Ketika Pandemi Mengajak Berkelana Masuk ke Dalam Diri
Di dalam buku yang terdiri atas 40 topik tulisan inspiratif ini, penulis dan jurnalis Desi Anwar memaknai waktu-waktu sulit di masa pandemi ini sebagai momen berharga untuk merenung dan kembali berhubungan dengan diri.
Oleh
YOAN OKTAVIANI
·2 menit baca
Ketika dipaksa sendirian menjalani waktu, melepaskan diri dari kebersamaan karena pandemi, Desi Anwar memetik inspirasi bagaimana mengelola diri di situasi serba tidak pasti ini.
Wabah virus Covid-19 melanda hampir seluruh bagian Bumi dan semua orang ibarat musuh yang harus dihindari. Karantina dan jaga jarak menjauhkan kita dari yang lain. Mau tidak mau, kita dipaksa untuk mengenal sosok diri, yang sebelumnya mungkin jarang diketahui. Sering kali, di tengah kesibukan dengan keseharian masing-masing, kita abai menyediakan waktu untuk diri sendiri.
Penulis dan jurnalis Desi Anwar memaknai waktu-waktu sulit itu sebagai momen berharga untuk merenung dan kembali berhubungan dengan diri. Dalam buku Apa yang Kita Pikirkan Ketika Kita Sendirian, The Art of Solitude (PT Gramedia Pusataka Utama, 2021), ia menuangkan buah pikiran acak yang dipetiknya selama masa pandemi.
Terbagi menjadi 40 topik, di sini Desi Anwar menuturkan berbagai inspirasi yang muncul selama berproses menemukan dan kembali berkenalan dengan diri sendiri. Mulai dari hal yang dekat, seperti bekerja dari rumah atau belajar dari rumah, menemukan kebahagiaan dengan merayakan kemenangan-kemenangan kecil melalui peristiwa sehari-hari, hingga memaknai kematian sebagai perpindahan energi ke dimensi lain tanpa keraguan.
Desi Anwar melihat waktu tidak pasti ini sebagai anugerah, anugerah waktu dan anugerah diri sendiri. Dalam topik ”Orang di Cermin”, penulis menyampaikan, saat waktu melimpah, ketika manusia tidak dilahap kesibukan, itulah kesempatan untuk menghadapi diri sendiri. Memahami sosok diri, mengungkapkan syukur atas keberadaan yang selalu menemani, dan mengenal lebih jauh apa yang menjadi motivasi atau ketakutannya selama ini. Hal ini tidak dapat dilakukan sebelum pandemi melanda karena manusia larut terjerat aktivitas keseharian.
Dalam ”Mesin Cerdas”, satu dari empat topik yang menyinggung teknologi, gawai, dan sosial media, penulis mengungkapkan kekhawatiran inovasi tersebut akan menggerus manusia sebagai makhluk sosial. Bahkan secara khusus dalam ”Bagaimana Nasib Homo Sapiens Selanjutnya?”, Desi Anwar mengungkapkan tanya nasib umat manusia ke depan, dan apa yang harus dilakukan untuk tetap menjadi manusia seutuhnya.
Renungan untuk menemukan diri sendiri yang ditumpahkannya dalam 219 halaman ini menjadi tawaran berkelana, mengisi hari-hari dalam kesendirian dengan lebih bijak. Mengolah emosi, nyaman dengan diri sendiri, dan berdamai dengan keadaan yang tidak pasti. (YOM/LITBANG KOMPAS)