Akibat Omicron, IBL Kembali Menuju ”Gelembung” Terpusat
Pengelola IB tidak mau mengambil risiko di tengah gelombang Covid-19 varian Omicron. Mereka akan melanjutkan liga basket itu pada Maret, tetapi tidak akan berpindah-pindah kota lagi pada seri-seri berikutnya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengelola Liga Basket Indonesia (IBL) akan melanjutkan kompetisi itu pada awal Maret 2022 setelah ditundanya seri kedua dan ketiga akibat melonjaknya kasus Covid-19 varian Omicron. Namun, rencana awal menyelenggarakan musim reguler di enam kota dalam enam seri dibatalkan. Lima seri tersisa IBL hanya akan berlangsung di satu kota dengan konsep ”gelembung” terpusat, seperti pernah diterapkan pada musim lalu.
Pengelola IBL memutuskan menunda seri kedua di Bandung saat itu yang baru berlangsung setengah jalan pada 4 Februari 2022. Penundaan itu bagian dari upaya mencegah penyebaran Covid-19 karena banyak pemain dan ofisial yang dinyatakan positif Covid-19.
Selain itu, pengelola IBL juga menunda seri ketiga di Yogyakarta. Mereka ingin para pemain dan ofisial bisa pulih terlebih dulu sebelum bisa kembali masuk ke gelembung. Adapun jarak waktu antara seri kedua dan ketiga sangatlah berdekatan, hanya tujuh hari.
Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah menyampaikan, pertandingan sisa musim reguler akan dilanjutkan lagi pada 3-31 Maret di satu kota dengan sistem gelembung terpusat. Ada lima kota yang menjadi kandidat lokasi, yaitu Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Bali, dan Jakarta. Semua kota itu adalah tempat awal rencana berlangsungnya seri IBL musim ini.
”Mengubah rencana di tengah jalan memang tidak mudah. Perlu koordinasi ulang dan penilaian lagi. Namun, kami bersama para klub melihat, gelembung terpusat menjadi pilihan paling sesuai di tengah kondisi cepatnya penularan varian Omicron yang luar biasa,” ucap Junas saat dihubungi pada Rabu (16/2/2022).
Menurut Junas, melanjutkan liga dengan terus berpindah kota akan berisiko lebih tinggi saat ini. Sebab, para pemain dan ofisial akan keluar-masuk gelembung yang berbeda-beda saat jeda antarseri. IBL tidak bisa memantau pergerakan setiap pemain selama jeda itu. Tugas itu pun diberikan kepada klub masing-masing. Padahal, jeda itulah yang ditengarai menjadi titik awal terjadi kluster Covid-19 di IBL, khususnya pada seri kedua di Bandung.
IBL akan menjalankan sisa kompetisi seperti yang pernah diterapkan pada musim lalu. Saat itu, semua seri digelar di gelembung Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Ketika itu, liga digelar dalam satu kawasan resor yang memiliki fasilitas hotel dan lapangan. Semua anggota klub dan panitia menjalani karantina di dalam gelembung itu.
Nantinya, lima seri tersisa, termasuk seri Bandung yang belum selesai, akan digelar dalam waktu hanya 28 hari. Maka, jadwal setiap klub akan lebih padat.
Namun, hal yang membedakan pada tahun ini, pemain dan ofisial tidak akan dikarantina dalam satu kawasan. Hotel dan lapangan pertandingan akan berbeda tempat. Meskipun begitu, mereka tetap akan diawasi untuk tidak keluar dari gelembung. Mereka hanya bisa melakukan perjalanan dari hotel ke lapangan dan sebaliknya.
”Di semua kota yang menjadi kandidat (lokasi gelembung) tidak ada yang seperti Cisarua. Tidak ada yang punya fasilitas lapangan dan hotel di satu tempat. Sementara tahun ini kami tidak ke Cisarua lagi. Salah satu faktornya adalah karena jumlah peserta musim ini sangat banyak. Di sana tidak cukup. Sekarang, kan, ada 16 tim. Musim lalu 12 tim,” ucap Junas.
Nantinya, lima seri tersisa, termasuk seri Bandung yang belum selesai, akan digelar dalam waktu hanya 28 hari. Maka, jadwal setiap klub akan lebih padat dari rencana awal akibat penundaan seri. Pengelola IBL tidak bisa memundurkan jadwal karena akan bertabrakan dengan Piala Asia FIBA yang berlangsung pada Juli 2021.
Antoni Erga, point guard Satria Muda Pertamina Jakarta, berharap sisa musim ini bisa berjalan lancar sampai selesai tanpa penundaan lainnya. Ia mengakui, penundaan itu cukup mengganggu para pemain dalam upaya mencapai konsistensi permainan di lapangan.
”Semoga bisa berjalan dengan aman dan sehat. Saya lebih suka kalau ada penonton di setiap pertandingan. Tetapi, kami tetap harus memprioritaskan (keselamatan) penonton lebih dulu. Dalam kondisi saat ini, lebih baik gelembung lagi (seperti di Cisarua),” ucap salah satu bintang muda IBL itu.
Izin penonton
IBL belum akan mengizinkan kedatangan penonton langsung pada awal Maret nanti. Mereka sedang mengurus izin kepada pihak berwenang agar bisa mendatangkan kembali penonton. Adapun sepanjang seri pertama dan awal seri kedua, kehadiran penonton telah menghidupkan atmosfer laga.
Di sisi lain, penundaan liga bisa menguntungkan DNA Bima Perkasa Jogja. Para pemain mereka bisa beradaptasi dengan pelatih barunya, Kartika Siti Aminah, yang menggantikan Dean Murray. Pelatih yang biasa disapa Ika itu langsung menangani Bima pada seri kedua tanpa berlatih lebih dulu.
”(Dengan penundaan) kami jadi bisa berlatih lebih banyak dengan coach Ika. Tetapi, saya berharap liga bisa segera berlanjut lagi. Tentunya dengan protokol kesehatan ketat biar tidak ada kasus Covid-19 lagi ke depannya,” kata kapten Bima Perkasa, Azzaryan Pradhitya.
Tim yang paling terdampak kasus Covid-19 adalah Indonesia Patriots. Sebanyak 18 pemain dan ofisial mereka dinyatakan positif dan tidak bisa masuk gelembung seri kedua. Kondisi itu menjadi salah satu alasan terbesar pengelola liga untuk menunda seri tersebut.
Sekitar dua pekan setelah liga ditunda, anggota Patriots sudah pulih semua. Menurut Manajer Patriots Jamin Mattotoran, semua pemain telah berlatih bersama seperti biasa. Adapun skuad Patriots hanya berlatih mandiri selama masa karantina.
”Selama karantina, kami rutin mengadakan Zoom meeting setiap malam untuk sekadar mengobrol satu sama lain sekaligus evaluasi internal tim. Banyak sekali pelajaran yang diperoleh selama masa karantina kemarin,” ujar Jamin tentang kondisi timnya.