Kabupaten Malang: Jejak Sejarah Kerajaan Singasari hingga Jantungnya Jawa Timur
Pemerintah Kabupaten Malang mencetuskan slogan “The Heart of East Java”, yang berarti hati atau jantungnya Jawa Timur sejak 2017. Tak hanya strategis, wilayah ini memiliki potensi yang melimpah, mulai dari pertanian, perdagangan, industri, hingga keindahan alamnya. Di masa lalu, daerah ini kental dengan balutan sejarah, mulai dari Kerajaan Kanjuruhan hingga Kerajaan Singasari.
Kabupaten Malang merupakan kabupaten terluas kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Kabupaten Banyuwangi. Sejak tahun 2008, pusat pemerintahannya pindah dari Kota Malang ke Kecamatan Kepanjen. Bersama dengan Kota Batu dan Kota Malang, Kabupaten Malang merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya (Wilayah Metropolitan Malang).
Kabupaten Malang dibentuk berdasarkan UU 16/1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta serta berdasarkan UU 12/1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten Jawa Timur.
Kabupaten Malang menetapkan 28 November 760 sebagai awal kelahirannya. Penetapan ini berdasarkan penanggalan (candrasengkala) yang dimuat dalam Dinaya atau Kanjuruhan yang berbunyi Nayana-Vayarase dengan berangka 682 tahun Saka atau tahun 760 Masehi. Inilah sumber tertulis tertua yang dijadikan rujukan para ahli sejarah sebagai letak Kerajaan Kanjuruhan yang kemudian menjadi cikal bakal Kabupaten Malang.
Luas wilayah Kapubaten Malang adalah 3.534,86 km2 dan terdiri dari 33 kecamatan, 12 kelurahan, dan 378 desa. Jumlah penduduk Kabupaten Malang pada tahun 2020 terdata sebanyak 2,65 juta jiwa. Saat ini, Kabupaten Malang dipimpin oleh Bupati M. Sanusi dan Wakil Bupati Didik Gatot Subroto.
Tahun 2017, Pemerintah Kabupaten Malang mencanangkan tagline atau slogan ”Kabupaten Malang: The Heart of East Java” untuk menguatkan sektor wisata. Dengan slogan itu, Kabupaten Malang ingin menjadi hati atau jantung untuk Jawa Timur karena wilayah kabupaten ini terhitung strategis dan mempunyai potensi wisata yang melimpah.
Di samping itu, kabupaten ini terkenal dengan Stadion Kanjuruhan sebagai kandang dari Arema. Arema mempunyai julukan “Singo Edan” dan memiliki suporter yang sangat banyak.
Dalam perjalanan sejarahnya, Kabupaten Malang selain Kerajaan Kanjuruhan, ada pula Kerajaan Singasari yang juga menjadi salah satu kerajaan yang paling diingat karena kemakmuran serta kisah pendirinya, Ken Arok. Di kabupaten ini, terdapat banyak bangunan bersejarah peninggalan zaman dulu kala seperti candi-candi dan prasasti.
Pemerintah Kabupaten Malang mencanangkan visinya: "Terwujudnya Kabupaten Malang yang MADEP MANTEB MANETEP". Secara terperinci, rumusan visi tersebut dapat dijabarkan sebagai “Terwujudnya Kabupaten Malang yang Istiqomah dan Memiliki Mental Bekerja Keras Guna Mencapai Kemajuan Pembangunan yang Bermanfaat Nyata untuk Rakyat Berbasis Pedesaan”.
Sejarah Pembentukan
Malang berasal dari kata Malangkucecwara yang terdapat dalam lambang kota Malang, yang memiliki arti “Tuhan Menghancurkan yang Bathil”. Malangkucecwara menurut keterangan yang terdapat pada beberapa prasasti adalah sebuah bangunan suci. Letak pasti bangunan suci ini masih menjadi perdebatan diantara para ahli sejarah.
Sejarah terbentuknya Kabupaten Malang tidak terlepas dari Kerajaan Singhasari atau Singasari. Kerajaan ini bercorak Hindu-Buddha. Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok yang sekaligus menjabat sebagai raja pertama dengan gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi pada 1222 masehi.
Nama kerajaan ini sebenarnya adalah Kerajaan Tumapel dengan ibu kota Kutaraja. Penamaan Singasari bermula saat Raja Wisnuwardhana menunjuk putranya, Kertanegara, sebagai putra mahkota dan mengganti nama pusat pemerintahan menjadi Singasari.
