Dongeng dari Selatan Fort De Kock
Anne Murdock bahkan tidak menundukkan kepala ketika Lucas van Pieter menatap bola matanya yang telah berlinang.
Lucas van Pieter, seorang letnan yang bertugas di selatan Fort De Kock telah mencuri hati Anne Murdock lewat tatapan mautnya. Waktu itu mereka berdua tidak sengaja berpapasan di perkebunan kopi. Dan lewat sekuntum angin yang berembus, Anne Murdock terbius wangi lelaki tampan bertubuh tegap itu. Ia tersipu malu saat Lucas van Pieter menyapanya.
Sepulang dari perkebunan, Anne Murdock seperti lumpuh. Ia dapat merasakan ngilu merambat ke sekujur tubuh, menguasai dirinya akan kepurbaan harapan mendapat pelukan dari Lucas van Pieter.
Hingga hari menjadi gelap, Anne Murdock hanya terbaring di kasur. Ia gelisah dan amat menyesali peristiwa itu terjadi begitu singkat, tanpa pembicaraan sekadar berbasa-basi.
“Mengapa dia tidak memulai percakapan?” tanya Anne Murdock untuk dirinya sendiri.
**
Pagi hari ketika matahari belum muncul dan kuda masih di alam mimpi, Anne Murdock telah melompat dari kasur untuk memaksa si kuda meringkik dan memacu kaki-kaki kakunya berlari seperti di arena balapan.
Lucas van Pieter yang selalu tidur seperti ayam, terjaga karena mendengar hentakan kaki kuda. Ia bangkit dan mengintip dari jendela.
“Bagaimana perempuan itu tahu tempat tinggalku,” ia bergumam.
Dengan sikap seorang letnan, Lucas van Pieter menyambut kedatangan perempuan konyol itu. Ia tetap tenang meski Anne Murdock memasang wajah menggoda. Dan tanpa mengucapkan sepatah kata, Anne Murdock memeluknya dan menyatakan apa yang telah ia rasakan semalaman ini.
“Tatapan Tuan membuatku berani melakukan ini,” katanya.
“Aku harap Anda tidak sedang mengigau, Nona,” Lucas van Pieter berbisik sambil tangannya mengelus rambut Anne Murdock.
Anne Murdock bahkan tidak menundukkan kepala ketika Lucas van Pieter menatap bola matanya yang telah berlinang.
“Aku tidak pernah bertemu perempuan seperti Anda sebelumnya,” ucap Lucas van Pieter.
“Itu berarti tak ada orang selain aku yang lebih serius dari semuanya,” kata Anne Murdock.
Lucas van Pieter tahu itu kalimat godaan. Ia amat menyukai perempuan Belanda. Namun, untuk menunjukkan sikap lemah atas pernyataan cinta, itu bukan caranya sebagai seorang letnan. Ia tetap tegap dan menyilakan Anne Murdock untuk masuk dengan alasan angin pagi akan menusuk kulitnya yang lembut.
**
Di Garu, selatan Fort De Kock, Lucas van Pieter terkenal kejam. Ia pernah meracuni kerabat kerjanya hanya karena tidak berdoa sebelum makan. Ia juga pernah memotong leher seorang jenderal karena kesal dengan caranya menaiki kuda. Dan kepada buruh, Lucas van Pieter selalu bersikap tegas bahkan lebih sering seperti iblis. Ia selalu menghantam dan melecut punggung para buruh dengan atau tanpa alasan yang jelas.
Anne Murdock mula-mula tidak suka pada sikap kejam Lucas van Pieter yang demikian, namun entah kenapa, setelah terlalu sering melihat kekerasan yang dilakukan Lucas van Pieter, Anne Murdock semakin tertarik dan dalam hati ia selalu berharap tidak hanya seorang buruh yang harus mati di tangan Lucas van Pieter, melainkan beberapa dengan cara yang lebih keji.
Dan doa itu terjawab setelah seorang buruh bernama Amin, meregang nyawa atas amukan Lucas van Pieter. Banyak orang menyaksikan Amin dibuang ke dalam lubang pembakaran. Dan mendengar bagaimana suara Amin berseru meronta-ronta sebelum dagingnya menjadi abu, para buruh tak pernah terlihat duduk sedetik, mereka selalu bekerja siang malam hingga jatuh dan mati kelelahan.
**
Selain Amin korban pembakaran hidup-hidup, tentu ada Amin lain, dan Amin lain inilah yang berani pada Anne Murdock. Semasa menjadi buruh dan sering disiksa, Amin lain ini selalu berharap diberi kesempatan untuk membalas dendam. Dan saat Lucas van Pieter dan Anne Murdock berpesta anggur, Amin melihat peluang lebih berpihak padanya.
Jauh sebelum kesempatan itu ada, Amin sering membicarakan hal ini pada temannya sesama buruh, dan temannya menganggap Amin orang yang berbahaya. Larut waktu berlalu, tak ada seorang yang ingin dekat dengan Amin, sebab mereka tak ingin ada masalah serius dalam hidup mereka.
Dan di malam itu, Amin membuktikan semuanya. Lucas van Pieter yang menyeret Anne Murdock ke dalam kamar—setelah dikuasai anggur—, telah tertidur pulas sebelum menindih Anne Murdock. Dan Anne Murdock yang seperti terbang, tidak menyadari Aminlah yang menguasai tubuhnya sebanyak jam kerjanya, alias tiada henti sampai Lucas van Pieter mendapat kesadarannya kembali, lalu melihat kenyataan Anne Murdock ditunggangi seperti kuda lumpuh. Lucas van Pieter marah dan memecut punggung Amin sampai ia mampus. Dan Anne Murdock yang kesetanan saat itu, ditinggalkan Lucas van Pieter setelah lebih dulu tubuhnya dikencingi.
