Lebaran Kedua Tanpa ”Open House”
Lebaran kali ini, seperti Lebaran tahun lalu, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin tidak melakukan gelar griya. Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Sekitar satu pekan jelang Lebaran, penerapan larangan mudik untuk mencegah penyebaran Covid-19 sudah diberlakukan. Kemeriahan Lebaran yang dulu kental dengan keriuhan mudik tak lagi terasa. Kesibukan penyekatan jalan oleh aparat yang lebih terasa.
Kendati laju penularan Covid-19 cenderung menurun beberapa bulan terakhir, beberapa hari ini mulai ada kenaikan kembali. Pandemi memang belum usai. Bahkan, varian-varian baru yang lebih galak asal Inggris, India, dan Afrika sudah sampai di Indonesia. Penularan di antara warga yang relatif tidak pernah keluar negeri atau transmisi lokal juga sudah terjadi.
Kondisi ini memaksa semua merayakan Lebaran dengan sangat sederhana dan substantif. Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga akan mengutamakan protokol kesehatan secara ketat dalam menjalankan ibadah shalat Idul Fitri.
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono memastikan bahwa Presiden tidak akan pulang ke Solo, Jawa Tengah. Lokasi untuk shalat Idul Fitri juga masih dipikirkan Menteri Sekretaris Negara ataupun Presiden Jokowi.
”Belum ditetapkan mau shalat Id di masjid mana. Biasanya sehari sebelumnya Bapak memberi tahu (lokasi shalat Id). Namun, beliau tetap ada di Jakarta dan Bogor,” kata Heru saat dihubungi pada Jumat (7/5/2021).
Deputi Bidang Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin menambahkan, kemungkinan besar shalat Idul Fitri dilakukan di Bogor. Tahun lalu, saat pembatasan sosial berskala besar diterapkan, Presiden menunaikan ibadah shalat Idul Fitri di depan Wisma Bayurini. Peserta shalat Idul Fitri juga dibatasi hanya delapan orang.
Tahun ini, kata Bey, bisa saja peserta shalat Idul Fitri lebih banyak dari tahun lalu. Kendati demikian, protokol kesehatan ketat tetap diutamakan.
Kegiatan open house atau gelar griya yang biasanya menjadi tradisi rutin sebelum masa pandemi Covid-19 juga tidak akan digelar lagi pada Lebaran kali ini. Apalagi, pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri telah melarang penyelenggaraan gelar griya. Perayaan Lebaran diminta dilakukan hanya di keluarga inti saja.
Sama seperti tahun lalu, Presiden Jokowi bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo akan merayakan Idul Fitri bersama anggota keluarga inti saja. ”Itu pun hanya bersama Ibu (Nyonya Iriana) dan Kaesang (Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo dan Nyonya Iriana) saja,” tutur Bey.
Putra pertama Presiden dan Nyonya Iriana, Gibran Rakabuming Raka, kini menjabat Wali Kota Surakarta. Putri kedua Presiden Jokowi-Nyonya Iriana, Kahiyang Ayu, kini lebih banyak di Medan mendampingi suaminya, Bobby Nasution, yang menjabat Wali Kota Medan. Mereka tentu harus menyertai warganya dan mewaspadai kemungkinan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya. Selain itu, pemerintah sudah melarang mudik sepanjang 6-17 Mei 2021.
Menjelang akhir Ramadhan, Presiden Jokowi biasanya menyempatkan mendatangi beberapa lokasi untuk berkomunikasi dengan masyarakat. ”Tahun lalu, beliau punya rencana sendiri, biasanya mendatangi beberapa lokasi masyarakat, tetapi terbatas Bapak Presiden dengan Paspampres. Tahun ini belum tahu,” kata Heru.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga masih sibuk bekerja. Kendati Lebaran tinggal beberapa hari lagi, Senin (10/5) lalu, misalnya, Wapres Amin berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD terkait Papua. Selama bulan Ramadhan pun, Wapres tetap menghadiri rapat-rapat terbatas.
”Staf pun enggak ada yang boleh mudik, satupun. Wapres menekankan jangan sampai terjadi pengumpulan massa waktu mudik dan waktu saat shalat Id,” ujar Juru Bicara Ma’ruf Amin, Masduki Baidlowi.
Seperti Lebaran tahun lalu, tahun ini Wapres akan menjalankan shalat Idul Fitri di rumah dinas di Jalan Diponegoro. ”Shalat Jumat selama ini juga di rumah dinas bersama Paspampres, karyawan internal, beberapa anggota staf khusus Sekretariat Wakil Presiden, seperti itu. Pada saat shalat Id ditambah keluarga inti,” tutur Masduki.
Selepas Shalat Id, Wapres Amin juga dipastikan tidak akan menggelar gelar griya. Silaturahmi, termasuk dengan Presiden Joko Widodo, kyai, dan semua tokoh, digelar secara virtual.
Protokol kesehatan ketat terkait pandemi Covid-19 akan tetap diberlakukan. Selama pandemi, tamu yang akan bertemu Wapres juga diwajibkan tes usap dari sejak sehari sebelumnya.
Beberapa Menteri Kabinet Indonesia Maju pun bersiap merayakan Lebaran. Kendati demikian, mereka pun tidak menggelar gelar griya seperti biasanya. Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali, misalnya, lebih memilih menggunakan telepon dalam bersilaturahmi di masa pandemi ini.
Selain itu, kata Zainuddin, Lebaran semestinya dimaknai sebagai akhir perjalanan spiritual setelah sebulan penuh menunaikan ibadah di bulan Ramadhan. Sepanjang Ramadhan, kesempatan beribadah mulai puasa, shalat Tarawih, tadarus, sampai berzakat dan amalan lain bisa dilakukan dengan mudah.
”Silaturahmi di akhir Ramadhan hanya ungkapan bahagia. Namun, karena masih dalam pandemi Covid-19, silaturahmi virtual tidak mengurangi makna Idul Fitri,” tuturnya.
Selain sebagai akhir masa Ramadhan, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan melihat Lebaran sebagai salah satu waktu untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar. ”Kalau dengan keluarga bathih, mungkin cukup sering kita bertemu. Namun, kalau dengan sepupu jauh jarang. Jadi, Lebaran sebenarnya kesempatan untuk silaturahmi dan saling kenal,” tuturnya.
Masduki Baidlowi yang juga pengurus Majelis Ulama Indonesia menyebut bahwa Lebaran tahun ini merupakan masa yang paling tepat untuk merefleksikan diri. ”Dua tahun, kita tidak bisa silaturahmi secara fisik. Ya, menurut saya, ini luar biasa sebagai sebuah teguran dari Yang Maha Kuasa ke kita semua untuk men-setting ulang segala sesuatu yang berlebihan. Banyak langkah, sebagai individu, kelompok, atau sebagai negara,” ucapnya.
Di kalangan pejabat Istana, Heru menambahkan, perayaan Idul Fitri tahun ini akan tetap dilaksanakan dengan suasana sederhana. Silaturahmi dengan keluarga besar tetap bisa dijalin secara virtual.
”Kalau saya dan staf tentunya pertama menjaga tidak pulang kampung. Kondisi Covid, masih prihatin, tetap sederhana. Mendoakan semoga Covid tidak seperti negara lain. Kita khawatir kalau pulang kampung dan malah tambah keramaian,” tutur Heru.