Sejarah, Genealogi dan Peta Ideologi Terorisme di Indonesia
Buku ini memberikan pemahaman sistematis dan komprehensif sejarah dan genealogi terorisme, serta pemetaan ideologi para pelaku terorisme, sehingga menjadi salah satu sumber bahan pertimbangan program deradikalisasi.
Judul : Bayang-Bayang Terorisme: Potret Genealogi dan Ideologi Terorisme di Indonesia.
Penulis : Yudi Zulfahri
Penerbit: Pustaka Milenia
Cetakan : Pertama, 2020
Tebal : xii+204 hlm
ISBN : 978-623-9335-60-1
Dalam sepekan ini telah terjadi dua kali aksi terorisme di tanah air. Yang pertama aksi bom bunuh diri di sekitar Gereja Katedral Hati Kudus Yesus di Makassar yang dilakukan sepasang suami-istri. Yang kedua, penyerangan bersenjata terhadap polisi di Markas Besar Kepolisian, Jakarta yang dilakukan oleh seorang wanita.
Pada pekan yang sama polisi menangkap sejumlah teroris di beberapa daerah.
Aksi terorisme tersebut membuka kenyataan bahwa sel-sel terorisme masih terdapat dimana-mana, bergerak senyap di sekitar kita. Tentu hal ini bukan hanya ada di Indonesia, tetapi di berbagai belahan dunia.
Terorisme terus berlangsung karena mereka berusaha dengan berbagai cara merekrut anak-anak muda untuk menjadi ‘pengantin, atau bahkan ‘syahid’ atau ‘martir’ dengan melakukan aksi bom bunuh diri atau penyerangan bersenjata ke target-target aksi kekerasan mereka.
Menurut Prof. Azyumardi Azra, CBE mereka yang terlibat dalam terorisme tidak homogen atau seragam dalam ideologi juga dalam pendekatan praksis gerakan. Mereka terdiri dari berbagai kelompok ideologis, yang masing-masing memiliki akar sejarah organisasi atau ideologi yang berbeda-beda. (hlm v-vi)
Gerakan mereka tak terbatas hanya pada satu wilayah Negara tertentu saja. Mereka berjejaring dengan kelompok yang berideologi sama di sejumlah negara. Gerakan terorisme global mengalami peningkatan dengan kemunculan Al-Qaeda dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), yang juga menyebar ke wilayah Indonesia.
Buku Bayang-Bayang Terorisme: Potret Geneologi dan Ideologi Terorisme di Indonesia yang ditulis Yudi Zulfahri ini berupaya memberikan pemahaman sistematis dan komprehensif terkait peta gerakan terorisme dalam masa kontemporer.
Buku ini hasil penelitian mendalam, pengembangan tesis penulis saat studi magister Kajian Ketahanan Nasional di Universitas Indonesia, yang menggunakan banyak sekali sumber otoritatif. Bisa menjadi pengantar atau panduan dalam memahami fenomena dan dinamika terorisme di Indonesia.
Yudi Zulfahri sendiri mengaku secara terbuka di bagian awal buku ini bahwa ia pernah berada dalam lingkaran jaringan pelaku terorisme di Indonesia. Saat ini menjadi Direktur Eksekutif Yayasan Jalin Perdamaian, sebuah lembaga yang menaungi para mantan narapidana kasus terorisme.
Menurut Yudi, memahami sejarah dan genealogi (silsilah) terorisme merupakan hal yang sangat penting. Karena melalui pembahasan sejarah dan genealogi, kita dapat menemukan jawaban apa sebenarnya yang menjadi penyebab munculnya fenomena terorisme di Indonesia.
Selain mengkaji sejarah gerakan terorisme, penting pula memetakan secara akurat ideologi para aktor terorisme di Indonesia. Dengan mempelajari secara teliti peta ideologi para aktor atau kelompok-kelompok gerakan terorisme, maka mempermudah penyusunan strategi penanggulangan terorisme secara komprehensif san tepat sasaran.(hlm 4-5)
Secara sistematis buku ini terdiri dari enam bagian. Bagian pertama berupa pengantar dari Prof. Azyumardi Azra, CBE dan Bab Pendahuluan. Pada bagian kedua dan ketiga, penulis menjelaskan pengertian tentang istilah terorisme dan kaitan antara terorisme dengan agama dengan memaparkan sejumlah pandangan ahli tentang terorisme.
Pada bagian keempat, buku ini memaparkan sejarah dan genealogi terorisme di Indonesia. Diawali dengan munculnya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo sebagai tokoh penting dalam gerakan melawan kolonialisme. Mulai dengan menjadi anggota Jong Islamieten Bond pada tahun 1925, lalu bergabung bersama H.O.S. Tjokroaminoto dalam Partai Syarikat Islam Hindia Timoer (PSIHT). Hingga akhirnya pemikiran-pemikiran Kartosoewirjo tentang iman, hijrah dan jihad menjadi konsep perjuangan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). (hlm 28)
Selain mengulas peran penting Kartosoewirjo dalam awal mula munculnya gagasan NII, bagian ini juga memaparkan tentang peran organisasi atau partai Islam pada periode awal kemerdekaan. Lalu berlanjutnya dengan membahas lahirnya gerakan Darul Islam/Negara Islam Indonesia, Peristiwa Komando Jihad, Gerakan DI di Jawa Tengah, munculnya Kelompok Jamaah Islamiyah (JI), Kelompok Al-Qaeda Indonesia, sampai simpatisan ISIS di Indonesia dan lahirnya Jamaah Ansharud Daulah (JAD).
Bagian kelima, penulis mengulas tentang hubungan ideologi dan terorisme, pandangan hidup dan visi pelaku terorisme, lalu pokok-pokok ideologi pelaku terorisme. Pokok-pokok ideologi mencakup pandangan tentang hukum pemerintah dan aparaturnya, persoalan pengkafiran, hukum para ulama pemerintah, persoalan demokrasi, masalah salaf dan madzhab, nasionalisme, hingga masalah konfrontasi dengan Amerika. Bagian ini diakhir dengan hasil pemetaan ideologi pelaku terorisme.
Berangkat dari pemahaman sejarah dan genealogi terorisme, serta pemetaan ideologi para pelaku terorisme tersebut maka semestinya strategi penanggulangan terorisme di Indonesia disusun. (YKR)