Hadapi Iran, Israel-Bahrain Semakin Mesra dan Menyatu
Kunjungan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menjadi kunjungan kepala negara Israel pertama ke Bahrain selama beberapa puluha tahun terakhir. Bennett ingin menggandeng Bahrain dalam menghadapi Iran.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
MANAMA, RABU — Hubungan Israel dan Bahrain semakin mesra setelah Perdana Menteri Israel Naftali Bennett melakukan kunjungan dua hari ke Manama, Bahrain. Dalam kunjungan resmi pertama seorang kepala negara Israel, Bennett bertemu Raja Hamad bin Isa al-Khalifa dan Putra Mahkota Salman bin Hamad al-Khalifa, serta menyepakati kerja sama bilateral yang diberi nama ”Strategi Perdamaian yang Hangat”.
Bennett menggambarkan kunjungan dua harinya itu sebagai kesempatan untuk membentuk sikap bersama melawan Iran dan sekutunya, termasuk kelompok Houthi di Yaman. Kunjungan ke Bahrain dinilainya sebagai model baru hubungan Arab-Israel, bagian dari keinginannya untuk menciptakan cincin aliansi regional.
”Ini adalah kunjungan yang sangat sukses, sambutan yang hangat, hubungan yang kuat, suasana yang sangat terbuka,” kata Bennett pada akhir kunjungannya, Rabu (16/2/2022).
Dia juga mengatakan, aliansi regional yang tengah coba dibentuknya terdiri atas negara-negara moderat untuk memberikan stabilitas dan kemakmuran ekonomi serta berjuang melawan musuh bersama yang ingin mengobarkan kekacauan dan teror, dalam hal ini adalah Iran.
Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif al-Zayani mengatakan, masalah nuklir Iran dan terorisme adalah bagian dari diskusi di antara kedua pemerintahan.
Bahrain menuduh Iran memicu kerusuhan di wilayah kerajaan mereka. Tuduhan ini dibantah Teheran. Kunjungan Bennett ke Manama juga diwarnai demonstrasi oleh kelompok oposisi yang menentang kedatangannya. Empat orang dilaporkan ditahan dalam unjuk rasa itu.
Kunjungan Bennett ke Bahrain adalah lanjutan dari kunjungan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz pada awal Februari lalu dan Menteri Luar Negeri Yair Lapid, Oktober tahun lalu. Gantz dalam kunjungan itu menandatangani kerja sama pertahanan dengan Pemerintah Bahrain, termasuk mengizinkan penempatan perwira Angkatan Laut-nya di negara ini.
Israel akan menjadi negara ke-29 yang menempatkan atase pertahanannya di Manama, bergabung dengan markas Armada Kelima AS yang ditempatkan di negara tersebut. Seorang pejabat Pemerintah AS mengatakan, penempatan perwira ini bertujuan menjaga agar jalur komunikasi tetap terbuka secara bilateral antara Israel dan armada.
Bennett juga menyempatkan diri bertemu dengan Komandan Armada V AL AS Laksamana Madya Brad Cooper. Dalam pertemuan itu, Bennett berharap kerja sama di antara negara-negara sekutu AS di kawasan akan terus semakin erat.
Angkatan Laut AS dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk menambah perlengkapan tempurnya, termasuk kemungkinan penggunaan pesawat nirawak (UAV) Israel, dalam operasi gabungannya di kawasan ini. Hal ini adalah langkah baru yang bisa memperdalam keterlibatan militer Israel di kawasan Teluk, terutama untuk menghadapi kekuatan militer Iran dan proksinya. Juru bicara militer Israel belum mengeluarkan komentar terkait dengan hal itu.
Pada bulan November, pasukan dari Uni Emirat Arab, Bahrain, Israel, dan Komando Pusat Angkatan Laut AS (NAVCENT), yang berbasis di Bahrain, menggelar latihan keamanan bersama di Laut Merah. Latihan ini merupakan latihan angkatan laut pertama yang diakui secara publik antara Amerika Serikat, Israel, dan dua negara Teluk mitra mereka.
Raja Bahrain menyambut baik kunjungan Bennett dan menekankan pentingnya memperkuat kemitraan bilateral sehubungan dengan Kesepakatan Abraham. Demikian dilansir kantor berita resmi Bahrain. Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif al-Zayani mengatakan, Pangeran Salman direncanakan akan melakukan kunjungan balasan ke Israel dalam waktu dekat.
Perluasan pengaruh
Meski kedua pemerintah terlihat lebih menekankan kerja sama pada bidang nonpertahanan atau militer, seperti pangan, air, energi terbarukan, perdagangan dan investasi, sejumlah analis menangkap hal itu sebagai upaya Bennett untuk mempererat hubungan dengan negara Teluk yang juga merasa terancam dengan Iran.
Dore Gold, Kepala Pusat Urusan Publik Jerusalem, mengatakan bahwa hubungan Israel dan Bahrain semakin mesra karena keduanya merasa terancam dengan tindakan Iran.
Hal senada disampaikan Yoel Guzansky, peneliti senior di Institut Keamanan Nasional Tel Aviv. Guzansky mengatakan, fokus perjalanan Bennett ke Bahrain adalah persoalan Iran. Guzansky mengatakan, perjalanan Bennett adalah unjuk kekuatan dan memberikan sinyal bahwa negara-negara Arab mulai mau bekerja sama dengan Israel.
Hal ini terkait dengan perundingan tidak langsung tentang program nuklir Iran yang belum menunjukkan kemajuan signifikan meski sudah memasuki putaran kedelapan. Pemerintahan Bennett menentang pemberlakuan kembali Rencana Aksi Komprehensif Bersama atau JCPOA 2015, terutama karena Iran terus melakukan program pengayaan uranium. Israel telah bersiap melakukan serangan ke berbagai fasilitas nuklir Iran, yang mereka duga akan digunakan untuk menyerang Israel. (AFP/REUTERS)