Di atas kertas, hubungan diplomasi Iran-Indonesia baru berusia 71 tahun. Tapi, dokumen sejarah membuktikan bahwa hubungan antara kedua negara telah berlangsung jauh lebih lama.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
Di atas kertas, hubungan diplomatik Indonesia baru berusia 71 tahun. Namun, dalam pandangan Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Azad, hubungan kedua negara secara budaya telah berlangsung ratusan tahun lamanya.
“Iran, persia, ratusan tahun hubungan. Indonesia, Jawa, Aceh, ratusan tahun persaudaraan. Ku berdoa untuk hubungan Indonesia-Iran terkasih,” kata Azad, dalam sekelumit kisah hubungan kedua negara yang saat membuka cerita soal hubungan Indonesia-Iran, yang disampaikan dengan gaya seperti sedang membaca puisi.
Dia mengatakan, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Iran semakin dalam dengan berbagai kerja sama, tidak hanya antara pemerintah saja tapi pada level di bawahnya, seperti kampus, lembaga-lembaga penelitian dan kebudayaan hingga individual yang diyakini akan mempererat hubungan kedua negara.
Di bidang ekonomi dan perdagangan, menurut Azad, hubungan kedua negara terus mengalami peningkatan meski pandemi Covid-19 masih menjadi momok. Azad mengutip nilai perdagangan kedua negara yang naik sepanjang dua tahun terakhir, dari sekitar 142 juta dolar AS pada tahun 2019 menjadi 216 juta dolar AS di tahun 2020, menjadi prestasi tersendiri bagi hubungan dagang kedua negara.
Dia menilai, meski ada resesi, kenaikan tersebut adalah indikasi bahwa arah hubungan dagang dua negara sudah tepat meski masih banyak area yang bisa dikembangkan.
Kebijakan Presiden Raisi
Di bawah Pemerintah Iran yang baru, yang dipimpin oleh Presiden Ebrahim Raisi, Azad mengatakan, hubungan luar negeri Iran dilandasi oleh tiga prinsip dasar, yaitu kebijaksanaan, martabat dan kemanfaatan yang berujung pada kebijakan yang aktif, cerdas dan seimbang.
Turunan dari tiga prinsip itu, kata Azad, adalah interaksi yang aktif dengan negara-negara tetangganya dan menempatkan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dalam prioritas utama hubungan diplomatiknya. Pada saat yang sama, Iran, menurut Azad, juga ingin berpartisipasi dalam era kebangkitan bangsa-bangsa Asia, dalam berbagai bidang, mulai dari ekonomi hingga teknologi.
Tetapi, di saat yang sama, Iran juga tetap akan menjaga hubungan baiknya dengan berbagai negara di belahan dunia lain, termasuk negara-negara barat meski dalam beberapa hal ada perbedaan pandangan. “Iran adalah aktor rasional yang mementingkan masalah keamanan maksimum sekaligus kerja sama maksimal untuk mengembangkan kawasan Teluk Persia,” katanya.
Hal ini terbukti dengan kerja sama antara Iran dengan Rusia, China dan juga negara-negara di kawasan Eurasia. Tidak hanya menjalin kerja sama yang lebih erat dengan “sahabat tradisionalnya”, Iran, dikutip dari laman Istana Kepresidenan, juga tengah berupaya membuka hubungan yang lebih jauh dengan negara-negara di kawasan Afrika dan Amerika Latin.
Raisi mengatakan, Iran terbuka untuk menjalin kerja sama yang lebih luas dengan negara sahabat, termasuk Indonesia, dalam berbagai bidang. Iran, yang memiliki garis pantai yang cukup panjang, tertarik bekerja sama dalam bidang energi, perdagangan, pertanian, hingga industri dan teknologi, yang saling menguntungkan dengan semua negara tetangga dan sahabat.
Azad menambahkan, posisi Indonesia yang merupakan pemimpin tradisional di kawasan Asia Tenggara dan Iran di Asia Barat bisa menjembatani hubungan diplomasi yang lebih baik dan erat antara kedua negara dan negara-negara di kawasan tersebut di masa depan.