logo Kompas.id
BukuHadirnya Listrik di Surakarta
Iklan

Hadirnya Listrik di Surakarta

Hadirnya listrik di Surakarta membawa perkembangan peradaban yang tak ternilai harganya. Beragam fenomena, budaya, bahkan dinamika politik muncul setelah listrik hadir.

Oleh
Agustina Rizky Lupitasari
· 3 menit baca

JudulJejak Listrik di Tanah Raja: Listrik dan Kolonialisme di Surakarta: 1901-1957
PenulisEko Sulistyo
PenerbitKepustakaan Populer Gramedia
Tahun terbit2021
Jumlah halamanxiii+278 halaman
ISBN978-602-481-676-6

https://cdn-assetd.kompas.id/GMYj4aHmrJHxGKfMz9JkFMJmI54=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2F2021_1127_13360700_1637992316.jpg
Kompas

Halaman muka buku berjudul Jejak Listrik di Tanah Raja: Kolonialisme di Surakarta 1901-1957

Sebuah iklan terbit di tahun 1890-an. Iklan ini menggambarkan perkembangan teknologi kelistrikan yang dikembangkan koloni Inggris di Afrika. Iklan yang dibuat perusahaan listrik Woodhouse Rawson ini memicu pemerintah kolonial Belanda untuk mendirikan pula Perusahaan Listrik Hindia Belanda atau Nederlandsche-Indische Electriciteit-Maatschappij (NIEM) di Gambir, tujuh tahun setelah iklan ini terbit. NIEM inilah yang menjadi cikal bakal hadirnya listrik di Hindia Belanda, yang kemudian mencapai Surakarta.

NIEM yang awalnya memasok listrik di Batavia ini selanjutnya melakukan ekspansi ke Surabaya dengan mendirikan Nederlandsche-Indische Gas Maatschappij (NIGM). NIGM selanjutnya mendirikan anak perusahaan bernama Algemeene Nederlandsch-Indische Electriciteit-Maatschappij (ANIEM) yang membangun PLTA Susukan di Kali Tuntang, Jawa Tengah. PLTA inilah yang menjadi pemasok listrik di Jawa Tengah.

Hingga pada tanggal 13 Agustus 1900, koran DE Nieuwe Vorstenlanden menerbitkan berita mengenai peluang hadirnya kelistrikan di Surakarta dan sekitarnya. Berita ini menjadi titik awal hadirnya perusahaan listrik di Surakarta. Tepatnya tanggal 12 Maret 1901 di Batavia, Solosche Electriciteits Maatschappij (SEM), perusahaan listrik yang merupakan anak perusahaan dari ANIEM, resmi berdiri.

Surakarta atau Solo pada masa kolonial Belanda merupakan pusat kedudukan dua wilayah raja, yaitu Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran. SEM memanfaatkan PLTA Susukan di Kali Tuntang dalam memasok listrik. Ketika kebutuhan listrik semakin meningkat, Mangkunegara VII hendak membangun pembangkit listrik sendiri di Tawangmangu, tetapi tidak diizinkan pihak Belanda karena akan membuat SEM rugi.

SEM menghadirkan ketegangan baru dalam politik karena adanya konflik kepentingan antara penguasa Surakarta dan Belanda. Selain mewarnai dinamika politik di Surakarta, kehadiran SEM ini ternyata juga membawa budaya baru di Surakarta, yakni budaya perkotaan. Sebelumnya, masyarakat hanya akrab dengan pertunjukan kesenian, seperti ketoprak, wayang orang, wayang kulit, dan sejenisnya. Namun, sejak listrik menerangi Kota Surakarta, masyarakat mulai mengenal bioskop. Fenomena kota juga berdenyut seusai maghrib sehingga muncul fenomena nglembur, angkringan, hingga urbanisasi.

Sejarah hadirnya kelistrikan di Hindia Belanda, khususnya Surakarta, dirangkai Eko Sulistyo dalam bukunya yang berjudul Jejak Listrik di Tanah Raja: Listrik dan Kolonialisme di Surakarta 1901-1957. Buku setebal 278 halaman ini ditulis berdasarkan kajian mendalam Eko Sulistyo terhadap berbagai dokumen serta arsip foto koleksi Universitas Leiden, Nationaal Archief, dan Nederlands Instituut voor Militaire Historie di Belanda, arsip koran dan majalah lama, serta yang paling menjadi ”harta karun” Eko adalah denah dan instalasi listrik yang dibuat oleh ANIEM pada 1936.

Eko Sulistyo, yang saat ini menjabat sebagai Komisaris PT PLN, juga seorang sejarawan yang menggemari dunia tulis-menulis. Kajian mendalamnya terhadap sejarah hadirnya listrik di wilayah Surakarta dan sekitarnya ini melengkapi kekosongan literatur mengenai kelistrikan pada awal abad ke-20.

Berbeda dengan buku sejarah pada umumnya, buku ini mengurai sejarah bukan dalam bentuk kronik, melainkan lebih pada pendekatan sosial. Lebih dalam dari sekadar mengurai kronologi hadirnya listrik di tanah para raja, buku ini menyelami perkembangan peradaban yang terjadi akibat hadirnya listrik.(LITBANG KOMPAS)

Editor:
santisimanjuntak
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000