Platform Tadex Ciptakan Bisnis Iklan Lebih ”Fair” bagi Media Massa Daring
Dewan Pers dan Task Force Media Sustainability bekerja sama dengan Telkom Group meluncurkan Tanah Air Digital Exchange atau Tadex, platform yang menghubungkan media massa sebagai penerbit dan pemasang iklan.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
Ketua Forum Pemred Kemal Effendi Gani, saat peluncuran Tanah Air Digital Exchange (Tadex), Selasa (29/6/2021), di Jakarta, mengatakan, arus deras digitalisasi memicu tumbuhnya media massa daring. Dampaknya, terjadi banjir informasi, disinformasi, hoaks, dan konten yang sebatas mengejar kuantitas pembaca. Situasi tersebut, jika dibiarkan, bisa menyebabkan ekosistem industri media massa menjadi tidak kondusif.
Bagi perusahaan yang beriklan di media massa, kondisi tersebut bisa berdampak pada kinerja bisnis karena iklan menjadi tidak efektif.
Tadex merupakan platform solusi periklanan yang terprogram. Tadex merupakan hasil kolaborasi Telkom Group (Telkomsel, Metranet, dan MD Media) bersama Dewan Pers dan Task Force Media Sustainability.
Kemal menganggap, Tadex sebagai langkah awal membangun ekosistem industri media di era digital yang sehat. Cara kerja sistem Tadex memungkinkan terkumpul data-data konsumen lebih sistematis. Iklan pun menjadi semakin terprogram.
Tadex sebagai langkah awal membangun ekosistem industri media di era digital yang sehat. Cara kerja sistem Tadex memungkinkan terkumpul data-data konsumen lebih sistematis. Iklan pun menjadi semakin terprogram.
”Pemilik merek bisa berkampanye iklan sesuai kebutuhan. Media massa yang berperan sebagai penerbit dapat menyasar iklan ke konsumen secara umum ataupun tersegmen,” kata Kemal.
Mekanisme itu mau tidak mau mendorong media massa di daerah ikut tumbuh. Mereka bisa menghasilkan konten informasi yang premium. Pemilik merek akhirnya mau beriklan ke mereka.
Senior Vice President Digital Advertising and Banking PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Ronny W Sugiadha mengatakan, Tadex mengakomodasi pemilik merek dan media massa sebagai penerbit. Media massa yang bisa bergabung harus telah terverifikasi dari Dewan Pers. Agensi iklan dan pengelola layanan pemesanan jasa angkutan berbasis aplikasi (ridehailing), dan pengelola media luar ruang pun dapat bergabung di sistem Tadex.
”Dengan sistem kerja seperti itu, kami optimistis upaya menarget konsumen lebih akurat sehingga baik pemilik merek maupun media massa bisa lebih mudah meningkatkan skala bisnis,” katanya.
Jumlah media massa yang terdaftar di sistem Tadex telah mencapai lebih dari 70 perusahaan. Format iklan yang ditawarkan sistem Tadex meliputi iklan televisi sampai mobile.
Dia menyebutkan, kemarin juga diluncurkan laman Tadex yang di dalamnya terdapat dashboard penerbit sehingga perusahaan media massa bisa cepat memantau pergerakan kinerja konten iklan beserta potensi pendapatan yang dapat diperoleh.
Sebagai negara dengan nilai ekonomi digital mencapai 44 miliar dollar AS pada 2020 dan diprediksi meningkat menjadi 124,1 miliar dollar AS pada 2025, dia memandang, hasil ekonomi sebesar itu seharusnya bisa dinikmati secara positif untuk Indonesia, termasuk media massa penerbit. Oleh karena itu, penyedia platform teknologi, media massa, dan pemilik merek sudah saatnya berkolaborasi.
Lokal
Head of Media Indonesia and SEAA Unilever Eka Sugiarto menjelaskan, periklanan digital merupakan salah satu mekanisme pemasaran yang dijalankan Unilever. Unilever telah mempunyai sistem periklanan yang terprogram. Sistem yang sama juga dimiliki agensi iklan mitra perusahaan.
Menurut dia, Unilever telah memiliki kebijakan pemasaran yang mengharuskan semua lini merek barang dekat dengan konsumen. Mahadata yang dihasilkan dari sistem pemasaran digital memungkinkan perusahaan bisa berinteraksi nyata dengan konsumen.
”Hasil pemetaan interaksi dengan konsumen membuat kami bisa memetakan pembentukan produk yang lebih baik. Kami juga punya semangat ingin memajukan penerbit lokal, seperti media massa lokal. Peran mereka ialah menyambungkan kedekatan kami dengan konsumen,” ujar Eka.