logo Kompas.id
BukuSejarah Interaksi Manusia dan ...
Iklan

Sejarah Interaksi Manusia dan Alam di Masa Lalu

Sejarah soal hubungan kesinambungan antara manusia dan alam terungkap dalam buku ini. Mengisi kekosongan literatur dalam tema tersebut.

Oleh
Arief Nurrachman
· 2 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/s0cGH498AI_-liST1t20RUWrJZs=/1024x579/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2FIMG_20211110_153519_1636761264.jpg
Kompas

Halaman muka buku berjudul Benantara: Bentang Alam dalam Gelombang Sejarah Nusantara.

Bentang alam di wilayah Nusantara tidak hanya memiliki kekhasan yang membedakan dengan wilayah lainnya di dunia, tetapi juga kedudukannya dalam membentuk budaya serta nilai-nilai spiritualisme masyarakatnya, khususnya di Jawa, bahkan sejak masa prasejarah.

JudulBenantara: Bentang Alam dalam Gelombang Sejarah Nusantara
PenulisBukhori Masruri
PenerbitKepustakaan Populer Gramedia
Tahun terbit2021
Jumlah halamanxii + 193 halaman
ISBN978-602-481-654-4

Kesimpulan tersebut didapat setelah membaca buku baru dari penerbit Kepustakaan Populer Gramedia berjudul Benantara: Bentang Alam dalam Gelombang Sejarah Nusantara. Buku yang merupakan kumpulan tulisan dari para sejarawan dan pemerhati sejarah ini patut diapresiasi. Publikasi ini mengisi kekosongan penelitian sejarah yang berfokus pada relasi antara manusia dan alam. Sebelas esai yang terkumpul merupakan kerja dari Komunitas Edukasi Museum yang diinisiasi oleh Ahmad Bukhori Masruri.

Bentang alam seperti gunung dan dataran tinggi dinilai sakral, baik dalam kepercayaan awal Nusantara maupun setelah masuknya Hindu-Buddha. Terbukti, dari banyaknya peninggalan arkeologis seperti punden berundak, candi, dan pertapaan di beberapa gunung di Jawa seperti diulas dalam buku ini. Hal ini merupakan wujud dari penghormatan manusia dengan alam.

Interaksi manusia dengan alam memiliki etika yang harus dipatuhi. Etika dalam interaksi antara manusia dan alam diturunkan dari generasi ke genarasi melalui folklor. Hal ini seperti dijelaskan dalam bab Serat Centhini dan tradisi lisan legenda buah Parijoto di Desa Colo. Di sinilah terdapat kaitan erat antara pemahaman alam dan budaya. Apabila pemahaman terhadap alam hilang, turut hilang pula kebudayaannya, seperti dijelaskan dalam bab Cagar Budaya Watu Tumpeng di Pemalang.

Kesinambungan interaksi manusia dengan alam akan melahirkan hubungan yang saling menjaga dan tidak saling merusak satu sama lain. Perkembangan teknologi sekalipun tidak akan merusak hubungan manusia dan alam jika menaati etika-etika dalam memanfaatkan alam.

Bentang alam menjadi potensi yang bisa dikembangkan bagi keberhasilan pembangunan atau bisa jadi mengulang kejayaan pada era Majapahit. Salah satu contohnya lewat pemanfaatan hutan kayu jati sebagai bahan dasar Kapal Jung sebagai kekuatan maritim yang disegani. (LITBANG KOMPAS)

Editor:
santisimanjuntak
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000