Kinerja keuangan emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia selama semester I-2021 cenderung membaik. Ada emiten yang berhasil membalikkan kerugian menjadi keuntungan, tetapi masih ada yang merugi.
Oleh
joice tauris santi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kinerja keuangan emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia selama semester I-2021 cenderung membaik. Ada emiten yang berhasil membalikkan kerugian menjadi keuntungan, tetapi masih ada yang merugi. Sejumlah emiten juga melakukan aksi korporasi untuk menambah modal.
Para investor menantikan laporan keuangan per semester I-2021 untuk mengecek apakah kinerja perusahaan sejalan dengan perkiraan para analis sebelumnya.
Menurut Caroline Rusli, Senior Portfolio Manager Equity Manulife Asset Management, sejauh ini pasar modal Indonesia menunjukkan kinerja yang cukup terjaga, tecermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cukup stabil.
”Koreksi yang terjadi pada saham big caps—seperti ditunjukkan pada kinerja LQ45—diimbangi oleh kenaikan beberapa saham mid small cap yang didorong oleh tema spesifik. Ekspektasi negatif di beberapa saham sepertinya mulai priced-in sehingga kami melihat koreksi ini tampaknya tidak akan berlanjut terlalu panjang,” katanya.
Emiten yang berhasil membukukan kinerja baik, antara lain, adalah produsen petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yang berhasil membalikkan kerugian menjadi keuntungan di semester pertama 2021. Chandra Asri mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,38 triliun dibandingkan dengan kerugian bersih sebesar Rp 582 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan, Jumat (30/7/2021), pendapatan Chandra Asri naik 50 persen menjadi 1,26 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 18,27 triliun. Pada periode sama tahun lalu, pendapatan tercatat sebesar Rp 12,17 triliun. Pendapatan itu ditopang dari penjualan produk polyolefin di pasar lokal sebesar Rp 10,46 triliun. Di pasar ekspor, penjualan polyolefin justru turun menjadi Rp 1,49 triliun.
Selain membukukan kinerja yang baik, Chandra Asri juga akan mendapatkan dana investasi hingga Rp 24,57 triliun dari Thai Oil Public Company Limited (Thaioil), perusahaan pengilangan yang merupakan bagian dari PTT Public Company Limited (PTT).
Thaioil akan menjadi investor strategis bagi Chandra Asri. Masuknya investor baru ini akan melewati proses penawaran umum terbatas atau right issue. Izin untuk melakukan right issue baru akan diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan. Thailoil akan menjadi pembeli siaga dalam penerbitan right issue ini. Dana ini akan digunakan untuk pengembangan dan pembangunan kompleks petrokimia terintegrasi kedua Chandra Asri.
Selain Chandra Asri, PT Krakatau Steel Tbk juga ingin meningkatkan modal kerja dan berencana menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK) seri B yang akan dikonversi dengan saham melalui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dulu atau private placement.
Dari keterbukaan informasi yang disampaikan PT KS, OWK seri B akan diterbitkan sebanyaknya Rp 800 miliar. Obligasi ini akan dikonversikan menjadi saham baru. Dana yang didapatkan akan digunakan untuk meningkatkan likuditas dan solvabilitas, antara lain untuk modal kerja pembelian slab.
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo menyebutkan, penghimpunan dana di pasar modal hingga 27 Juli 2021 telah mencapai nilai Rp 116,6 triliun atau meningkat 211 persen dari periode yang sama tahun lalu dengan 27 emiten baru yang melakukan penawaran saham perdana (initial public offering-IPO).
Selain itu, masih terdapat penawaran umum yang dalam proses dari 86 emiten dengan nilai nominal sebesar Rp 54,2 triliun. Penggalangan dana ini belum termasuk rencana right issue para emiten pada paruh kedua tahun ini. Selain right issue besar yang dilakukan Chandra Asri, ada bank-bank yang juga melakukan right issue dalam jumlah besar, seperti BBRI dan Bank Permata.
Perbankan
Sementara itu, kinerja keuangan semester I-2021 sejumlah emiten perbankan juga membaik. PT Bank Mega Tbk, misalnya, mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 32 persen menjadi Rp 1,56 triliun dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,18 triliun.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib menjelaskan, pertumbuhan laba tersebut dikontribusikan oleh pendapatan bunga bersih yang naik sebesar 23 persen menjadi Rp 2,4 triliun. Pada periode sama tahun sebelumnya, pendapatan bunga bersih sebesar Rp 1,98 triliun.
Adapun PT Bank CIMB Niaga Tbk melaporkan perolehan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 2,1 triliun pada semester pertama 2021 ini, naik 22,2 persen dari periode sama tahun lalu. Pertumbuhan laba bersih tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan operasional sebesar 8,7 persen. Sementara biaya operasional tidak ada perubahan berarti sehingga rasio biaya terhadap pendapatan turun menjadi 45,1 persen. Di sisi lain, biaya pencadangan naik sebesar 5,1 persen.
”Meskipun memperoleh hasil yang menggembirakan pada semester I-2021, kami tetap berhati-hati di tengah meningkatnya kembali wabah CovidO-19,” kata Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M Siahaan.
Ritel
Sementara itu, seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, kinerja PT Hero Supermarket Tbk kurang menggembirakan sepanjang semester pertama 2021. Menurut laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia, pendapatan Hero turun 26 persen dari Rp 4,95 triliun menjadi Rp 3,66 triliun. Kerugiannya naik 170,08 persen dari Rp 202,07 miliar pada semester pertama tahun lalu menjadi Rp 550,88 miliar.
Presiden Direktur Hero Supermarket Patrik Lindvall menyebutkan, kerugian besar yang terjadi pada semester ini karena ada biaya sebesar Rp 537 miliar yang timbul terkait dengan dampak pandemi, juga restrukturisasi toko-toko Giant. Hero menghentikan operasional semua toko Giant yang dikelolanya.