Loloh cemcem adalah Bahasa Bali yang berarti jus kedondong. Cerita tentang loloh cemcem dan riset khasiatnya ada dalam buku Lawan Diabetes dengan Kedondong Hutan (Penerbit Buku Kompas, 2021).
Oleh
ALBERTUS SUBUR TJAHJONO
·2 menit baca
Wisatawan yang pernah datang ke Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, di Bali, tentu pernah ditawari atau membeli sebotol plastik berisi loloh cemcem. Loloh cemcem adalah Bahasa Bali yang berarti jus kedondong. Cerita tentang loloh cemcem dan riset khasiatnya ada dalam buku Lawan Diabetes dengan Kedondong Hutan (Penerbit Buku Kompas, 2021).
Buku setebal 127 halaman ini ditulis tiga orang. Dua orang adalah peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yaitu ahli etnobotani Dr Wawan Sujarwo dan ahli botani Dr Ary Prihardhyanto Keim. Seorang lagi adalah mahasiswa program doktor Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Fitriana Hayyu Arifah.
Buku ini mengutip berbagai penelitian yang terkait sejarah kedondong hutan (Spondias pinnata), pemanfaatan daunnya, dan riset atas khasiatnya sebagai minuman suplemen kesehatan. Penelitian yang dikutip penulis menyebutkan, daun kedondong hutan telah digunakan oleh masyarakat Bali sejak abad ke-11 Masehi.
Loloh cemcem mulai populer ketika pada tahun 1985 seorang warga Desa Penglipuran bernama Ny Kunil menjualnya ke tetangga dan masyarakat. Loloh cemcem dibuat dari cacahan daun kedondong hutan dicampur dengan asam, gula aren, dan gula pasir. Loloh cemcem dikonsumsi masyarakat Desa Penglipuran sebagai obat untuk penyakit yang oleh masyarakat disebut sebagai panas dalam.
Penelitian ilmilah dilakukan untuk melihat khasiat loloh cemcem pada penyakit lain, di antaranya oleh Wawan Sujarwo dan Ary Prihardhyanto Keim. Penelitian mereka berjudul”Spondias pinnata (L. f.) Kurz. (Anacardiaceae): Profil dan Aplikasi untuk Diabetes” yang dimuat dalam jurnal Elsevier 8 Februari 2019. Karya ilmiah ini yang menjadi dasar penerbitan buku ini.
Dalam kesimpulannya, mereka menyebutkan, kedondong hutan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan mengandung senyawa fenolik dalam jumlah besar. Antioksidan bermanfaat menangkal radikal bebas yang menjadi sumber utama penyebab penyakit. Senyawa fenolik dapat mengendalikan kadar gula dalam darah.
Namun, mereka tidak lupa menyarankan bahwa studi lebih lanjut sangat penting untuk lebih memahami nilai terapeutik daun kedondong hutan dan perannya dalam pencegahan dan pengobatan diabetes.