Kementerian/lembaga diharapkan memiliki strategi kebijakan pemulihan pariwisata yang terintegrasi dan fokus.
Oleh
Mediana
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laju penurunan kunjungan wisatawan mancanegara tidak terhindarkan di tengah pandemi Covid-19 yang berlanjut. Pemerintah diharapkan segera memfokuskan ulang kebijakan pariwisata agar bisa mengoptimalkan kunjungan wisatawan lokal.
”Indonesia mungkin hanya bisa menahan agar penurunan kunjungan wisatawan mancanegara tidak mendalam atau secara grafik pergerakan jadi datar sampai stabil di jumlah tertentu. Sebab, pandemi Covid-19 masih terjadi dan penanganan di Indonesia dianggap belum optimal,” ujar Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Azril Azahari, Senin (2/8/2021), di Jakarta.
Tiap-tiap kementerian/lembaga di Indonesia memiliki anggaran untuk pengembangan pariwisata. Dia berpendapat, anggaran tersebut sebaiknya difokuskan ke desa wisata.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), misalnya, bisa menyelenggarakan program magang bagi mahasiswa sarjana atau diploma empat agar magang di desa wisata. Selama enam bulan itu, mahasiswa dapat membantu sebagai fasilitator tata kelola desa wisata. Kementerian akan membiayai akomodasi mahasiswa.
”Klasifikasi perkembangan desa wisata terdiri dari rintisan, berkembang, maju, dan mandiri. Dengan kolaborasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif -Kemendikbud Ristek, minimal desa yang punya potensi wisata dapat berkembang sebagai desa wisata rintisan,” katanya.
Sebagai sebuah destinasi, desa wisata dapat jadi tujuan kunjungan warga dari desa sekitar atau kelurahan dan kota luar. Meski durasi berkunjung ke desa wisata masih cenderung pendek, Azril mengatakan bahwa hal itu tetap dapat mendatangkan pemasukan.
Dia menambahkan, pemulihan industri pariwisata di Indonesia tidak mungkin terjadi tahun depan. Prediksinya, pemulihan berangsur-angsur terjadi dua tahun mendatang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada Juni 2021 mencapai 140.900 kunjungan. Jumlah ini menurun 10,04 persen dibandingkan dengan Juni 2020, yaitu 156.600 kunjungan. Jika dibandingkan dengan keadaan Mei 2021, jumlah kunjungan wisman pada Juni 2021 juga menurun 7,71 persen.
Secara kumulatif Januari-Juni 2021, jumlah kunjungan wisman mencapai 802.380 kunjungan atau turun 74,33 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 yang 3,13 juta kunjungan. Dari sisi asal negara, jumlah kunjungan wisman pada Juni 2021 berasal dari Timor Leste (54,6 persen), Malaysia (26,9 persen), China (4,7 persen), dan negara lain (13,8 persen).
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, data kunjungan wisman berasal dari perhitungan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Mereka yang datang memiliki tujuan khusus, bisnis, dan misi pendidikan/kesehatan.
”Selama masih ada pelarangan pariwisata dari sejumlah negara karena pandemi Covid-19, penurunan kunjungan wisman masih akan terjadi. Kunjungan wisman bisa pulih atau seperti kondisi normal sebelum pandemi Covid-19 jika sudah ada pencabutan pelarangan,” katanya.
Selama masih ada pelarangan pariwisata dari sejumlah negara karena pandemi Covid-19, penurunan kunjungan wisman masih akan terjadi.
Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Juni 2021 rata-rata mencapai 38,55 persen atau naik 18,85 poin dibandingkan dengan TPK Juni 2020 yang tercatat 19,70 persen. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Mei 2021, TPK Juni 2021 meningkat 6,58 poin.
Meski demikian, kata Margo, pencapaian tersebut belum mampu menyamai saat kondisi normal. Dalam kondisi normal, TPK hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Juni bisa menembus di atas 50 persen. Juni biasanya menjadi musim berlibur.
Begitu pula dengan pencapaian performa penerbangan domestik ataupun internasional. Menurut dia, pada Juni 2021, penerbangan domestik mengangkut 3,52 juta orang atau naik 44,35 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan naik 468,7 persen dibandingkan dengan Juni 2020. Dalam kondisi normal, misalnya Juni 2019, penerbangan domestik bisa mengangkut 7,03 juta orang.
Pada Juni 2021, penerbangan internasional mengangkut 60.000 orang atau naik 27,03 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan Juni 2020, penerbangan internasional pada Juni 2021 mengalami peningkatan 246,01 persen. Dalam kondisi normal Juni 2019, penerbangan internasional bisa membawa 1,57 juta orang.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, saat temu media, menjelaskan, program pemulihan ekonomi nasional di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dengan pagu anggaran Rp 2,4 triliun akan cair dalam berbagai wujud, antara lain sertifikasi kebersihan, kesehatan, dan lingkungan berkelanjutan (CHSE) bagi usaha pariwisata, bantuan ke sektor film, dukungan akomodasi hotel untuk tenaga kesehatan, serta bantuan pemerintah untuk usaha pariwisata.
Mengenai dana pemulihan ekonomi yang belum bisa cair akhir Juli 2021, dia mengklaim hal itu berkaitan dengan dinamika penyiapan program. Dia mencontohkan dukungan akomodasi hotel untuk tenaga kesehatan yang suratnya sudah kementerian ajukan dan kini dalam tahap finalisasi.
Jika sudah disetujui oleh Komite Pemulihan Ekonomi Nasional, kementerian akan menunggu pengajuan dari tiap-tiap rumah sakit yang sudah bekerja sama dengan hotel. Kemudian, kementerian akan memberikan pendanaan.
”Begitu juga dengan bantuan pemerintah untuk usaha pariwisata (BPUP) yang tahun lalu dijalankan dalam konsep dana hibah, tetapi tahun ini kami diarahkan untuk memberikan bantuan itu ke usaha-usaha agar tidak melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) karyawan. Ini sudah didata dari pemerintah daerah,” ujar Sandiaga.
Menurut dia, pemerintah tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur di lima destinasi superprioritas beserta kalender kegiatanNusantara. Dia optimistis masih ada subsektor pariwisata dan ekonomi kreatif, bahkan di destinasi superprioritas yang bertumbuh selama pandemi Covid-19.
Selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4, kata Sandiaga, pihaknya tetap menggelar promosi tentang kekayaan destinasi pariwisata dan potensi ekonomi kreatif Indonesia. Hanya saja, segala promosi itu dilakukan secara daring. Misalnya, Tokyo Game Show 2021 dan Indonesia Spice Up the World.