Mereka Berkisah tentang Mien Uno…
“Mensyukuri Delapan Dekade Mien R Uno”, yang menjadi subjudul di buku. Ya, tahun 2021 ini, Mien Uno yang terlahir pada 23 Mei 1941 di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat berusia 80 tahun.
Untuk urusan menjaga relasi, Mamah nomor satu. Mamah bisa ingat tanggal ulang tahun relasi serta nama anak dan orangtua relasinya. Setiap Lebaran atau Natal, Mamah tidak pernah lupa mengirimkan atensi. (Sandiaga Salahuddin Uno, anak kedua Mien R Uno)
Judul : Citra Cinta untuk Bu Mien
Penulis : Debbie S Suryawan, Hapis Sulaiman, Sherly Puspita
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, Mei 2021
Halaman : 264 halaman
ISBN : 978-602-06-5364-8
Menyebut nama Mien R Uno, pastilah banyak orang di negeri ini yang mengenalnya. Ia bukan hanya ibu dari calon wakil presiden, yang kini menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno, tetapi juga “selebritas” pada masanya. Mien Uno, yang berlatar belakang pendidikan guru dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung, sejak menikah dengan Razif Halik (Henk) Uno menjalani hidupnya sebagai ibu rumah tangga. Setelah berpindah ke Jakarta, tahun 1973 ia barulah beraktivitas sebagai guru, presenter televisi, penulis, selain berusaha dan mengembangan kain batik dan tenun di negeri ini.
Berbagai aktivitas itulah yang membawa Mien Uno menjadi “orang ternama” di negeri ini, dan punya banyak relasi. Seperti dinyatakan anak keduanya, Sandiaga Uno, ibundanya itu sangat menjaga relasi dan bergaul sangat luas, berbagai kalangan, berbagai usia, dan berbagai latar belakang. Kekuasan relasi ini tergambar dari buku yang ditulis dan didedikasikan untuk “Mensyukuri Delapan Dekade Mien R Uno”, yang menjadi subjudul di buku. Ya, tahun 2021 ini, Mien Uno yang terlahir pada 23 Mei 1941 di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat berusia 80 tahun.
Baca juga: Perhiasanku, Keunikanku
Lima bagian dari buku ini menggambarkan keluasan relasi itu. Bagian pertama, adalah tulisan dari empat perempuan, dengan beragam latar belakang, mengenai Mien Uno, yang lebih menjadi sosok ibu bagi mereka: Dari Hati Sahabat Perempuan. Bagian kedua: Dari Hati Kolega dan Mitra, adalah ungkapan rasa dari enam mitra Mien Uno, yang berlatar-belakang wartawan, pengusaha, arsitek, dan politisi. Mien menjadi guru, penyemangat, dan sosok teladan. Tiga perancang busana pun menuliskan pengalamannya pada bagian ketiga: Dari Hati Para Perancang Busana, serta diakhiri dengan dua bagian terakhir Dari Hati Anak Menanti dan Doa dan Doa dan Kata Penutup (Henk Uno).
Delapan belas tokoh yang berkisah tentang Mien Uno rasanya sangat kurang, untuk menggambarkan perempuan yang disebut sebagai sosok ikonik oleh Magda Hutagalung, pengusaha pada halaman 27 buku ini. Apalagi, Magda menuliskan, “Tanpa melupakan sosok RA Kartini sebagai peletak batu landasan kiprah emansipasi wanita di negeri ini, dalam format yang lebih modern, saya rasa Bu Mien adalah perempuan pertama di Indonesia yang mengajak sekaligus mengajarkan kita – perempuan Indonesia – untuk mampu membawa diri dalam segala situasi dengan kepandaian dan kemampuan yang dimiliki.”
Ribuan murid sekolah kepribadian yang dikembangkan Bu Mien, termasuk melalui acara di televisi pada masa lalu, pasti bisa bercerita lebih banyak lagi. Bahkan, mungkin bisa melahirkan buku yang tebalnya hingga ribuan lembar. Waktulah yang mungkin membatasi penulis dan penerbit untuk bisa menampilkan lebih banyak lagi cerita dari lebih banyak lagi orang mengenai Mien Uno.
