Standar Keselamatan Wisata di Kedung Ombo Masih Rendah
BPBD Boyolali akan mengedukasi pengelola wisata, di Waduk Kedung Ombo, terkait persoalan keselamatan berwisata. Hal ini menjadi respons atas kecelakaan air yang menewaskan sembilan orang di waduk itu, Sabtu (15/5/2021).
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
BOYOLALI, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Boyolali akan meningkatkan edukasi tentang keselamatan wisata kepada semua pengelola warung apung, di Waduk Kedung Ombo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran pengelola destinasi akan pentingnya faktor keselamatan wisata.
”Dalam minggu ini, kami akan adakan edukasi di obyek wisata warung apung agar semua menjadi lebih baik. Tentunya juga lebih aman dan nyaman bagi semua masyarakat,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo, di Waduk Kedung Ombo, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (17/5/2021).
Edukasi tentang keselamatan wisata air dipicu kecelakaan air, di waduk tersebut, Sabtu (15/5/2021). Awalnya, sebuah perahu yang berisikan 20 orang penumpang akan menyeberang menuju sebuah warung apung di waduk tersebut. Saat hendak mencapai warung, ada salah seorang penumpang yang berswafoto. Perahu pun kehilangan keseimbangan dan terbalik.
Selanjutnya, para penumpang tercebur ke waduk. Sebanyak 11 penumpang dapat langsung diselamatkan, sedangkan 9 orang lainnya sempat hilang. Proses pencarian berlangsung sejak Sabtu siang. Semua korban hilang baru dapat ditemukan, Senin pagi.
Kurniawan menyatakan, standar keamanan dalam perahu masih rendah. Sebab, dalam peristiwa itu, terdapat temuan bahwa para penumpang tidak mengenakan pelampungnya. Di sisi lain, pengemudi perahu juga baru berusia 13 tahun.
Wakil Kepala Kepolisian Resor Boyolali, Komisaris Afrian Satya Permadi menyampaikan, destinasi wisata tersebut akan ditutup selama beberapa waktu ke depan. Belum ditentukan kapan destinasi dapat beroperasi kembali. Selama penutupan, bakal dilakukan evaluasi dalam segala aspek mengenai destinasi wisata tersebut.
”Penutupan masih dilakukan. Mudah-mudahan ini bisa menjadi pelajaran kita bersama dalam setiap kegiatan yang dilakukan,” kata Afrian.
Kemudian, Arfian menjelaskan, penyelidikan terkait kasus tersebut juga masih berlanjut. Hingga saat ini, ada tiga orang yang sudah diperiksa. Ketiga orang itu terdiri dari pengemudi perahu, pemilik perahu, dan pemilik warung makan apung.
Kepala Badan SAR Nasional Semarang, Nur Yahya menyampaikan, setelah semua korban ditemukan, posko pencarian korban resmi ditutup. Pihaknya berharap kejadian serupa tak terulang lagi di kemudian hari. Semua pelaku wisata, baik pengelola maupun wisatawan, harus benar-benar menyadari pentingnya aspek keselamatan dalam berwisata.
”Seluruh masyarakat di sekitar waduk agar selalu mengutamakan keselamatan. Upayakan semua masyarakat yang ingin berwisata bisa membawa atau menanyakan ke pihak pengelola ada tidak perlengkapan keselamatan yang tersedia. Kalau tidak ada, lebih baik menunda berwisata,” kata Yahya.
Selain itu, Yahya meminta pihak pengelola memastikan aspek keselamatan dalam destinasinya. Persoalan keselamatan, menurut dia, masih menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak. Tidak terkecuali pemerintah daerah setempat.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Kabupaten Boyolali, Masruri menyatakan, evaluasi harus dilakukan terhadap operasional wisata di destinasi itu. Faktor keselamatan wisatawan merupakan hal yang perlu diutamakan. Selanjutnya, ia akan memerintahkan camat setempat guna melakukan penyuluhan tentang keselamatan.
”Wisata harus ada safety-nya. Ini saya tugaskan camat agar mengadakan penyuluhan. Semua perahu harus dilengkapi alat keselamatan,” kata Masruri.