logo Kompas.id
BukuPemikiran Mariana Mazzucato...
Iklan

Pemikiran Mariana Mazzucato tentang Peran Inovatif Negara

Menyambut Pemilu 2024, buku ini dapat menjadi referensi penting dalam menetapkan arah ekonomi Indonesia ke depan.

Oleh
KRISTIANUS PRAMUDITO ISYUNANDA
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/sZJKtXO7OwO0YuKj1aL3bD5Zark=/1024x740/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F01%2F07%2Fed5c1b1d-28c2-4b64-a902-37e706f12a24_jpeg.jpg

Perdebatan posisi negara dalam pembangunan ekonomi telah berlangsung berabad-abad. Filsuf abad ke-18, Adam Smith, dengan postulat invisible hand memercayai idealitas pasar bebas atau laissez-faire demi inovasi dan persaingan sehat. Mekanisme pasar berfungsi mendisiplinkan agen ekonomi dalam pasar bebas. Pemikiran itu didukung banyak pakar, termasuk Friedrich Hayek, yang melalui karyanya, The Road to Serfdom (1945), berpendapat bahwa kontrol negara hanya akan menghambat inovasi. Mereka yang tergabung dalam kubu ini memandang negara sebagai tokoh antagonis dan intervensi bersifat kontraproduktif.

Meski memikat secara teoretis, pendekatan tersebut cenderung utopis. Konsep laissez-faire sejatinya adalah desain sistem ekonomi berdasarkan aturan-aturan hukum yang diciptakan melalui kekuasaan negara. Dalam perkembangan politik ekonomi, kehadiran negara pun tak terelakkan.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Hal yang masih menjadi topik hangat hari ini adalah mengenai metode difusi horizontal kekuasaan negara dan proporsi ideal campur tangan pemerintah. Perkembangan ilmu aliran konstruksivisme negara kerap berhenti pada fungsi mencegah dan memperbaiki kegagalan fungsi pasar (market failure).

Buku The Entrepreneurial State: Debunking Public Vs Private Sector Myths karangan Mariana Mazzucato, profesor ekonomi inovasi dan nilai publik pada University College London, menjadi referensi yang patut diselami dalam upaya pembangunan ekonomi. Berfokus pada penelitian ekonomi inovasi dan kewirausahaan, Mariana mendobrak cara pandang konvensional peran pasif negara dalam mendorong inovasi.

Berfokus pada penelitian ekonomi inovasi dan kewirausahaan, Mariana mendobrak cara pandang konvensional peran pasif negara dalam mendorong inovasi.

Konsep negara kewirausahaan (entrepreneurial state) menantang anggapan bahwa negara hanyalah penata usaha, sedangkan inovasi murni berasal dari sektor privat. Mariana menyuguhkan temuan keterlibatan aktif negara dalam kebaruan inovasi dan ekonomi meski kadang tersembunyi di balik layar.

Buku ini menawarkan tesis radikal atas fungsi pemerintah, dari mesin birokratis yang kikuk menjadi katalisator bisnis baru, serta dari peran meminimalkan risiko sektor privat (de-risking) menjadi pengambil risiko (risk taker) demi menyambut kesempatan dan inovasi baru. Gagasan ini mengajak negara berperan tak hanya sekadar sebagai pembenah kegagalan pasar (market fixer), tetapi menjadi inovator pembentuk dan pencipta pasar (market shaper).

Tak mengherankan, dalam pembukaan dan kesimpulan buku yang terdiri atas sepuluh bab ini, Mariana mengutip tulisan John Maynard Keynes dalam The End of Laissez Faire (1926) bahwa pemerintah sejatinya perlu melakukan hal-hal yang saat sekarang belum dilakukan sama sekali oleh unit individual.

Naluri hewani

Keynes memang dikenal sebagai pendukung intervensi negara dan pencetus kebijakan ekonomi kontrasiklikal. Mariana menangkap maksud tersirat Keynes dan membaurkannya dengan konsep naluri hewani (animal spirit) yang juga dicetuskan Keynes pada konteks investasi guna mengonstruksikan peran negara pada inovasi pembangunan.

Dalam buku ini, Mariana beberapa kali menekankan pentingnya menciptakan target besar dan ambisius. Ia memberikan contoh misi mengirimkan manusia ke bulan yang dicanangkan Presiden Amerika Serikat tahun 1961. Menariknya, sampul pada edisi pertama buku ini (2013) berwarna jingga dengan logo kepala singa. Mariana mengungkapkan, makna warna dan simbol tersebut merepresentasikan naluri hewani negara dalam membangun ekonomi.

https://cdn-assetd.kompas.id/3WqkRu64IAUtaKYqvl3RQ5Q1DoY=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F12%2Fc4999e8a-886c-470c-bee2-87b38806cc81_jpg.jpg

Pada 20 November 2023, saya berkesempatan menghadiri peringatan sepuluh tahun buku ini di kota London. Pertanyaan menarik dilontarkan oleh moderator di tengah diskusi malam itu. Setelah sepuluh tahun, apakah buku ini masih relevan di masa sekarang? Sang pengarang menjawab, gagasannya masih relevan. Meskipun telah banyak diterima, ia mengungkap tantangan utama mewujudkan negara kewirausahaan datang dari kekuatan lobi dalam politik ekonomi dan kemasan narasi yang ”tepat” atas inovasi privat berkaitan dengan jumlah dana yang fantastis.

