Tujuh Jupiter dan Cerita Badge Terbalik di Singapura
Enam pesawat, tujuh Jupiter, mewarnai langit Singapura. Ada yang memakai badge terbalik. Mengapa?
Awan putih berarak dan warna biru langit berpadu di atas Bandara Changi, Singapura, Selasa (15/2/2022) pagi. Jupiter Aerobatik Tim (JAT) TNI AU telah berangkat dari Bandara Hang Nadim, Batam. Empat belas manuver telah dipersiapkan untuk menari di udara selama 15 menit.
”Jupiter Aerobatic Team is Indonesian Amabassador in the sky,” kata Komandan Misi JAT Kolonel (Pnb) Fery Yunaldi.
Oleh karena itu, begitu enam pesawat KT1B Wong Bee membelah ruang udara Changi melintas di menit pertama, pada saat itulah kemampuan bangsa Indonesia dilihat masyarakat dirgantara dunia. Warna merah putih cat pesawat berbaling-baling tunggal itu semakin menegaskan peran JAT sebagai duta bangsa. Misi mereka harus aman dan lancar, manuver rapi dan indah sehingga bisa membuat penonton terkesan, dan bisa kembali dengan selamat.
”Kali ini cukup menantang karena pertama kalinya JAT tampil dengan homebase berbeda. Tampil di Singapura, tapi berbasis di Batam, yang berarti harus ada komunikasi ketat antara air traffic controller Singapura dan Batam,” kata lulusan AAU tahun 1997 ini.
JAT tidak hanya tampil untuk menghibur para pengunjung di Singapore Air Show (SAS) 2022. Mereka juga hadir untuk menunjukkan kemampuan dan profesionalisme TNI AU. Tidak heran, bahkan ketika berjalan di taxi-way Hang Nadim, enam pesawat itu berbaris dengan jarak yang sama. Kerapian dan kecantikan penampilan JAT menunjukkan kerja keras dan sistem yang ada di baliknya.
Kali ini cukup menantang karena pertama kalinya JAT tampil dengan homebase berbeda. Tampil di Singapura, tapi berbasis di Batam, yang berarti harus ada komunikasi ketat antara air traffic controller Singapura dan Batam.
”Keindahan jadi sesuatu yang obyektif di sini,” kata Letkol (Pnb) M Sugiyanto lewat media sosial TNI AU.
Sugiyanto yang pernah bergabung dalam JAT 2011-2012 bercerita, momen sebelum terbang adalah momen yang krusial. Pada saat itu, tim melakukan pertemuan untuk membahas menit demi menit bahkan hitungan detik agar tidak sampai terjadi tumpang-tindih saat berakrobat di udara. Semua hal dihitung, termasuk cuaca, perlengakapan pendukung, bahkan perhitungan sedang ada pesawat apa saja di sekitar udara Changi pada saat itu.
Baca juga: Kisah Tim Aerobatik Jupiter TNI AU Menjadi Penyelamat Singapore Airshow
”Selalu siap ada dua skenario. Jadi kalau berawan, kami pakai low show yang banyak manuver horizontal. Karena kalau pakai manuver vertikal, kan, enggak keliatan juga,” kata Sugiyanto.
Pimpinan dari para penerbang, yaitu Mayor Ripdho ”Mohawk” Utomo, bercerita, kali ini ada ada dua manuver baru yang ditampilkan, yaitu Delta Loop dan Eagle Loop yang tingkat kesulitannya tinggi. Lulusan AAU 2004 ini menjadi Jupiter 1 yang bisa disebut sebagai komandan tim. Selain itu, Ripdho juga mengatakan, akan ada manuver Solo Spin yang risikonya tinggi.
Dalam manuver itu, salah satu pesawat akan melesat vertikal ke angkasa hingga kecepatannya 0. Sepersekian detik kemudian, pesawat berputar dan kembali meluncur terbang ke bawah. ”Harusnya manuver ini altitude tinggi, tapi kali ini low altitude,” kata Ripdho.
Enam Jupiter
Enam Jupiter masuk dari arah kanan dan memberikan salam dengan berguling serentak ke kanan. Dengan memukau, JAT melakukan berbagai manuver seperti Delta Loop dilanjutkan dengan Eagle to Arrow Loop, di mana Eagle menunjukkan lambang TNI AU. Manuver berikutnya adalah Twin Half Cuban, Jupiter Wheel, Tango to Diamond Loop yang kembali melesat ke atas mengubah formasi serupa hurut T menjadi wajik.
