Seusai Lebaran, Surat Utang Pemerintah Laris Manis
Lelang tujuh seri SUN seusai Lebaran menghasilkan penawaran masuk sebesar Rp 78,16 triliun, meningkat signifikan dibandingkan lelang SUN terakhir yang dilakukan pemerintah bulan sebelumnya, sebesar Rp 52,75 triliun.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penawaran pada lelang surat utang negara atau SUN perdana seusai periode hari raya Idul Fitri meningkat signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sentimen global dan domestik yang positif disebut menjadi faktor pendorong kenaikan penawaran yang didominasi oleh investor domestik.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, lelang tujuh seri SUN pada Selasa menghasilkan penawaran masuk sebesar Rp 78,16 triliun. Jumlah penawaran yang masuk pada hari ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan lelang SUN terakhir yang dilakukan pemerintah bulan sebelumnya, sebesar Rp 52,75 triliun.
Saat dihubungi pada Rabu (26/5/2021), Direktur SUN DJPPR Deni Ridwan mengatakan, hasil positif ini didukung oleh kondisi pasar global ataupun domestik yang semakin membaik.
Dari sisi global, kata Deni, penguatan indikator-indikator ekonomi Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa memberikan pengaruh positif ke pasar keuangan Indonesia. Sementara dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan Indonesia yang berada di atas proyeksi pasar serta kondisi likuiditas perbankan domestik semakin memperkuat sentimen positif investor.
”Kondisi yang baik ini mendorong peningkatan permintaan pada lelang SUN hari ini dengan total penawaran mencapai Rp 78,16 triliun, meningkat sekitar 48 persen dibandingkan pada lelang SUN sebelumnya yang sebesar Rp 52,75 triliun,” kata Deni.
Partisipasi investor domestik mendominasi lelang hari ini, dengan proporsi sebesar 85,1 persen dari total penawaran yang masuk. Adapun fokus investor yang berpartisipasi pada lelang kali ini berada pada tenor 5 dan 10 tahun dengan proporsi sebesar 69,5 persen dari total penawaran. Adapun partisipasi investor asing masih stabil di level 15 persen dari total penawaran.
Berdasarkan pertimbangan kebutuhan pembiayaan tahun 2021 serta imbal hasil SBN yang wajar di pasar sekunder, lanjut Deni, pemerintah memutuskan memenangkan permintaan sebesar Rp 32,55 triliun. Realisasi ini pun memenuhi target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 30 triliun.
”Dengan jumlah SUN tersebut, pemerintah tidak memerlukan penyelenggaraan lelang SUN tambahan,” kata Deni.
Dihubungi secara terpisah, Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana menilai, prospek positif ini didukung oleh beberapa katalis positif pada pasar domestik. Salah satu sentimen positif yang mendukung minat investor adalah imbal hasil SUN dalam negeri yang tetap terjaga.
Hal tersebut terjadi seiring beberapa rilis data domestik yang masih mendukung, seperti inflasi yang rendah. Terjaganya inflasi di Indonesia membuat tingkat imbal hasil nyata yang didapat investor dari obligasi Pemerintah Indonesia masih cukup besar dibandingkan dengan surat utang dari negara lain. Imbal hasil nyata didapatkan dari imbal pada SUN dikurangi dengan inflasi.
”Inflasi Indonesia stabil di 1,4 persen, sementara asumsi yield SUN Indonesia seri 10 tahun pada kisaran 6,5 persen sehingga SUN Indonesia masih memiliki imbal hasil nyata sekitar 5 persen,” kata Fikri.