Pusat pemerintahan Singasari saat itu berada di Tumapel. Baru setelah muncul Ken Arok yang kemudian membunuh Akuwu Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes, pusat kerajaan berpindah ke Malang, setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri, dan saat jatuh ke tangan Singasari statusnya menjadi Kadipaten. Sementara Ken Arok mengangkat dirinya sebagai raja yang bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardhana atau Dhandang Gendis (1185-1222).
Kerajaan Singasari berada pada masa keemasan saat dipimpin oleh Raja Kertanegara, di mana wilayah kekuasaannya mencakup Bali, Sunda, sebagian Kalimantan, bahkan sebagian Sumatera.
Kerajaan ini mengalami jatuh bangun. Semasa kejayaan Mataram, kerajaan-kerajaan yang ada di Malang jatuh ke tangan Mataram, seperti halnya Kerajaan Majapahit. Sementara pemerintahan pun berpindah ke Demak disertai masuknya agama Islam yang dibawa Wali Songo.
Malang saat itu berada di bawah pemerintahan Adipati Ronggo Tohjiwo dan hanya berstatus kadipaten. Pada masa-masa keruntuhan itu, menurut Folklore, muncul pahlawan legendaris Raden Panji Pulongjiwo. Dia ditangkap prajurit Mataram di Desa Panggungrejo yang kini disebut Kepanjen (Kepanji-an). Hancurnya kota Malang saat itu dikenal sebagai Malang Kutho Bedhah.
Bukti-bukti lain yang hingga sekarang merupakan saksi bisu adalah nama-nama desa seperti Kanjeron, Balandit, Turen, Polowijen, Ketindan, Ngantang, dan Mandaraka. Peninggalan sejarah berupa candi-candi juga merupakan bukti konkrit.
Diantaranya ada Candi Kidal di Desa Kidal Kecamatan Tumpang yang dikenal sebagai tempat penyimpanan jenazah Anusapati (raja kedua Singhasari). Candi Jago/Jajaghu di Kecamatan Tumpang merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Wisnuwardhana (raja keempat Singasari). Candi Singasari di Kecamatan Singosari sebagai penyimpanan abu jenazah raja terakhir Singasari, Prabu Kertanegara.
Pada zaman VOC, Malang merupakan tempat strategis sebagai basis perlawanan seperti halnya perlawanan Trunojoyo (1674-1680) terhadap Mataram yang dibantu VOC. Menurut kisah, Trunojoyo tertangkap di Ngantang.
Awal abad ke-19, ketika pemerintahan dipimpin Gubernur Jenderal, Malang seperti halnya daerah-daerah di nusantara lainnya, dipimpin oleh Bupati. Bupati Malang I adalah Raden Tumenggung Notodiningrat I yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan resolusi Gubernur Jenderal 9 Mei 1820 Nomor 8 Staatblad 1819 Nomor 16.
Kabupaten Malang merupakan wilayah yang strategis pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan. Bukti-bukti yang lain seperti beberapa prasasti yang ditemukan menunjukkan daerah ini telah ada sejak abad VIII dalam bentuk Kerajaan Singhasari dan beberapa kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Kanjuruhan seperti yang tertulis dalam Prasasti Dinoyo.
Prasasti itu menyebutkan peresmian tempat suci pada hari Jumat Legi tanggal 1 Margasirsa 682 Saka, yang bila diperhitungkan berdasarkan kalender kabisat jatuh pada tanggal 28 November 760. Tanggal inilah yang dijadikan patokan hari jadi Kabupaten Malang.
Sejak tahun 1984, di Pendopo Kabupaten Malang ditampilkan upacara Kerajaan Kanjuruhan, lengkap berpakaian adat zaman itu, sedangkan para hadirin dianjurkan berpakaian khas daerah Malang sebagaimana ditetapkan.
Geografis
Kabupaten Malang terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan koordinat 112° 17’ 10,9” - 112° 57’ 0,0” Bujur Timur dan 7° 44” 55,11” - 8° 26’ 35,45” Lintang selatan.