Beberapa manuver juga membuat jantung berdebar, seperti Mirror. Sebuah pesawat terbang terbalik di atas sebuah pesawat lain sehingga kokpit seperti becermin pada kokpit lain. Juga ada Screw Roll, yakni satu pesawat berputar seperti sekrup terhadap empat pesawat yang terbang horizontal.
Selain itu, ada pula Solo Spin tentunya. Penonton melihat pesawat berhenti sejenak di puncak udara setelah kemudian melayang turun ke bawah untuk lalu melesat lagi. Sementara manuver Leader Benefit berupa lima pesawat berjejer mengikuti pemimpin yang terbang sendiri di depan. Manuver ditutup dengan Clover Leaf dan Cascade, yakni seluruh pesawat melesat ke atas, lalu bersama-sama menukik dan menyebar pada saat bersamaan sehingga terlihat seperti air terjun.
Beberapa manuver juga membuat jantung berdebar, seperti Mirror. Sebuah pesawat terbang terbalik di atas sebuah pesawat lain sehingga kokpit seperti becermin pada kokpit lain. Juga ada Screw Roll, yakni satu pesawat berputar seperti sekrup terhadap empat pesawat yang terbang horizontal.
Sudah pasti ada kerja keras dan ketekunan, serta tentu keberanian hingga bisa menjadi duta di udara. Sugiyanto bercerita, untuk bisa masuk jadi JAT, seorang instruktur akan diseleksi oleh Komandan Pangkalan Udara, Komandan Wing Pendidikan, dan Komandan Skadron. Penerbang yang berpotensi lalu dites. Kalau lulus, mereka akan dilatih lagi 4-6 bulan dengan minimal 65 jam terbang.
Anggota JAT baru akan ditugaskan menjadi Jupiter 2 dan 3, yaitu sayap kanan dan kiri, mendampingi Jupiter 1 sebagai pimpinan. Tampak Mayor (Pnb) I Gede ”Viper” Ngurah, lulusan AAU 2008 sebagai Jupiter 2 dan Mayor Pnb Pujo ”Grackle” Anggoro, lulusan AAU 2007 sebagai Jupiter 3. Keduanya pernah menjadi pilot pesawat tempur F5.
Seiring dengan jam terbang dan kaderisasi, Jupiter 2 dan 3 naik kelas menjadi Jupiter 4 dan kemudian menjadi Jupiter 5 dan 6 yang akan tampil melakukan manuver-manuver yang lebih sulit. Kemampuan aerobatik dan terbang dalam formasi terus diasah. Kali ini yang menjadi Jupiter 4 adalah satu-satunya pilot berpangkat kapten (Pnb), yaitu Bayu ”Meerkat” Anugerah lulusan AAU 2009. Posisinya disebut slot.
Dua yang terakhir, yaitu Jupiter 5 dan 6, bisa dibilang yang paling mumpuni. Salah satu yang unik adalah Jupiter 5. Kalau diperhatikan dengan teliti, badge yang ada di lengannya angkanya adalah angka ”5” terbalik. Hal ini ternyata bukan salah jahit atau salah cetak. Akan tetapi, Jupiter 5 yang posisinya disebut Lead Synchro adalah pilot yang terbang terbalik di atas Jupiter 6 dalam manuver Mirror. ”Ketika dia terbang terbalik itu, kan, angka “5”, ya, jadi bener,” cerita Sugiyanto. Betul juga.
Mayor (Pnb) Ferdian ”Corrie” Habibi, AAU 2005, menjadi Jupiter 5. Ia juga sebagai pilot yang melakukan Manuver Solo Spin yang dijelaskan sebelumnya. Mitranya yang tentu harus sangat kompak, Jupiter 6 yang disebut sebagai Synchro adalah Mayor (Pnb) Idam ”Godham” Satria. Idam yang juga lulus AAU tahun 2005 ini baru saja lulus dengan nilai sangat memuaskan di sekolah komando Australia (Australian Command and Staff Course).
Terakhir Jupiter 7, yaitu Mayor (Pnb) Oliv ”Cyborg” Rizando. Walau tidak ikut menerbangkan pesawat, pilot pesawat tempur Hawk 100/200 ini punya peran penting, yaitu sebagai narator. Lulusan AAU 2008 inilah yang mengemas manuver-manuver JAT agar bisa dimaknai oleh para penonton sehingga peran duta angkasa itu bisa berjalan dengan baik.