Kepemimpinan bagi Jenderal TNI Dudung Abdurachman selain harus menjadi teladan, juga merupakan kesempatan untuk mengasihi anak buah. Sehingga, organisasi dapat bekerja secara optimal.
Oleh
SUSANTI AGUSTINA S
·2 menit baca
Judul: Loper Koran Jadi Jenderal: Seni Memimpin Jenderal TNI Dudung Abdurachman
Penulis: Imelda Bachtiar
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tahun terbit: 2022
Jumlah halaman: xxxv+316 halaman
'Pemimpin harus punya prinsip, jangan rata air saja' demikian pernyataan Jenderal TNI Dudung Abdurachan dalam The Art of Military Leadership : Rekam Jejak Brigjen TNI Dudung Abdurachman (Akademi Militer, 2016). Pernyataan tersebut menunjukkan sikapnya ketika menjadi pemimpin. Baginya, seorang pemimpin
harus memiliki imajinasi, inovasi, visi, isi, harapan, serta cita-cita. Kalau tidak punya itu semua, maka akan menjadi pemimpin biasa-biasa saja.
Buku biografi Jenderal TNI Dudung Abdurachman berjudul “Loper Koran Jadi Jenderal” (Penerbit Buku Kompas, 2022) ditulis oleh Imelda Bachtiar. Buku ini berbicara tentang kisah masa kecil Jenderal TNI Dudung Abdurachman. Jenderal TNI Dudung ditinggal ayahnya yang meninggal dunia karena sakit pada saat dirinya masih berusia 12 tahun. Demi membantu ekonomi keluarga, saat masih menjadi siswa SMA, Dudung remaja bekerja menjadi loper koran dan penjual klepon,
Kondisi ekonomi keluarga saat masa kecil hingga remaja yang serba kekurangan tidak menyurutkan semangatnya untuk mewujudkan cita-cita menjadi seorang prajurit TNI Angkatan Darat. Pekerjaan menjadi loper koran dan berjualan klepon dilakoninya sembali melanjutkan sekolah demi dapat masuk Akademi Militer (Akmil).
Pengalaman masa kecil membuatnya sadar bahwa keberhasilan tidak seperti membalik telapak tangan. Pekerjaan menjadi loper koran dan penjual klepon secara tidak sengaja turut menempanya menjadi pribadi yang tangguh, cekatan dan rajin. Baginya, keberhasilan hanya dapat diraih lewat perjuangan, pengorbanan, serta semangat yang gigih.
Publikasi dengan 316 halaman tersebut lebih jauh menceritakan pengalaman Jenderal TNI Dudung Abdurachman ketika berkarier di dunia militer. Akademi Militer mengajarkan berbagai teori kepemimpinan militer yang baku. Misalnya, bagaimana berani, loyal, jujur, sederhana, serta bagaimana menjadi teladan, bagaimana mementingkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Namun, seringkali teori dan aplikasinya saat sudah menjadi perwira bertolak belakang. Kondisi ini yang berusaha diubah oleh KASAD, Jenderal TNI Dudung Abdurachman saat menjabat.
Menjabat sebagai pemimpin di dunia militer baginya merupakan kesempatan untuk lebih memperhatikan anak buah, serta mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Jenderal TNI Dudung, yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat mempraktekkan seni kepemimpinan yang khas, yakni selalu mengayomi prajuritnya, menjadi bapak, teman sekaligus pemimpin bagi seluruh kesatuan yang dipimpin sepanjang karir militernya hingga menjadi KASAD.
Publikasi ini bermanfaat sebagai pendorong semangat bagi generasi muda terutama para perwira remaja TNI. KASAD menunjukkan bahwa karir tinggi tidak serta merta diperoleh secara instan. (STI/Litbang Kompas)