Perusahaan Induk Lepas Saham, Bisnis Kredivo Akan Dipacu
Keputusan perusahaan teknologi finansial Indonesia melakukan penawaran umum saham perdana di bursa saham Amerika Serikat diharapkan bisa memperbesar skala bisnis dan perolehan modal.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan teknologi finansial FinAccel Pte Ltd dengan salah satu produknya bernama Kredivo, akan melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO di bursa saham Nasdaq pada triwulan I-2022. FinAccel Pte Ltd, telah mulai memproses penggabungan bisnis dengan perusahaan akuisisi khusus atau SPAC bernama Victory Park Capital Impact Acquisition Holdings II guna memuluskan langkah Kredivo itu.
Valuasi FinAccel Pte Ltd (FinAccel) sekarang ditaksir telah mencapai 2,5 miliar dollar AS. Dengan valuasi ini, bisa dikatakan FinAccel merupakan unicorn atau perusahaan rintisan bidang teknologi yang memiliki valuasi satu miliar dollar AS lebih.
Co-Founder dan CEO FinAccel Pte Ltd Akshay Garg dalam wawancara terbatas dengan media nasional, Selasa (3/8/2021) pagi, di Jakarta, mengklaim, IPO yang akan FinAccel lakukan bakal berdampak besar bagi Kredivo, anak usaha FinAccel di Indonesia yang bergerak di layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi dengan segmen pasar Indonesia yang pertama kali yang melantai di Nasdaq. Bursa saham Nasdaq dipilih karena memiliki performa positif bagi sejumlah perusahaan teknologi yang telah jadi perusahaan publik.
”Kami telah mengirim pemberitahuan ke otoritas bursa saham di Amerika Serikat. Kami harap empat sampai delapan bulan dari sekarang, atau triwulan I-2022, kami sudah bisa melakukan IPO. Apa yang kami lakukan ini bertujuan memperbesar skala bisnis Kredivo,” ujarnya.
Valuasi FinAccel sekarang ditaksir telah mencapai 2,5 miliar dollar AS. Dengan valuasi ini, bisa dikatakan FinAccel merupakan unicorn atau perusahaan rintisan bidang teknologi yang memiliki valuasi satu miliar dollar AS lebih.
Keputusan IPO didahului dengan adanya suntikan investasi berwujud kumpulan dana dari investor (private investment in public equity/PIPE) sebesar 120 juta dollar AS yang dipimpin oleh Marshall Wace, Corbin Capital, SV Investment, Palantir Technologies, Maso Capital, dan Victory Park Capital (VPC). Kemudian, NAVER dan Square Peg menambahkan komitmen ekuitas sebesar 55 juta dollar AS.
Selain berpengaruh terhadap valuasi perusahaan, suntikan investasi tersebut mampu menambahkan pendapatan kotor FinAccel menjadi 430 juta dollar AS.
VPC merupakan firma investasi berskala global yang berkantor pusat di Chicago, Amerika Serikat. VPC dikenal punya rekam jejak mengelola transaksi pembiayaan modal ataupun ekuitas dengan beberapa perusahaan rintisan bidang teknologi finansial.
Pada Juli tahun 2020, VPC telah menjadi pemberi dana sebesar 100 juta dollar AS kepada Kredivo. Lalu, Juni 2021, VPC menambahkan 100 juta dollar AS.
Sebagai penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi, di Indonesia, Kredivo fokus melayani permintaan kredit instan bagi warga yang berbelanja barang/jasa di platform perdagangan secara elektronik atau e-dagang dan luring. Secara khusus, di e-dagang, Kredivo telah mendukung 50 persen dari total penyedia platform e-dagang nasional.
Keunikan Kredivo terletak pada pemanfaatan kecerdasan buatan untuk pengambilan keputusan pemberian kredit sejak awal berdiri. Total pengguna Kredivo sekarang telah mencapai empat juta orang.
Akshay mengatakan, prospek jangka panjang layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi dengan model bisnis seperti Kredivo akan tetap menjanjikan. Sebab, di Indonesia, penetrasi pengguna kartu kredit perbankan baru mencapai 10 persen. Itupun hanya menyentuh warga dari kelompok kelas menengah atas.
”Kami punya rencana lebih jauh ingin memperbesar jangkauan pasar Kredivo, bukan hanya di indonesia. Juga Vietnam dan Thailand, misalnya,” kata dia lagi.
Vice Marketing and Communications PT FinAccel Finance Indonesia (Kredivo) Indina Andamari mengatakan, selain kredit untuk kebutuhan konsumsi, Kredivo juga melayani permintaan utang untuk membiayai keperluan produktif. Selama masa pandemi Covid-19, kedua segmen pembiayaan yang dilayani Kredivo banyak peminat.
Ketua Bidang Hubungan Masyarakat Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Andi Taufan Garuda, secara terpisah, mengatakan, industri keuangan, khususnya layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi, memiliki prospek ke depan yang sangat menjanjikan. Di Indonesia, kelompok masyarakat yang belum terlayani perbankan (unbanked) dan kelompok masyarakat yang sudah terlayani bank, tetapi tidak maksimal (underserved), masih besar.
Sepanjang pandemi Covid-19, dia menyampaikan, permintaan kredit untuk membiayai UMKM kesehatan, logistik bahan kebutuhan dasar, e-dagang dan pendukungnya, serta makanan dalam kemasan cenderung naik. Permintaan layanan utang dengan konsep bayar kemudian, seperti yang dipopulerkan Kredivo, juga meningkat.
Pada saat perbankan lebih konservatif menyalurkan pendanaan, penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi mengambil risiko lebih besar untuk mendorong roda ekonomi terus berputar.
”Pada saat perbankan lebih konservatif menyalurkan pendanaan, penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi mengambil risiko lebih besar untuk mendorong roda ekonomi terus berputar. Meski ada sejumlah debitor gagal bayar, itu masih masuk di kategori wajar dan diterima. Data terakhir dari OJK per Mei 2021 menunjukkan, Tingkat Keberhasilan Bayar 90 hari (TKB90) masih mencapai 98,46 persen,” kata Andi.
Head of Strategic Investment Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) Nazier Muhammad, secara terpisah, mengatakan, PT FinAccel Finance Indonesia dengan produknya Kredivo merupakan salah satu portofolio investasi TMI sejak 2019. Pertumbuhan Kredivo dinilai positif, apalagi pengguna layanan tergolong aktif.
”Kami menantikan ekosistem layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi untuk terus berkembang dan memberikan inovasi berkelanjutan,” ujarnya.
Menurut dia, dengan IPO, FinAccel bisa mendiversifikasi tipe investor mereka. Saat bersamaan, perusahaan mampu mengakses modal lebih besar dengan lebih cepat.
Dengan kata lain, IPO akan memberikan FinAccel bahan bakar lebih banyak untuk mengakuisisi pengguna dan menambah produk baru. Di sisi lain, IPO memuluskan langkah mereka memperkuat pasar layanan teknologi finansial di Asia Tenggara.