logo Kompas.id
BukuNasionalisme Rusdi Saleh...
Iklan

Nasionalisme Rusdi Saleh dengan Memajukan Budaya Betawi

Sosok Rusdi Saleh, jurnalis kawakan yang merupakan anak Betawi, dikisahkan jurnalis senior Lahyanto Nadie dalam buku biografi ”Rusdi Saleh: Nasionalisme Sang Penyiar” (2021).

Oleh
Susanti Agustina S
· 4 menit baca

Dalam buku biografi  berjudul Rusdi Saleh, Nasionalisme Sang Penyiar (2021) yang diterbitkan Pustaka Kaji, Lahyanto Nadie mengisahkan perjalananan Rusdi menjadi jurnalis, kemudian berkarya di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta selama dua periode, serta panggilan jiwa nasionalismenya dengan berupaya memajukan budaya Betawi.

JudulRusdi Saleh: Nasionalisme Sang Penyiar
PenulisLahyanto Nadie
PenerbitPustaka Kaji, Member of Lahyanto Network
Jumlah halamanxxxiv + 386 halaman
Tahun terbit2021
ISBN978-623-346-129-0

Sebagai anak pejuang kemerdekaan, yakni Muhammad Saleh yang kemudian menjadi pengusaha transportasi di Jakarta, Rusdi terbilang berasal dari keluarga yang berkecukupan secara ekonomi sehingga ia pun memiliki akses terhadap pendidikan tinggi pada masa itu.

Rusdi sempat menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Namun, aktivitasnya dalam berorganisasi dan minatn semakin mengarah pada bidang publisistik. Rusdi pun meninggalkan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, kemudian masuk ke  Sekolah Tinggi Publisistik (IISIP) untuk mendalami dunia jurnalistik.

https://cdn-assetd.kompas.id/G68jBG2VIzDSgPFxsfgOD_cYVHY=/1024x1820/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2FWhatsApp-Image-2021-08-20-at-7.43.17-PM_1629465544.jpeg
Kompas

Sampul buku Rusdi Saleh, Nasionalisme Sang Penyiar

Biografi dalam 386 halaman ini mengisahkan bagaimana minat terhadap bidang publisistik ternyata membawa Rusdi benar-benar berkarier di dunia penyiaran, yakni TVRI.

Penyiar

TVRI kala itu merupakan satu-satunya saluran televisi yang boleh siaran di seluruh Indonesia. Impian Rusdi menjadi jurnalis terwujud setelah dinyatakan lolos sebagai penyiar TVRI.

Rusdi Saleh, penyiar TVRI yang lahir pada 7 Juli 1942, merupakan salah satu yang menjadi saksi sejarah negeri ini, salah satunya dalam lompatan dunia komunikasi. Pada 8 Juli 1976 dari Tanjung Caneveral, Florida Amerika Serikat, Indonesia meluncurkan satelit Palapa A1. Atas peluncuran ini, Indonesia menjadi negara ketiga setelah Amerika Serikat dan Rusia yang memiliki satelit.

Salah satu prestasi yang pernah dicapainya sepanjang karier sebagai penyiar di TVRI adalah mewawancarai Presiden Soeharto secara langsung saat Indonesia menorehkan sejarah pertelekomunikasian lewat peluncuran satelit Palapa A1. Masa itu merupakan prestasi bagi jurnalis jika berhasil mewawancarai secara langsung Presiden Soeharto, terlebih pada saat peluncuran satelit Palapa yang pertama.

Kecintaan pada Betawi

Rusdi juga dikenal sebaai benteng citra Betawi.  Label ini diberikan kepadanya karena sosoknya seolah membalik anggapan masyarakat umum tentang warga Betawi yang dianggap ”kampungan”.

Kendati sudah mengakhiri masa baktinya sebagai pegawai TVRI, Departemen Penerangan RI, Rusdi tetap aktif berbakti bagi masyarakat. Rusdi bahkan duduk sebagai anggota Forum Pengkajian dan Pengembangan Setu Babakan.

Rusdi Saleh selau tampil paling depan untuk membela kepentingan Betawi, terlebih menyampaikan kontribusi kaum Betawi bagi bangsa dan negara di masa lampau dan kini.

Rusdi Saleh ikut memperjuangkan komponis besar Ismail Marzuki yang juga putra Betawi sebagai pahlawan nasional.  Bahkan, ia juga memperjuangkan makam Ismail Marzuki dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan,  Kalibata, Jakarta Selatan. Rusdi juga memperjuangkan supaya nama Jalan Cikini Raya diubah menjadi Jalan Ismail Marzuki.

Perjuangan Rusdi tidak sia-sia. Pada 2004,  Ismail Marzuki menerima gelar Pahlawan Nasional yang diwakili  anak angkatnya, Rachmiaziah Ismail Marzuki. Gelar ini diberikan langsung Susilo Bambang Yudhoyono, yang waktu itu menjabat sebagai Presiden RI.

Kecintaan Rusdi pada kebudayaan Betawi tidak hanya  dituangkan dalam forum seminar ataupun diskusi, tetapi juga dalam bentuk tulisan opini berjudul ”Konservasi Budaya Betawi” yang dimuat di Kompas edisi 3 Juli 1984.

https://cdn-assetd.kompas.id/Q_KFe5lt5lYYDHV9JJ6gQXh_nZ4=/1024x497/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F07%2F20180729_133127.jpg
KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM

Suasana kegembiraan keluarga yang berbondong-bondong di hari terakhir Lebaran Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu (29/7/2018).

Anggota DPRD DKI Jakarta periode 1987-1992 dan 1992-1997 ini juga sangat peduli terhadap keberadaan Setu Babakan. Setu Babakan merupakan  salah satu perkampungan Betawi yang terletak di Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa. Perkampungan Budaya Betawi ini berfungsi sebagai area untuk pelestarian budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi.  Rusdi terus berupaya agar Setu Babakan tidak sekadar menjadi pusat kebudayaan Betawi, tetapi juga menjadi obyek wisata berskala nasional.

Bagi Rusdi, kecintaannya pada Betawi menjadi salah satu perwujudan jiwa nasionalismenya. Wujud nasionalisme dilakukan dengan turut memajukan budaya Betawi, serta tidak malu mengakui diri sebagai keturunan Betawi yang ikut berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia. (Litbang Kompas)

Editor:
santisimanjuntak
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000