Kabupaten Malang terletak di bagian tengah selatan wilayah Propinsi Jawa Timur dan berbatasan dengan sembilan kabupaten dan Samudera Indonesia. Kabupaten Malang mengelilingi Kota Malang. Sebelah Utara Timur, berbatasan dengan Pasuruan dan Probolinggo. Sebelah Timur, berbatasan dengan Lumajang. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sebelah Barat, berbatasan dengan Blitar. Sebelah Barat-Utara, berbatasan dengan Kediri, Jombang, Kota Batu dan Mojokerto.
Letak geografis sedemikian itu menyebabkan Kabupaten Malang memiliki posisi yang cukup strategis. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya jalur transportasi utara maupun selatan yang melalui Kabupaten Malang.
Kabupaten Malang memiliki wilayah terluas kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekitar 3.530,65 km2. Tinggi rata-rata di Kabupaten Malang adalah 373 meter. Kecamatan tertinggi adalah Kecamatan Pujon dengan ketinggian rata-rata 1.157 meter dari permukaan laut.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Malang merupakan kawasan dataran tinggi dan pegunungan yang berhawa sejuk. Bagian barat dan barat laut berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno (3.339 m) dan Gunung Kawi (2.651 m). Di pegunungan ini terdapat mata air Sungai Brantas, sungai terpanjang kedua di pulau Jawa dan terpanjang di Jawa Timur.
Bagian timur merupakan kompleks Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, dengan puncaknya Gunung Bromo (2.392 m) dan Gunung Semeru (3.676 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Bagian selatan berupa pegunungan dan dataran bergelombang. Dataran rendah di pesisir selatan cukup sempit dan sebagian besar pantainya berbukit.
Kabupaten Malang memiliki potensi pertanian dengan iklim sejuk. Daerah utara dan timur banyak digunakan untuk perkebunan apel. Daerah pegunungan di barat banyak ditanami sayuran dan menjadi salah satu penghasil sayuran utama di Jawa Timur. Daerah selatan banyak digunakan ditanami tebu dan hortikultura, seperti salak dan semangka.
Selain perkebunan teh, Kabupaten Malang juga berpotensi untuk perkebunanan kopi, dan cokelat, terutama daerah pegunungan Kecamatan Tirtoyudo. Hutan jati banyak terdapat di bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan kapur.
Pemerintahan
Dalam buku “Babad Malang” yang ditulis Besar Edy Santoso (2016), catatan para adipati atau tumenggung di Malang di mulai pada tahun 1681. Dalam catatan Francois Valentyn, yang dikutip dari “Groot Djava”, wilayah Malang Raya pernah dipimpin oleh seorang Tumenggung bernama Djogo Soeta atau Ronggo Soeta.
Dalam buku "Babad Malang" kemudian disebutkan secara berturut-turut mengenai para Tumenggung di wilayah Malang, (waktu itu, wilayah Malang juga meliputi Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang), yakni Untung Suropati (1683), Wiromantri (1686), Mas Penganten (1707), Mas Brahim (1723), Pangeran Ario Wirodoningrat (1725), Wironegoro III (1743), Malayakusumo (1763), Kertanegara (1767).
Kemudian berdasarkan catatan resmi Pemkab Malang, Raden Tumenggung Notodiningrat I tercatat sebagai Bupati Malang pertama. Waktu itu, Notodiningrat I diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan resolusi Gubernur Jenderal 9 Mei 1820 Nomor 8 Staatblad 1819 Nomor 16.
Notodiningrat I memimpin Malang pada tahun 1819 hingga 12 November 1839. Kala itu, Belanda menganggap Kabupaten Malang merupakan wilayah yang strategis pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan.
