Mungkin masih banyak orang yang asing dengan nama Oil Spil Combat Team (OSCT) Indonesia. Namun, di industri perminyakan dunia, khususnya penanggulangan tumpahan minyak, nama OSCT Indonesia sudah dikenal luas sebagai tim tanggap yang secara khusus menangani bencana tumpahan minyak.
Misalnya pada tumpahan minyak di perairan Karawang, Jawa Barat, pada Juli 2019. OSCT Indonesia melokalisasi tumpahan minyak milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ) dengan pelampung panjang atau oil boom. Setelah minyak terkumpul, disedot dengan menggunakan alat oil skimmer untuk dipindahkan ke penampungan sementara.
Gagasan membentuk OSCT Indonesia sendiri muncul dari realitas logis yang dialami pendirinya, yaitu Bayu Satya yang mengamati tidak banyak perusahaan pengolah minyak yang mampu membeli, menyimpan, dan mengoperasikan peralatan penanggulangan tumpahan minyak (PPTM). Juga belum memiliki tim yang mumpuni dalam mengatasi bencana tumpahan minyak.
Sementara potensi risiko bahaya tumpahan minyak di laut akibat kebocoran pipa atau kecelakaan kapal tanker dapat terjadi seiring berkembangnya industri perminyakan.
Kepedulian Bayu melindungi laut dari bahaya tumpahan minyak juga menjadi dasar dirinya mengeluti dunia PPTM ini sejak tahun 1985. Kejelian dan idealisme inilah yang coba diungkapkan dalam buku Bayu Satya To Save The Sea yang ditulis oleh Alberthiene Endah (Gramedia Pustaka Utama, 2020).
Buku ini menceritakan awal mula Bayu mengenal industri PPTM. Kisah bermula ketika dia bekerja sebagai staf marketing di PT Srijaya Pusaka yang merupakan agen perusahaan PPTM asal Amerika Serikat, Slickbar Corporation. Ketika itu dirinya tidak hanya dituntut untuk bisa memasarkan produk PPTM setelah belajar proses pembuatan di pabriknya di Seymour, Connecticut.
Munculnya imbauan pemerintah untuk menekan ketergantungan produk impor mendorong Bayu untuk mengaplikasikan pengalaman yang dia dapat lewat bendera PT Pasak Buana Barito. PT Pasak Buana Barito memproduksi komponen PPTM dengan bahan baku dari dalam negeri, di antaranya polyvinyl chloride, polyethylene, fiberglass, timah, logam, dan karet. PT Pasak Buana Barito kemudian bertransformasi menjadi Slickbar Indonesia.
Perjalanan pria kelahiran Palembang ini semakin dinamis, terutama sewaktu Bayu mulai memimpin Slickbar Indonesia. Keyakinan diri dan jiwa kewirausahaannya ditantang di tengah persaingan global dalam industri manufaktur PPTM.
Dibantu kedua putranya, Yodi Satya dan Doni Satya, Bayu memperluas pasar di dalam dan luar negeri lewat OSCT Indonesia. Reputasi OSCT Indonesia kian membanggakan karena masuk dalam dua perusahaan PPTM terbesar di dunia. Posko tim siaganya tidak hanya tersebar di wilayah Nusantara, tapi juga di Malaysia, Thailand, dan India.
Kepekaan membaca perubahan tren dan inovasi menjadi kunci keberhasilan Bayu. Selain itu, jejaring di dunia penanggulangan tumpahan minyak menjadi modal kuat Bayu menjalankan bisnisnya.
(ARIEF NURRACHMAN/LITBANG KOMPAS)