logo Kompas.id
BukuPenyakit dan Wabah dalam...
Iklan

Penyakit dan Wabah dalam Sejarah Islam

Para ahli fiqih dan ahli hadis Islam cukup perhatian terhadap taun dan wabah, dibuktikan dengan banyaknya tulisan mereka terkait hal tersebut jumlahnya melebihi literatur parah ahli kedokteran.

Oleh
Arief Nurrachman
· 4 menit baca

Sejarah Islam menunjukkan penyebaran penyakit yang memakan banyak korban jiwa telah terjadi di era nabi Muhammad SAW sekitar 627 M. Penyakit menular atau taun  yang terjadi pada masa itu dikenal  dengan taun Shirawaih.

Penyakit lainnya kembali menyebar pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang menyerang negeri Syam sekitar tahun 638 M, dikenal sebagai taun Amwas. Karakteristik taun Amwas dicirikan dengan adanya pembengkakan di permukaan badan, sekitar ketiak, paha, saluran kandung kemih, jari tangan bahkan seluruh tubuh.

JudulRiwayat Taun dan Wabah dalam Sejarah Islam
PenulisJalaluddin as-Suyuthi
PenerbitPT Pustaka Alvabet
Tahun terbit2020
Jumlah halamanvi + 420 halaman
ISBN978-623-220-101-9

https://cdn-assetd.kompas.id/TfoISRNfR3p9x0CaTgdHNW5SxZE=/1024x583/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2FFoto-cover_1633071768.jpg
Kompas

Halaman muka buku berjudul \'Riwayat Taun dan Wabah Dalam Sejarah Islam\'

Catatan tentang taun dan wabah yang dialami Muslim di masa lalu ditampilkan kembali dalam buku Riwayat Taun dan Wabah dalam Sejarah Islam (Pustaka Alvabet, 2020). Buku ini bersumber dari salah satu karya ahli tafsir terkemuka yaitu Jalaluddin as-Suyuthi yang berjudul Ma Rawahu al-Wa’un fi Akhbar ath-Tha’un yang berisi riwayat-riwayat tentang taun.

Sebagai seorang yang ahli dalam ilmu hadis, sejarah, dan bahasa, Jalaluddin menjelaskan fenomena taun dari sejumlah hadis-hadis yang dia telah seleksi sebelumnya.  Kemudian, Jalaluddin meringkasnya dari kitab Badzl al-Maun fi Fadhl ath-Tha’un karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani.

Penelaah terhadap kitab-kitab hadis dalam perkembangannya memiliki perbedaan pandangan terkait istilah taun dan wabah. Awalnya, taun dan wabah mempunyai definisi yang sama yakni digunakan untuk menyebut penyakit menular. Hal ini merujuk pada karya kedokteran klasik Al-Qanun fi At Tibb karya Ibnu Sina, seorang ahli kedokteran Muslim.

Namun, pandangan ini dibantah oleh beberapa ahli fiqih dan ahli hadis seperti Imam An-Nawawi, Ibnu al-Qayyim, dan Ibnu Hajar Al-Asqalani. Ketiganya menilai kata “taun” lebih khusus, sempit, dan spesifik dibandingkan kata ”waba”. Taun disematkan pada penyakit pembengkakan pada organ kelenjar pada lipatan tubuh seperti pagkal paha, belakang telinga, ketiak, leher dan lainnya. Sementara ”waba” mengandung pengertian lebih umum dan luas. Waba’ bisa berarti penyakit tha’un itu sendiri, jenis penyakit lain, atau segala jenis penyakit umum.

Karantina

Bentuk karantina wilayah sesungguhnya sudah dilakukan pada masa lalu. Seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdu bin Humaid, Muslim dan an-Nasa’i yang memuat larangan untuk memasuki daerah yang dilanda taun, atau meninggalkan daerah tersebut jika telah berada di dalamnya.

Bahkan, pada saat taun kelenjar yang disebut seperti unta, keluar di pangkal paha dan ketiak mulai muncul, karantina wilayah diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Isri Nabi Aisyah. Orang yang menetap di wilayah munculnya penyakit menular disebut layaknya orang syahid. Namun, mereka yang berupaya pergi dari wilayah tersebut layaknya seseorang yang melarikan diri dari peperangan.

Penyebab

Penyebab taun dan wabah tidak diketahui oleh manusia pada beberapa abad lalu sebelum kebangkitan ilmu pengetahuan modern. Namun, keterbatasan teknologi kala itu tidak mengecilkan semangat para ilmuwan muslim yang berusaha mendalami fenomena taun.

Seperti penularan melalui udara yang menjadi penyebah taun paru terungkap dalam hadis Imam al-Ghazali yang dikutip Ibnu hajar dalam Fath al-Bari. Hadis menyebutkan berbahaya jika seseorang menghirup udara yang terkontaminasi. Udara tersebut akan masuk ke jantung dan paru-paru kemudian menyerang organ tubuh. Hadis ini muncul ketika taun kelenjar (bubonic plague) berubah menjadi taun paru yang menyebar melalui droplet.

Dalam literatur klasik kedokteran Islam, penyebab taun berasal dari udara yang kotor akibat tercemar bangkai seperti tertulis dalam al-Mujaz fi ath-Thibb karya Ibnu an-Nafis. Ahli kedokteran Ibnu Sina pun hanya menyebutkan terkait gejala taun saja dalam al-Qanun.

Catatan mengenai penyebab taun menurut  Ibnu al-Qayyim bahkan disebut akibat tiga hal yaitu dosa dan siksa bagi umat terdahulu, tusukan jin (ulama menafsirkan sebagai sesuatu yang tidak terlihat, tetapi ada seperti kutu tersembunyi dan bakteri), dan doa nabi.

Pada akhir abad ke-19, lmuwan Jepang Kitasato Shibasaburo baru menemukan mikroba tahun 1894, dan disusul oleh ilmuwan Swiss, Yerssin. Kemudian, metode penularan dan peran kutu tikus diketahui pada awal abad ke-20. (Litbang KOMPAS)

Editor:
santisimanjuntak
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000