum menyentuh standar ideal.
Di sisi lain, Kepala Polresta Sidoarjo Komisaris Besar Kusumo Wahyu Bintoro mengatakan untuk memutus rantai sebaran Covid-19, terutama mencegah munculnya kluster keluarga, penjemputan pasien isolasi mandiri di rumah terus digencarkan. Setiap hari tim penjemputan bergerak ke desa-desa.
Pemindahan pasien isoman ke tempat isolasi terpadu juga agar mereka mendapatkan penanganan optimal sehingga tingkat kesembuhan tinggi. Kebijakan ini diambil untuk kebaikan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan juga humanis agar tak memicu konflik.
”Sidoarjo memiliki sembilan tempat isolasi terpadu dengan kapasitas 554 tempat tidur. Fasilitasnya lengkap, seperti obat-obatan, oksigen medis, dan tenaga kesehatan yang berjaga penuh,” ucap Kusumo.
Dengan capaian kinerja penanganan Covid-19 yang membaik, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali optimistis daerahnya segera keluar dari zona merah peta sebaran penyakit. Seiring membaiknya penanganan pandemi, sejumlah aktivitas ekonomi akan dibuka secara bertahap.
Kementerian Perindustrian mengizinkan industri esensial beroperasi dengan kapasitas 100 persen. Untuk mencegah munculnya kluster sebaran Covid-19 di sektor industri, perlindungan terhadap pekerja diperlukan, salah satunya melalui vaksinasi. Setidaknya, seluruh karyawan industri harus sudah tervaksin Covid-19.
”Pemkab Sidoarjo tengah mendata jumlah industri esensial yang mendapat pelonggaran berupa diizinkan penuh beroperasi dengan kapasitas 100 persen di tengah masa pengetatan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat,” kata Muhdlor.
Dari jumlah industri tersebut, didata lebih rinci jumlah karyawan yang sudah tervaksin dan belum divaksin Covid-19. Pemda ingin mengetahui data rinci kebutuhan vaksin untuk karyawan di sektor industri esensial ini. Setelah itu akan dicarikan jalan keluar bersama karena stok vaksin saat ini sangat terbatas.
Sebagai sentra industri di Jatim, Sidoarjo berharap menerima pasokan vaksin Covid-19 dalam jumlah lebih banyak. Muhdlor mengakui kebutuhan vaksin sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum, pelajar, dan sekarang ditambah dengan karyawan di sektor industri esensial.
Berdasarkan data Gugus Tugas Covid-19 Jatim, penyuntikan vaksin dosis pertama di Sidoarjo telah mencapai 564.732 dosis atau sebesar 34,98 dari target yang ditetapkan sebanyak 1,7 juta orang. Sementara itu, realisasi vaksinasi dosis kedua mencapai 333.043 dosis atau sebesar 20,63 persen dari target yang ditetapkan.