Dalam dua laga berturut-turut, Kylian Mbappe menjelma sebagai penyiksa lawan pada menit-menit akhir. Di saat sinar Neymar dan Lionel Messi redup, Mbappe mampu menjawab kepercayaan yang dibebankan padanya.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
PARIS, RABU — Paris Saint-Germain mengemas kemenangan tipis 1-0 atas Real Madrid pada pertemuan pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa, Rabu (16/2/2022) dini hari WIB. Kylian Mbappe kembali menahbiskan diri sebagai penyiksa lawan pada menit akhir melalui golnya di pengujung laga.
Ini adalah kali kedua Mbappe membuat pendukung PSG bersorak pada menit-menit akhir. Pada pertandingan Liga Perancis pekan lalu, Mbappe juga memastikan kemenangan 1-0 PSG atas Rennes melalui golnya pada masa tambahan waktu babak kedua.
Mbappe melakukan hal yang sama, tetapi di panggung yang lebih megah, Liga Champions. Pemain timnas Perancis itu menunjukkan kepiawaiannya dalam menggiring bola dan menemukan ruang tembak.
Menerima bola dari Neymar, Mbappe melewati hadangan pemain belakang Real, Lucas Vazquez dan Eder Militao. Ia kemudian melepaskan sepakan mendatar yang membuat bola melewati celah di kaki kiper Real, Thibaut Courtois. Gol semata wayang Mbappe di pengujung laga itu meruntuhkan tembok tebal yang dibangun Real sejak awal laga.
Kami harus tetap rendah hati. Masih bisa terjadi apa saja pada laga kedua. Ini akan menjadi pertandingan yang sulit, tetapi kami mendapat keuntungan (unggul satu gol) dan sangat percaya diri saat ini.
”Kami harus tetap rendah hati. Masih bisa terjadi apa saja pada laga kedua. Ini akan menjadi pertandingan yang sulit, tetapi kami mendapat keuntungan (unggul satu gol) dan sangat percaya diri saat ini,” kata Mbappe seusai laga. Dengan gol tersebut, Mbappe telah mencetak total 13 gol bagi PSG dalam 13 laga terakhirnya di Liga Champions.
Berlaga di Stadion Parc des Princes, PSG membutuhkan kemenangan untuk setidaknya menempatkan satu kaki mereka di babak delapan besar. Akan tetapi, Real Madrid mempertontonkan pola permainan yang cenderung bertahan serta enggan mengambil risiko.
Untuk pertama kalinya dalam 57 tahun, Liga Champions tidak lagi menerapkan aturan gol tandang. Aturan baru itu cenderung membuat klub-klub memilih bermain aman ketika menghadapi lawan yang memiliki kekuatan setara.
Kecenderungan itu ditunjukkan Real pada laga ini dengan tiada satu pun mencatatkan tembakan tepat sasaran ke gawang. Di sisi lain, PSG bermain lebih agresif.
Tim besutan pelatih Mauricio Pochettino tersebut mendominasi penguasaan bola hingga mencapai 58 persen. ”Les Parisiens” pun mencatatkan 21 upaya tembakan ke gawang Real dengan delapan di antaranya mengarah tepat ke gawang.
Catatan itu kontras dengan Real yang hanya mencatatkan tiga percobaan tembakan yang tidak akurat. Menurut catatan Opta, itu adalah jumlah percobaan tembakan terendah Real di Liga Champions sejak musim 2003-2004.
PSG bermain agresif dalam formasi 4-3-3. Megabintang Lionel Messi didapuk menjadi penyerang tengah. Ia didampingi Mbappe di sisi kiri dan Angel di Maria di kanan. Di Maria masuk susunan pemain mula PSG menggantikan Neymar yang belum bisa bermain penuh seusai pulih dari cedera pergelangan kaki.
Messi dan rekan-rekan mengambil inisiatif serangan sejak menit awal. Mereka mampu mengontrol jalannya laga dengan Real lebih banyak menunggu di area permainan sendiri. Peluang emas diperoleh Mbappe pada menit ke-18 setelah menerima bola dari Nuno Mendes. Akan tetapi, sontekan Mbappe masih bisa dihalau Courtois.
Secara keseluruhan, PSG bermain sangat terorganisasi. Lini tengah PSG yang diisi Marco Veratti, Leandro Paredes, dan Danilo Pereira mampu membaca arah serangan Real dan memotong bola agar tidak mencapai Karim Benzema ataupun Vinicius Junior.
Selain itu, para pemain PSG juga piawai bertransisi dari menyerang ke bertahan. Saat mendapat serangan dari Real, para pemain PSG bertransformasi dari formasi 4-3-3 menjadi 5-4-1. Upaya PSG menumpuk pemain di lini belakang dan tengah sukses menghambat aliran bola Real.
Benzema yang kembali seusai menepi di tiga pertandingan Real akibat cedera menjadi mati kutu. Penyerang Perancis itu praktis tidak mendapatkan suplai bola bersama dengan dua rekannya di lini serang, Vinicius Junior dan Marco Asensio.
”Kami tidak bisa leluasa mengalirkan bola. Para pemain kami banyak melepaskan operan yang salah karena tekanan mereka yang tinggi. Mereka melakukannya dengan baik dan membuat kami kesulitan kali ini,” kata Pelatih Real Carlo Ancelotti.
Laga ini juga diwarnai oleh penalti gagal Messi. Pada menit ke-60, manuver Mbappe membuatnya harus dilanggar Dani Carvajal di kotak penalti. Messi yang maju sebagai eksekutor gagal menjalankan tugasnya dengan baik.
Sepakan rendah Messi ke sisi kiri gawang mampu dibaca Courtois. Hal itu membuat Messi menyamai rekor Thierry Henry sebagai pemain yang paling banyak gagal dalam mengeksekusi penalti di Liga Champions. Baik Messi maupun Henry sama-sama gagal dalam lima kali upaya tembakan penalti.
”Saya telah banyak mempelajari penalti Messi dan saya mencoba bermain dengannya ketika saya berada di garis depan. Selain itu, Anda juga harus memiliki sedikit keberuntungan,” kata Courtois.
Meski kalah, Courtois merasa masih ada harapan bagi timnya untuk membalikkan keadaan di pertemuan kedua yang berlangsung pada 9 Maret 2022 di Stadion Santiago Bernabeu.
Courtois merasa tampil di hadapan pendukung Real akan memotivasi dirinya dan rekan-rekan untuk mengalahkan PSG. Namun, Real tidak akan diperkuat bek kiri Ferlan Mendy dan Casemiro pada pertemuan kedua nanti lantaran kedua pemain itu terkena hukuman akumulasi kartu kuning. (AP/AFP)