Kendati teknologi layanan seluler telah mencapai teknologi 4G dan 5G, ternyata layanan 3G tetap banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati teknologi layanan seluler telah mencapai teknologi 4G dan 5G, ternyata layanan 3G tetap banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Demikian hasil riset OpenSignal yang dilakukan pada 1 Februari-1 Mei 2021 dan dipublikasikan secara resmi, Kamis (3/6/2021). OpenSignal adalah perusahaan analis layanan telekomunikasi yang berkantor pusat di London, Inggris.
Hasil riset OpenSignal menemukan, sekitar 67,5 persen pelanggan layanan telekomunikasi yang memakai 3G sebenarnya punya ponsel pintar berkemampuan 4G LTE. Kelompok pelanggan ini juga berada di area yang terjangkau sinyal 4G LTE.
Analis Data OpenSignal Hardik Khatri mengatakan, ada kemungkinan sebagian besar di antara mereka tidak sadar keuntungan 4G LTE atau enggan meningkatkan konsumsi layanan data dari 3G ke 4G LTE.
Temuan lainnya, sekitar 16,8 persen pelanggan layanan telekomunikasi yang menggunakan 3G tidak mempunyai gawai berkemampuan 4G meskipun mereka berada di wilayah yang terjangkau sinyal 4G. Dugaannya, kelompok pelanggan ini berpendapatan rendah yang tetap tidak mampu membeli gawai 4G meski harganya sudah semakin rendah.
”Dugaan kami juga, kelompok pelanggan tersebut punya tingkat literasi digital yang terbatas, seperti kurang pemahaman tentang perbedaan gawai berkemampuan 3G dan 4G,” ujar Hardik.
Ada pula temuan sekitar 10,9 persen pelanggan layanan telekomunikasi yang menggunakan 3G sebenarnya memiliki gawai 4G, tetapi area tempat tinggal mereka tidak terjangkau 4G.
Menurut Hardik, operator telekomunikasi seluler sekarang terus menggelar layanan komersial 4G dan berhadapan dengan tuntutan di era 5G. Operator akan memperoleh manfaat jika terjadi migrasi dari layanan 3G ke 4G dan memperbarui pemakaian spektrum frekuensi 2G atau 3G untuk 4G. Manfaat yang dimaksud adalah operator bisa mempercepat pemerataan pembangunan infrastruktur jaringan 4G dan mulai masuk ke teknologi akses seluler 5G.
Teknologi 3G pertama kali digunakan di Indonesia pada 2005. Pada saat itu, operator telekomunikasi seluler Telkomsel berhasil melakukan uji coba layanan 3G yang berbasis teknologi W-CDMA (Wideband-Code Division Multiple Access) di Jakarta. Setahun kemudian, yakni 2006, Telkomsel menjadi operator telekomunikasi seluler pertama yang melakukan komersial layanan 3G dan akhirnya diikuti operator lainnya.
Di Indonesia, uji coba layanan berteknologi akses seluler 4G LTE dimulai tahun 2013. Setahun kemudian, satu per satu operator telekomunikasi seluler nasional melakukan komersialisasi layanan 4G LTE. Pertengahan tahun 2015, lima operator telekomunikasi seluler—Telkomsel, XL Axiata, Indosat Ooredoo, Hutchison Tri Indonesia, dan Smartfren—meluncurkan secara serentak layanan komersial 4G LTE di spektrum frekuensi 1.800 MHz.
Group Head Corporate Communication PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) Tri Wahyuningsih, Jumat (4/6/2021), di Jakarta, mengatakan, sejak perusahaan meluncurkan layanan komersial 4G LTE, XL Axiata secara agresif mendorong pelanggan beralih menggunakan layanan 4G LTE. Secara teknologi, pemakaian 4G LTE dianggap lebih efisien dibandingkan dengan 3G.
”Kami juga secara bertahap melakukan konversi jaringan, yakni pemancar yang sebelumnya berteknologi 3G diganti menjadi 4G. Sejak triwulan IV-2020, kami mempercepat depresiasi layanan 3G,” ujarnya.
Menurut Tri, saat ini, lalu lintas konsumsi data layanan 3G melalui jaringan XL Axiata relatif kecil, sekitar 10 persen dari total lalu lintas konsumsi data.
Ketua Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) M Ridwan Effendi, secara terpisah, berpendapat, harga ponsel pintar yang mendukung layanan berteknologi akses seluler 4G relatif semakin terjangkau. Dengan demikian, jika operator telekomunikasi seluler mau memutus layanan 3G, hal itu tidak akan menjadi masalah. Warga dinilai mampu memperbarui ponsel pintar mereka.
Layanan komersial 3G beroperasi sejak 2006. Operator telekomunikasi seluler di Indonesia semestinya sudah menikmati pengembalian investasi. Jadi, apabila ada operator telekomunikasi seluler mau menghentikan layanan komersial 3G, dia memandang, semestinya tidak ada persoalan bagi operator bersangkutan.