**
Lewat selembar surat, kuasa wilayah Garu, selatan Fort De Kock diserahkan seutuhnya pada Anne Murdock. Dan Anne Murdock sering tidak ditakuti oleh para buruh, sebab wajahnya teramat menggairahkan. Hampir tiap malam, satu per satu buruh menjadi berani. Mereka seperti dirasuki hantu Amin untuk menggarap Anne Murdock.
Semakin hari Anne Murdock semakin kewalahan. Hampir setiap buruh telah menidurinya. Hingga pada malam ketika Anne Murdock merasa perutnya membesar, ia lari dari Garu dengan perahu buatan tangan buruh.
Dalam perjalanan Anne Murdock selamat sampai di sebuah pulau. Ia disambut lelaki Belanda lain bernama Gockn Hern, lebih rupawan serta kejam dibanding Lucas van Pieter. Namun setelah sempat saling berhubungan, Gockn Hern terpaksa meninggalkan Anne Murdock setelah rahasia Anne Murdock yang diperkosa buruh, terbongkar olehnya. Dan yang lebih menyakiti Anne Murdock, dia bukan satu-satunya orang yang ditinggalkan, melainkan korban dari banyaknya yang lain. Anne Murdock tahu setelah banyak bercerita dengan para buruh.
Dan seperti yang telah terjadi, Anne Murdock menjadi pemimpin di wilayah baru itu. Untung baginya, karena buruh-buruh lebih kalem dan lebih tunduk padanya dibanding tempat perkebunan yang dulu. Sampai tak ada satu yang berani melihat betis atau leher Anne Murdock, meski mereka diajak bicara dan berani bercerita banyak hal. Sampai Anne Murdock melahirkan dan bayi itu dibuangnya. Dan dia pergi entah ke mana, tanpa diketahui oleh seorang pun.
**
Bandol, seorang buruh yang di masa lalu sering ditendang kepalanya oleh Gock Hern, menyelamatkan bayi itu setelah empat puluh delapan jam terjepit di sebuah batu. Bandol merawatnya dan memberinya nama Van Jan Melk, persis seperti nama orang Belanda yang pernah mempekerjakannya sebelum diserahkan pada Gock Hern.
Hingga Van Jan Melk tumbuh dewasa, Bandol dibunuh dengan cara dipanggang hidup-hidup. Bukan sebuah rahasia bahwa pantat Van Jan Melk sering disodom Bandol, karena semua buruh sering dibunuh lantaran menceritakan kebiasaan Bandol menyodom sapi. Gock Hern benci hal semacam itu dan dia lebih suka membunuh setiap waktu.
Setelah membunuh Bandol, Van Jan Melk mendapat kekuasaan. Tidak lain karena ia orang Belanda yang mampu berpikir dan membaca. Dan entah benar atau salah apa yang dibaca olehnya, tak satu pun orang dapat menjamin, sebab semua buruh di wilayahnya buta huruf. Van Jan Melk hanya mengangkat surat, menerawang dan menyimpulkan, lalu memberi tugas pada semua buruh untuk bekerja seperti mesin.
Van Jan Melk lebih banyak memerintah sesuai dengan apa yang ada di pikirannya. Dan tidak heran bila angka kematian buruh di wilayah itu lebih tinggi ketimbang wilayah lain. Kadang Van Jan Melk meminta buruh mencongkel batu yang ada di atas gunung, kadang memindahkan pohon-pohon, kadang menguras sungai supaya ia dapat melihat dasarnya.
Van Jan Melk selalu bersikap kejam sampai ia bertemu perempuan yang membuatnya jatuh cinta. Tidak lain perempuan itu orang Belanda yang memohon diberi kesempatan hidup karena ia putus asa setelah dihinakan oleh buruh bernama Amin.
Baca juga : Di Batang Lunto Panggih Menunggu
Tidak butuh waktu lama bagi Van Jan Melk untuk menemukan Amin, apa lagi membunuhnya. Dan setelah membunuhnya, Van Jan Melk menyatakan cintanya pada perempuan Belanda itu. Mereka saling mengasihi dan memutuskan untuk melaut ke tempat yang belum pernah mereka kunjungi.
Sampai di sebuah pulau tanpa penghuni, mereka turun dan membangun sebuah pondok. Beberapa waktu setelah hidup bersama di pulau itu, perempuan Belanda melahirkan seorang bayi laki-laki yang semakin hari semakin mirip Van Jan Melk.
Hingga di usia tuanya, Van Jan Melk mati dalam pelukan perempuan Belanda yang dicintainya. Dan perempuan Belanda mati dalam pelukan Van Jan Melk. Sedangkan anak mereka yang bernama Melk Jan, menyaksikan kematian kedua orangtuanya, tanpa rasa bersalah.
Dan Melk Jan kini kehilangan arah. Ia berjalan tanpa tujuan dan menemukan tulang rangka manusia dalam keadaan setengah hangus. Dan entah dari mana Melk Jan yakin, tulang rangka itu adalah kakeknya yang malang karena mati dibakar.***
Beri Hanna adalah penulis kelahiran Bangko, Jambi. Ia sering terlibat dalam beberapa pertunjukan teater berbasis riset tubuh dan tata ruang, baik sebagai dramaturg, aktor, dan tim artistik bersama Tilik Sarira. Ia memenangi Sayembara Novel Renjana, 2021. Ia bergiat di Kamar Kata Karanganyar. Bukunya akan terbit berjudul Menukam Tambo.