Kemudian Bupati Malang berturut-turut Raden Ario Adipati Notodiningrat II (12-11-1939 s/d 31-7-1884), Pada masa kepemimpinan Bupati Notodiningrat II ini, pemerintah kolonial membuka jalur kereta api Malang-Surabaya (1879) dan trem (1889)
Selanjutnya, Raden Ario Tumenggung Notodiningrat III (31-7-1884 s/d 24-11-1898), Raden Adipati Soerioadiningrat I (Raden Sjarip) (24-11-1898 s/d 23-8-1934), Raden Ario Adipati Sam (23-8-1934 s/d 31-7-1945), Raden Soedono (12-10-1945 s/d 17-3-1950), Raden Mas Tumenggung Ronggo Moestedjo (Bupati Federal) (1947 - 1950), Haji Said Hidajat (17-03-1950 s/d 11-04-1950), Mas Ngabehi Soentoro (01-03-1950 s/d 28-05-1958), Mas Japan Noto Boedojo (01-07-1957 s/d 14-05-1964)
Berikutnya adalah Soendoro Hardjoamidjodjo (3-4-1958 s/d 31-12-1959), Mas Ngabehi Soentoro (01-3-1950 s/d 11-3-1958), Kol. Inf. H.R. Sowignyo (1-11-1969 s/d 21-11-1979), Kol. Inf. Eddy Slamet (22-10-1980 s/d 20-10-1985), Kol. Inf. Abdul Hamid Mahmud (22-10-1985 s/d 24-10-1995), Kol. Inf. Muhammad Said (24-10-1995 s/d 26-10-2000), Mochammad Ibnu Rubianto (26-10-2000 s/d 24-1-2001), Sujud Pribadi (24-1-2001 s/d 24-10-2010), H. Rendra Kresna (24-10-2010 s/d 02-11-2015) dan (17-02-2016 s/d 17-02-2021), serta H. M. Sanusi (15 Oktober 2018 menjadi Plt, dan ditetapkan sebagai Bupati pada 17 September 2019 - sekarang).
Wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Malang terbagi menjadi 33 wilayah kecamatan yang membawahi 12 kelurahan dan 378 desa. Ke-33 kecamatan tersebut adalah Donomulyo, Kalipare, Pagak, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtiyudo, Ampelgading, Poncokusumo, Wajak, Turen, Bululawang, Gondanglegi, Pagelaran, Kepanjen, Sumberpucung, Kromengan, Ngajum, Wonosari, Wagir, Pakisaji, Tajinan, Tumpang, Pakis, Jabung, Lawang, Singosari, Karangploso, Dau, Pujon, Ngantang, dan Kasembon.
Untuk mendukung jalannya pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Malang didukung oleh 11.676 pegawai negeri sipil (PNS) pada tahun 2020. Berdasarkan jenis kelamin, pegawai perempuan lebih banyak dibanding pegawai laki-laki. Pada tahun 2020, PNS laki-laki sebanyak 5.132 orang (44 persen) sedangkan PNS perempuan sebanyak 6.544 orang (56 persen).
Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas PNS berpendidikan sarjana (D-IV/S1/S2/S3), yakni 73,01 persen dari total pegawai. Adapun berdasarkan golongan kepangkatan, jumlah PNS didominasi oleh golongan III yang mencapai 51,88 persen.
Politik
Peta politik Kabupaten Malang selama tiga kali Pemilihan Legislatif (Pileg) menunjukkan dominasi PDI Perjuangan dalam meraih simpati masyarakat Kabupaten Malang.
Pada Pileg 2009, PDI Perjuangan berhasil mendominasi perolehan kursi di DPRD Kabupaten Malang. Partai berlambang banteng moncong putih ini mendapatkan 13 kursi dari 50 kursi yang tersedia di DPRD Kabupaten Malang.
Di tempat kedua diduduki Demokrat dan Golkar yang masing-masing memperoleh delapan kursi. Disusul PKS dan Hanura mendapatkan empat kursi, Gerindra tiga kursi serta PPP dan PKNU mendapatkan satu kursi.
Di Pileg 2014, PDI Perjuangan mampu menduduki tempat teratas dengan perolehan kursi sama dengan Pileg 2009, yakni 13 kursi. Di urutan berikutnya, Partai Golkar berhasil menaikan perolehan kursi dari delapan kursi di Pileg 2009 menjadi 12 kursi di Pileg 2014. Di tempat ketiga ditempati PKB yang memperoleh delapan kursi.
Kemudian partai lain yang mendapatkan kursi adalah Gerindra tujuh kursi, Nasdem empat kursi, Demokrat tiga kursi, PPP dua kursi dan Hanura mendapat satu kursi.
Sementara itu, parpol yang gagal mendapat kursi adalah PKS, PAN, PBB, dan PKPI. Hasil ini sekaligus menunjukkan kekalahan PKS karena pada Pileg 2009, PKS masih mampu menempatkan empat orang wakilnya di kursi DPRD Kabupaten Malang.
Terakhir di Pileg 2019, PDI Perjuangan masih tetap mendominasi perolehan kursi di DPRD Kabupaten Malang, kendati perolehan turun satu kursi. Partai berlambang banteng moncong putih tersebut berhasil mendapatkan 12 kursi.