Bu Mien adalah role model yang sempurna. Sebagai seorang pendidik, sebagai perempuan dengan kepedulian yang sangat besar, sekaligus sebagai sosok ibu yang mengurus dan membesarkan anak-anaknya dengan baik.
Anita Ratnasari Tanjung, Ketua Yayasan CT Arsa, yang membuka cerita, menyebutkan, “Bu Mien adalah role model yang sempurna. Sebagai seorang pendidik, sebagai perempuan dengan kepedulian yang sangat besar, sekaligus sebagai sosok ibu yang mengurus dan membesarkan anak-anaknya dengan baik.” Sebagai seorang ibu, memang tak ada yang meragukan kokohnya persona Mien Uno. Dia juga seorang guru dan sahabat yang baik. Namun, bagaimana kisahnya sebagai seorang nenek? Sayangnya, tak ada seorang pun cucunya yang berbagi cerita.
Hargai kekecewaan
Mien Uno memang luar biasa. Bahkan, sejumlah penulis menyebutnya layak sebagai ibu bangsa. Dia tak meledak dalam kemarahan dan berunjukrasa atau terbenam dalam kekecewaan, saat putranya, Sandiaga Uno tak berhasil meraih dukungan mayoritas rakyat dalam Pemilu 2019. Lisa Mihardja, pecinta batik mengungkapkan pengalaman pribadinya pada halaman 62. “Saya jadi teringat ketika Pemilu 2019 usai. Saya menyempatkan diri menelepon Bu Mien untuk mengatakan, bahwa apa yang diperoleh Mas Sandi adalah kemenangan yang tertunda. Dengan tenang Bu Mien menjawab, bahwa Beliau tetap merasa sangat bangga kepada Mas Sandi.”
Jawaban itu menyiratkan, sebagai ibu tentu saja Mien Uno mengharapkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Namun, ia tidak menunjukkan perasaan berlebihan, tetap terukur, saat hasilnya tak sesuai dengan yang diharapkannya. Ia menunjukkan sikap seorang ibu yang selalu mendukung dan bangga kepada anak-anaknya.
Wartawan senior Yuli Ismartono pun mengutip pernyataan Mien Uno, yang mengatakan, “Sudah tentu kita harus tabah. Kita harus kuat menghadapi ketika serangan dan kritikan itu terjadi. Yang terpenting, kita harus percaya pada anak kita. Pokoknya, mendukung sepenuhnya.” Mien Uno selalu menggunakan kata-kata yang masuk akal, dan kalimat yang menggambarkan sosok seorang ibu.
Indra Cahyo Uno, anak pertama Mien Uno sebenarnya sudah mengingatkan kemungkinan perolehan suara pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno pada Pemilu 2019. Ia menuliskan pada halaman 249, “Sebenarnya, gue sudah bilang ke Mamah dan Papah sejak Februari 2019. Mam, kita akan kalah, kecuali ada mukjizat, karena gue di lapangan terus. Mamah terus berdoa dan berdoa. Tapi begitu hasil resminya keluar, gue bilang lagi. Do the best, hope for the best, but expect the worst.”
Sandiaga pun menambahkan, “Mamah memang selalu ada dalam setiap fase kehidupan kita, termasuk saat gue berada di titik terendah. Gue merasakannya bertahun-tahun lalu.”
Pada usianya yang genap delapan dekade, Mien Uno tidak pernah berhenti menunjukkan semangat untuk berkarya bagi orang lain, menunjukkan nilai-nilai kehidupan yang baik, dan menginspirasi. Selamat ulang tahun dan semoga selalu sehat, Bu Mien Uno.
Sudah tentu kita harus tabah. Kita harus kuat menghadapi ketika serangan dan kritikan itu terjadi. Yang terpenting, kita harus percaya pada anak kita. Pokoknya, mendukung sepenuhnya.