Menginspirasi ”Entrepreneurship” yang ”Mindful”
Buku ini menawarkan paradigma inspiratif di luar arus utama dunia bisnis, yang bisa saja dicibirkan atau malah utopia. Sebagai buku dengan semangat berbagi pengalaman, sifatnya menawarkan. Siapa tahu menginspirasi.
Judul Buku: Mindfulness-Based Business. Berbisnis dengan Hati
Penulis: Sudhamek AWS
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan terbit: I, November 2020
Jumlah halaman: xxi + 240 halaman
ISBN: 978-602-06-4884-2
ISBN Digital: 978-602-06-4885-9
Buku ini hadir di saat yang tepat. Ketika pandemi Covid-19 belum ada gejala surut, ketika dunia menunggu hadirnya vaksin pencegah untuk mencapai kelompok masyarakat yang imun terhadap virus, ketika orang dipaksa mengerem kegiatan di tengah beragam serba disruptif, melakukan introspeksi dan membangun harapan ke depan atas eksistensinya, buku ini menawarkan inspirasi yang mencerahkan sekaligus menantang.
Mencerahkan sebab ia menawarkan sikap dan cara memadukan bisnis dan kemanusiaan, padahal keduanya ibarat api dan air; di satu pihak bernafsu memenangkan perang, di pihak lain tidak semata-mata ukuran ekonomi sebagai kriteria menang perang. Menantang, sebab berbisnis dengan hati itu melawan arus, menabrak kelaziman dan hukum besi ekonomi. Alih-alih dicibirkan utopis.
Berbisnis dengan hati tidak dilakukan setelah perusahaan menjadi besar, tidak demi UU PT yang harus melaksanakan tanggung jawab sosial korporat (corporate social responsibility), tetapi menyatu inheren dengan usahanya. Paradigma mindfulness based business (MBB) bukan social entrepreneurship, apalagi no way dengan profit sebab dari sana sumber penghidupan dan pengembangan bisnis diselenggarakan.
Profit bukanlah tujuan, melainkan ”sukses itu lahir dari kejujuran, keuletan, dan ketekunan yang diiringi doa” (hal 129). Karena itu, MBB bukan juga sebuah lembaga sosial atau yayasan, melainkan tetap sebagai usaha bisnis. Bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang baik merupakan keharusan. Begitu juga menciptakan lapangan kerja serta menjadi penanda eksistensial sebuah lingkungan masyarakat yang dimainkan masyarakat bisnis sebagai agen perubahan sosial.
Dengan MBB yang berbasis ICA (interdependent co-arising)—kehidupan sebagai mata rantai ekosistem (hal 48-49)—masyarakat bisnis melaksanakan tanggung jawabnya dalam demokratisasi, selain politisi dan lembaga civil society (masyarakat warga). Demokratisasi pun bisa berjalan lebih utuh dan lancar berkat berperannya tiga pilar secara serentak, yakni pemerintah, masyarakat warga, dan masyarakat bisnis. Dengan MBB dilakukan perpaduan antara berburu profit dan memberikan kontribusi bagi kemaslahatan sesama bahkan alam ciptaan.
MBB bukanlah tesis yang kebenarannya perlu dibuktikan, melainkan hasil dari praksis (praktik dan refleksi) usaha bisnis yang dimotivasi semangat berbagi. Tidak sebagai titik akhir, tetapi titik koma, MBB akan terus berkembang. Kata mindfulness (kesadaran agung) ditemukan kemudian setelah sebelumnya dipakai spirituality (spiritualitas) yang menurut pelaku dan penulis buku ini dirasakan lebih memasyarakat.
Sejak awal disadari nilai-nilai yang menjadi dasar adalah nilai-nilai universal semua agama, dengan titik berangkat yang sama faktor kualitas batin. Di tahun 2016, Sudhamek AWS memperkenalkan prinsip spirituality based company (SBC), tetapi tiga tahun kemudian dia merasa spirituality terlalu berat, sementara mindfulness lebih menekankan metode/praktik.
Empat paradigma
Digerakkan oleh pertanyaan ayahnya, Darmo Putro, ”apakah kita bisa berbisnis tanpa meninggalkan moralitas (ajaran agama), ketika diminta melanjutkan usaha keluarga tahun 1994, Sudhamek berusaha membangun perusahaan yang berkelanjutan, humanistik, dan bermakna (hal 6).