Sisanya terdiri dari PKB dengan tujuh kursi, PKS enam kursi, Gerindra dan Partai Golkar sama-sama mendapatkan lima kursi. Kemudian, PAN dan Demokrat masing-masing meraih tiga kursi, Nasdem dua kursi, lalu PSI dan Perindo sama-sama mendapatkan satu kursi.
Kependudukan
Kabupaten Malang pada tahun 2020 dihuni oleh 2.654.448 jiwa menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2020. Dalam kurun waktu 10 tahun sejak tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Malang bertambah sebanyak 208.230 jiwa atau rata-rata 21 ribu setiap tahun.
Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki tercatat lebih banyak dibanding penduduk perempuan. Penduduk laki-laki tercatat sebanyak 1.337.805 orang, atau 50,40 persen dari total penduduk. Sementara penduduk perempuan berjumlah 1.316.643 orang, atau 49,60 persen dari total penduduk. Dengan demikian, rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Malang sebesar 101,6, yang artinya dalam 100 penduduk perempuan, terdapat 101 penduduk laki-laki.
Pada tahun 2019, jumlah penduduk bekerja mencapai 1.363 ribu jiwa. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor jasa, yaitu mencapai 43,16 persen. Dilihat dari statusnya, sebanyak 36,44 persen berstatus buruh/karyawan, diikuti dengan penduduk berstatus berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar yang mencapai 17,19 persen.
Sementara itu, jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Malang pada tahun 2020 mencapai 54.106 jiwa atau 3,82 persen. Pengangguran terbuka lebih didominasi oleh laki-laki sebesar 4,00 persen sedangkan TPT perempuan sebesar 3,53 persen.
Berdasarkan etnis, mayoritas penduduk Kabupaten Malang berasal dari suku Jawa. Adapun pemeluk agama yang ada di Kabupaten Malang bermacam-macam, namun mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
Di bidang kebudayaan, Malang memiliki banyak kesenian, mulai dari kesenian tradisional, modern dan musik. Kesenian ini dipengaruhi oleh kekayaan suku dan budaya pada masyarakat.
Salah satu kesenian yang terkenal adalah Wayang Topeng Malangan (Topeng Malang). Kesenian ini merupakan kesenian yang murni dari budaya masyarakat Malang, sehingga mampu mencirikan budaya malangan.
Selain itu, ciri khas malang lainnya adalah bahasa Walikan. Bahasa ini adalah bahasa Jawa yang cara membacanya dibalik dari belakang. Penggunaan bahasa ini biasanya dipakai di kalangan pemuda.
Kesejahteraan
Pembangunan manusia yang diukur dengan indeks pembangunan manusia (IPM) di Kabupaten Malang terus meningkat dalam satu dekade terakhir. IPM Kabupaten Malang pada tahun 2020 tercatat 70,36. Pencapaian IPM ini masuk kategori tinggi.
Dari tiga komponen yang dihitung, komponen umur harapan hidup saat lahir (UHH) tercatat 72,55 tahun pada 2020. Untuk harapan lama sekolah (HLS) tercatat selama 13,18 tahun dan angka rata-rata lama sekolah (RLS) tercatat selama 7,42 tahun. Sedangkan, untuk komponen pengeluaran per kapita sebesar Rp 10,02 juta.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Malang pada Agustus 2020 tercatat sebesar 5,49 persen. Angka pengangguran tersebut meningkat jika dibandingkan Agustus 2019 sebesar 3,7 persen. Menurut BPS Kabupaten Malang, peningkatan angka pengangguran tersebut disebabkan pandemi Covid-19 yang mengakibatkan perusahaan-perusahaan melakukan pemberhentian terhadap para pegawainya.
Adapun penduduk miskin di Kabupaten Malang pada tahun 2020 tercatat sebanyak 265,56 ribu atau setara dengan 10,15 persen. Jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya, angka kemiskinan di Kabupaten Malang meningkat sebanyak 18,96 ribu jiwa. Sebab, pada tahun 2019, angka kemiskinan di Kabupaten Malang hanya 9,47 persen, atau setara dengan 246,60 ribu jiwa.
