logo Kompas.id
CerpenCakar Dubuk Tutul
Iklan

Cakar Dubuk Tutul

Para penari menelan api, lalu menyemburkan ke arahku. “Moto!**” teriak mereka berulang-ulang. Apakah aku dianggap pencuri dan oleh hukum adat Malawi harus dibakar hidup-hidup?

Oleh
Naning Scheid
· 8 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/8YrCPIthxo2cd0s3XCBaRt81vfg=/1024x777/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F02%2FIMG_9898_1613808077.jpg

Di Nsanje, pada musim kemarau awal Juni 2016 aku bertemu Kulunga, perempuan Malawi berusia sekitar 30-an dan berkulit legam. Dengan tatapan mata putus asa ia menceritakan rahasia tentang ritual persetubuhan dengan “Dubuk Tutul”.

”Suami saya baru saja meninggal, Dok. Sesuai adat, saya harus menjalani Kusasa Fumbi. Orangtua saya membayar seorang Dubuk Tutul untuk berhubungan intim dengan saya. Saya sudah pernah menjalani satu kali dan masih trauma. Ini pemerkosaan, Dok. Saya tidak mau lagi,” ucap Kulunga pelan. Mimik wajahnya ketakutan. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri.

Editor:
Mohammad Hilmi Faiq
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000