Sejak awal proses pencarian ini dia rasakan tidak akan pernah selesai, penuh liku, bahkan bisa saja dicibirkan. Setelah tongkat estafet ada di tangan, dalam kurun waktu 19 tahun lebih, tidak hanya perusahaan kacang garing Garudafood Group sebagai warisan keluarga, tetapi juga berimplementasi ke bidang lain, yaitu Global Sevilla School, Dharma Agung Wijaya Group yang berusaha di bidang energi, dan Koperasi Simpan Pinjam Maju Wijaya.
Buku diberi Kata Pengantar Megawati Soekarnoputri, Sekapur Sirih Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Prolog sebelum diakhiri Epilog, pada Bab 1, 2, 3, dan 4. Pendasaran paradigma tidak hanya digali dari pemikir-pemikir besar manajemen, filsafat Barat dan filsafat Timur, tetapi juga contoh-contoh konkret praktik bisnis dengan paradigma MBB, ICA sebagai basis dan calling (panggilan hidup).
Empat bab berikutnya (Bab 5-8), disampaikan pengalaman reflektif atas usahanya dalam empat inisiatif, meliputi Berawal dari Core Values, Seleksi Bisnismu, Sistem Manajemen yang Kondusif, dan Manusia adalah Kunci.
Dari empat inisiatif itu, termasuk pendalaman sisi manajemen dan filsafatnya, terletak keinginan berbagi pengalaman bagi pengembangan usaha yang tidak hanya berburu profit sebagai tujuan. Itu pilihan hidup. ”Life is a matter of choices and every choice you make makes you” (John C Maxwell). Niat besar penulis lewat kegiatan bisnisnya adalah cari untung tebar kebaikan sekaligus.
Keempat inisiatif dalam upaya mengembangkan perusahaan yang mindfulness based, terletak pada nilai-nilai inti perusahaan (corporate core values/CCV). CCV menjadi saringan awal seleksi bisnis termasuk di dalamnya faktor necessary and sufficient, kesempatan dan kesiapan (hal 147-155).
Membangun sistem manajemen yang kondusif dengan isu kelanggengan dan persoalan ketidakpastian sebagai dua tantangan besar. Mengembangkan sumber daya manusia sebagai faktor kunci. Dengan demikian, usaha yang diselenggarakan adalah ibadah, mirip dengan yang sering dikatakan salah satu pendiri dan perintis Kompas Gramedia, Jakob Oetama, dengan istilah ora et labora (berdoa dan bekerja).
Selain semacam pertanggungjawaban penulisnya atas bisnis yang diselenggarakan, di samping sebagai acuan manajemen dengan empat inisiatifnya, buku ini semacam biografi intelektual dan sepenggal biografi Sudhamek AWS.
Senyampang berbisnis, konsekuen sekaligus membuktikan paradigma MBB, ia aktif dalam kegiatan dialog agama-agama, memberikan sumbangan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang sejalan dengan spirit Pancasila. ”…laba atau profit merupakan sesuatu yang laik, bahkan harus diraih agar bisa mendistribusikan sesuatu…Ini adalah spirit dari ’keadilan sosial’. Karena terjadi distribusi yang bisa dimanfaatkan banyak pihak sehingga timbul pemerataan” (hal 35).
Ketika masyarakat, termasuk dunia usaha menjemput harapan tahun 2021, ketika setahun lewat terjadi disrupsi berbagai bidang, paradigma MBB menawarkan inspirasi komplementer upaya membangun sistem ekonomi yang berkeadilan.
Berpikir out of the box atau keluar dari arus utama tidak sekadar kiat mengungkit pertumbuhan, tetapi juga berani mengambil sikap. Masalahnya, mengendurkan nafsu menang perang turunan dari keserakahan yang inheren dengan dunia usaha butuh kemauan ekstra. Praktik bisnis dengan paradigma itu-itu juga potensial cepat diambil, apalagi dalam urusan survival kelangsungan usaha.
Sebagai buku dengan semangat berbagi pengalaman, sifatnya menawarkan. Buku ini menawarkan paradigma inspiratif di luar arus utama dunia bisnis, yang bisa saja dicibirkan atau malah utopia.
(St Sularto, Wartawan senior)