Pada edisi peringatan tahun 2023, Mariana menambahkan pengantar bertema empoweringthe state to direct growth. Ia mengakui awalnya menulis untuk merespons tren penghematan pascakrisis finansial global 2008. Ketika dalam kondisi pelemahan ekonomi, pemerintah semestinya berinvestasi guna menstimulasi pertumbuhan. Saat tujuan itu telah diterima secara umum, Mariana menyatakan, tesis dalam bukunya hari ini lebih relevan dari sebelumnya.

Pascapandemi Covid-19, dunia ditantang kebutuhan atas kebangkitan strategi industrial, disertai pelbagai perkembangan tantangan zaman, termasuk urgensi investasi berbasis keberlanjutan lingkungan (sustainable development goals) yang dapat menjadi pijakan ambisi rasional dalam merealisasikan ide The Entrepreneurial State.

Iklan

Kita kerap terjebak presumsi bahwa perilaku negara erat dengan konservatisme dan kehati-hatian. Sementara itu, sektor privat dianggap sebagai sumber inovasi dan perkembangan lantaran pebisnis privat merupakan pengambil risiko eksesif (risk-loving). Mariana menolak anggapan tersebut. Ketidakpastian secara inheren terkandung dalam setiap upaya inovasi. Menyikapi fakta itu, pelaku privat memiliki bias terhadap viabilitas komersial. Sebaliknya, negara memiliki ruang gerak yang lebih dan pada kenyataannya terjun dalam area ketidakpastian radikal meskipun narasi ini tak lantang dikumandangkan.

Mariana menekankan, jika kita mengabaikan signifikansi peran besar negara terhadap inovasi, distribusi keuntungan akan condong terprivatisasi, sementara biaya dan risiko kegagalannya ditanggung renteng oleh publik.

Mariana mengilustrasikan argumennya dalam beberapa studi kasus, mulai dari inovasi teknologi hingga industri farmasi. Para pengguna iPhone tentu akrab dengan fitur canggih layar sentuh, Siri, dan geolokasi peta. Glorifikasi pemikiran genius ”dari garasi” Silicon Valley, area di California Utara, AS, di mana Apple bermula membentuk imajinasi bahwa inovasi teknologi merupakan buah pikir yang murni privat, lepas dari bantuan negara. Penelitian Mariana mengungkap fakta sebaliknya. Ekosistem internet yang mendukung eksistensi ponsel pintar, serta fitur layar sentuh, bantuan suara Siri, dan geolokasi, seluruhnya diinisiasi Pemerintah AS pada inovasi sektor pertahanan dengan anggaran megabesar pemerintah.

Mariana menekankan, jika kita mengabaikan signifikansi peran besar negara terhadap inovasi, distribusi keuntungan akan condong terprivatisasi, sementara biaya dan risiko kegagalannya ditanggung renteng oleh publik. Kondisi tersebut berpotensi meningkatkan ketimpangan serta mengancam inovasi masa depan.

Misi berorientasi publik

Tak berhenti pada paparan temuan fenomena, Mariana juga mengingatkan adanya pelbagai mitos atas faktor kunci inovasi, seperti atribusi research and development (R&D), signifikansi pelaku kecil dan mikro, hingga perilaku risk-loving pemodal ventura dan produksi paten. Ketergantungan berlebih atas faktor-faktor yang diuraikan sebagai mitos itu berpengaruh pada alokasi sumber daya.

Jebakan lainnya adalah pengukuran pertumbuhan yang memiliki keterbatasan. Mariana menyatakan bahwa misi menumbuhkan ekonomi tidaklah cukup. Perlu kolaborasi aktif negara dan sektor privat dalam wujud investasi bersama yang dimotivasi oleh misi besar berorientasi publik.

https://cdn-assetd.kompas.id/mAzDB_0IhRlwtYwwxhWdYccKeTg=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F06%2Fa4c3c78a-05a7-4ba1-8a1b-0a955c125bdf_jpg.jpg

Kesimpulan dini bahwa negara hanya dapat mengatur struktur insentif agar tercipta iklim bisnis kondusif, seperti diskon pajak, justru memengaruhi hubungan antara sektor publik dan privat yang akan bersifat parasitik, bukan simbiotik. Alhasil, insentif tidak akan efektif. Mewujudkan pandangan negara yang inovatif dapat mengubah kalkulus alokasi sumber daya menjadi lebih efisien dan condong membentuk hubungan publik-privat yang simbiotik.

Gagasan Mariana meletakkan fondasi penting untuk peran inovatif negara dalam membangun ekonomi.

Buku ini cocok dibaca berbagai kalangan, antara lain akademisi, praktisi bisnis, dan terutama teknokrat dan pengambil kebijakan. Menyambut pesta demokrasi Indonesia tahun 2024, buku ini dapat menjadi referensi penting calon nakhoda Republik Indonesia dalam menetapkan arah ekonomi Indonesia ke depan. Bagi masyarakat pemilih, buku ini juga dapat menjadi rujukan evaluasi gagasan ekonomi yang diusung para calon dalam kontestasi. The Entrepreneurial State memprovokasi pembaca secara paradigmatik mengenai peran besar negara dalam ekonomi dan inovasi.

Kristianus Pramudito Isyunanda, Pelaksana Program Tugas Belajar S-3 Hukum Bank Indonesia pada University College London

Data Buku

Judul: The Entrepreneurial State: Debunking Public Vs Private Sector Myths

Penulis: Mariana Mazzucato

Penerbit: Penguin Books

Tahun terbit: Edisi 10thanniversary tahun 2023

Tebal buku: xxx + 260 halaman

ISBN: 978-0-141-98610-4

Editor:
YOHANES KRISNAWAN
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000