Selain itu, di sepanjang periode tahun 2019-2020, garis kemiskinan di Kabupaten Malang mencapai Rp 338.156 per kapita per bulan. Artinya mereka yang masuk dalam kategori miskin rata-rata pengeluarannya di bawah garis kemiskinan atau Rp 338.156 tersebut.
Ekonomi
Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Malang pada 2020 mencapai Rp 102,03 triliun. Kontribusi sektor industri pengolahan menjadi yang tertinggi terhadap PDRB Kabupaten Malang. Kontribusi sektor ini tercatat sebesar 33,21 persen dari total PDRB.
Sektor lainnya yang terhitung besar kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Malang adalah sektor perdagangan besar dan eceran: reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 18,12 persen, pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 15,37 persen, dan sektor konstruksi sebesar 12,23 persen.
Di sektor pengolahan, menurut BPS Kabupaten Malang, penyumbang terbesar di tahun 2019 berasal dari industri tembakau yang mencapai Rp 15,54 triliun atau sebesar 46,64 persen. Kemudian industri makanan dan minuman sebesar 35,37 persen, industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 2,77 persen. Industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya sebesar 2,69 persen, industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 2,21persen dan industri furniture sebesar 2,47 persen. Selain itu, peranan kategori lainnya kurang dari dua persen.
Untuk mengembang sektor industri, di kabupaten ini sedang dipersiapkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari yang memiliki luas kurang lebih 120,3 hektare, dan akan fokus pada pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi digital. KEK Singhasari ini diproyeksikan menarik investasi mencapai Rp 11,92 triliun dan menyerap 6.863 tenaga kerja hingga 2030. KEK Singhasari merupakan kawasan ekonomi khusus pertama bidang pengembangan teknologi yang ditetapkan melalui PP 68/2019.
Di sektor perdagangan, pada tahun 2019, Kabupaten Malang tercatat memiliki pasar sebanyak 133 pasar yang tersebar di 33 kecamatan. Jika dirinci berdasarkan jenisnya, di Kabupaten Malang terdapat 101 pasar desa, 14 pasar hewan, 7 swalayan dan 11 pasar wisata.
Di samping pasar tradisional, Kabupaten Malang juga marak dengan hadirnya pasar modern yang tersebar di semua kecamatan. Pada tahun 2018, setidaknya 218 pasar modern telah beroperasi.
Untuk keuangan daerah, di tahun 2020, pendapatan daerah Kabupaten Malang tercatat sebesar Rp 3,81 triliun. Dari jumlah itu, kontribusi terbesar masih ditopang oleh dana perimbangan sebesar Rp 2,2 triliun. Adapun pendapatan asli daerah (PAD) hanya sebesar Rp 583,61 miliar dan lain-lain pendapatan sebesar Rp 1,02 triliun.
Di sektor pariwisata, Kabupaten Malang memiliki destinasi wisata yang sangat beragam, diantaranya adalah wisata pantai, air terjun, candi, hingga wisata kuliner.
Sejumlah destinasi wisata pantai yang terkenal diantaranya Pantai Balekambang, Pantai Ngliyep, Pantai Sendang Biru, Pantai Jonggring Saloko, Pantai Modangan, Pantai Nglurung, Pantai Bantol, Pantai Kondangiwak, Pantai Kondang Merak, Pantai Wonogoro, Pantai Bajul Mati, Air Terjun Coban Glontak, Air Terjun Coban Rondo, dan Air Terjun Coban Pelangi.
Tempat wisata lainnya adalah Gunung Kawi yang terkenal sebagai tempat wisata spiritual yang terletak di Kecamatan Wonosari, Wisata air Wendit di Pakis, Air Terjun Banyu Anjlok yang berada di Pantai Lenggoksono Kecamatan Tirtoyudo, dan Gunung Semeru di Kecamatan Poncokusumo.
Adapun potensi wisata budaya dan peninggalan sejarah di Malang antara lain candi dan situs peninggalan Kerajaan Singasari. Ada beberapa candi yang sudah dikemas, seperti Badut, Singosari, Sumberawan, Jago, dan Kidal. Kabupaten Malang juga mendirikan Museum Singhasari yang berisi koleksi benda peninggalan Singosari.
Untuk mendukung kegiatan pariwisata, di Kabupaten Malang terdapat 296 hotel dan penginapan dengan rincian 9 hotel berbintang, dan 287 hotel non bintang pada tahun 2019. (LITBANG KOMPAS)