Buku ”Marsda TNI Dento Priyono, Perwira Teknik dengan Sejuta Inovasi” (Penerbit Buku Kompas, 2021) adalah buku yang patut dibaca jika ingin mengetahui seorang perwira teknik memastikan kelaikan terbang pesawat tempur.
Oleh
SUBUR TJAHJONO
·3 menit baca
Tidak banyak buku tentang militer di Indonesia, apalagi yang membahas sedikit rahasia dapur alat utama sistem kesenjataannya. Buku Marsda TNI Dento Priyono, Perwira Teknik dengan Sejuta Inovasi (Penerbit Buku Kompas, 2021) adalah buku yang patut dibaca jika ingin mengetahui seorang perwira teknik memastikan kelaikan terbang pesawat tempur.
Buku setebal 284 halaman ini ditulis oleh wartawan dirgantara, Beny Adrian, yang pernah menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Angkasa 2015-2017. Penulis membagi bukunya dalam enam bab, yaitu (1) Masa Kecil, (2) Ditempa di Skadron 12, (3) Rekam Jejak di Skadron Udara 12: Kesaksian Anggota, (3) Maniak Kerja dan Profesional, (4) Komandan Koharmatau: Totalitas Demi Angkatan Udara, (5) Bak Hikayat Pindahkan 31 Pesawat dan 37 Engine Dalam 2 Tahun, serta (6) Sempurnakan Iman dengan Perbuatan.
Judul buku ini cukup bombastis karena dalam buku ini jumlah inovasinya sebetulnya tidak sampai sejuta. Buku ini mengungkap kisah hidup Danto yang gagal menjadi penerbang karena kecelakaan saat kuliah di Akademi Angkatan Udara (AAU), tetapi sukses menjadi perwira teknik alat utama sistem kesenjataan TNI AU dengan inovasi tinggi. Dua teman seangkatannya di AAU 1986, yaitu Hadi Tjahjanto dan Yuyu Sutisna, menjadi Kepala Staf TNI AU. Hadi Tjahjanto saat ini menjadi Panglima TNI.
Jabatan formal tertingginya sebagai perwira tinggi teknik adalah Komandan Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Koharmatau) TNI AU pada 14 Februari 2018. Setelah itu Dento diangkat menjadi Perwira Saf Ahli Tingkat III Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Perdagangan Panglima TNI pada 9 April 2020.
Prestasi dan inovasi Dento dan jajarannya di Koharmatau pada periode 2018-2020 secara ringkas dapat dibaca dalam tabel di halaman 190-191, yang sebagian besar berkaitan dengan inovasi perbaikan mesin pesawat tempur.
Namun, dari sekian banyak pekerjaan yang dilakoninya, Dento mengakui pekerjaan paling sulit yang dikerjakan adalah memperbaiki mesin pemutar manusia (human centrifuge) di Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (Lakespra) dr Saryanto di Cawang, Jakarta. Alat untuk melatih penerbang menghadapi gravitasi ini dibeli tahun 1998 di Perancis dan rusak tahun 2007.
Berbagai upaya perbaikan gagal karena biaya perbaikan dengan teknisi luar negeri mahal, yaitu senilai Rp 170 miliar. Yuyu Sutisna menyerahkan upaya perbaikan kepada Dento tahun 2018. Tantangannya karena pabrik produsen alat tersebut sudah tutup dan buku petunjuknya hilang. Tim Koharmatau sampai harus membuat gambar ulang desain mesin tersebut. Mesin akhirnya dapat diperbaiki dengan biaya hanya Rp 6 miliar dan resmi digunakan kembali pada 21 Februari 2020.
Bagi pembaca, buku ini dapat menjadi inspirasi bahwa karier militer dapat berkembang di kecabangan TNI apa pun, tergantung motivasi dan semangat yang menjalaninya.