Mengungkap Sejarah dan Keunikan "Krontjong Toegoe"
Sebagai musikolog, Victor Ganap secara apik dan mendalam mengelaborasi kekhasan Krontjong Toegoe serta segala bentuk perkembangan akulturasi musik keroncong di seluruh penjuru nusantara.
Oleh
AGUSTINA RIZKY LUPITASARI
·2 menit baca
Buku hasil penelusuran sejarah ini mengungkap bahwa musik keroncong adalah musik hibrida yang dikembangkan Komunitas Tugu,disebarkan dari Kampung Tugu hingga seluruh Nusantara.
Menyingkap sejarah lahirnya musik Keroncong di Indonesia tak lepas dari sejarah perburuan rempah oleh bangsa Portugis dan Belanda melalui Jalur Sutra Maritim. Dari sini lah musik keroncong terbawa sampai ke Kampung Tugu.
Victor Ganap dalam buku Krontjong Toegoe: Asal-Usul Musik Keroncong (Penerbit Buku Kompas, 2020), mencoba memaparkan hasil penelusurannya terhadap asal-usul musik keroncong.
Melalui perkenalannya dengan komunitas Tugu, yang secara historis berperan dalam lahirnya musik keroncong berabad silam, Victor Ganap mengelaborasi penelitiannya dalam buku setebal 222 halaman yang terbagi dalam lima bab.
Bahasan diawali dengan sejarah pelayaran Jalur Sutra Maritim oleh Portugis sebelum kedatangan Belanda, dilanjutkan dengan kisah komunitas Tugu, paguyuban Tugu, dan musik Tugu.
Dituliskan juga mengenai budaya bimusikalitas, yang menggambarkan proses adaptasi musik Barat dan diekspresikan menurut sistem nada diatonik, selain musik tradisinya sendiri. Budaya ini menjadikan keroncong sebagai musik yang dapat diterima dan menjadi milik seluruh bangsa Indonesia.
Kampung Tugu sendiri adalah sebuah daerah di pantai utara Jakarta, dekat dengan Pelabuhan Tanjung Priok. Di kawasan ini terbentuk komunitas Tugu, yang umumnya keturunan orang-orang Portugis sejak berlangsung persaingan dagang antara bangsa Portugis dan Belanda untuk mendapatkan rempah di Pulau Banda.
Penyerbuan Belanda ke Pulau Banda membuyarkan laskar Portugis yang ada di Pulau Banda. Mereka ditangkap dan ditawan Belanda, kemudian dibawa ke Batavia. Sebagian melarikan diri sebelum diserbu Belanda. Namun dalam perjalanan, kapal mereka karam sehingga ditangkap kembali oleh Belanda.
Mereka inilah yang akhirnya dibebaskan Belanda dengan syarat bersedia memeluk agama Kristen Protestan. Mereka kemudian ditempatkan di Kampung Tugu pada tahun 1661, tempat yang menjadi cikal bakal komunitas Tugu, juga awal mula pelestarian musik keroncong dan penyebarannya ke seluruh penjuru Batavia, hingga ke seantero Pulau Jawa.
Dari komunitas inilah, musik keroncong yang awalnya hanya diperdengarkan sebagai bagiandalam rangkaian kegiatan rohani di gereja, mulai dipentaskan menjadi sebuah pertunjukan dan bahkan melahirkan genre musik tersendiri bernama Krontjong Toegoe.
Sebagai ahli musikologi, Victor Ganap secara apik dan mendalam mengelaborasi kekhasan Krontjong Toegoe serta segala bentuk perkembangan akulturasi musik keroncong di seluruh penjuru nusantara.