Buku berjudul “Saya Kamu Mereka” karya mantan wartawan harian Kompas, Ayu Sulistyowati, mewadahi cerita banyak orang saat pandemi. Di dalamnya tersimpan virus semangat dan edukasi yang hendak disebar ke pembaca.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Mantan wartawan harian Kompas, Ayu Sulistyowati, meluncurkan buku Saya Kamu Mereka secara daring di Bali, Sabtu (29/8/2020) sore. Dalam buku tersebut, Ayu merangkum kisah para sahabatnya selama pandemi Covid-19. Ajakan untuk bangkit dari keterpurukan dan edukasi disisipkan di dalamnya.
Ribuan hingga jutaan orang di dunia sedang dipaksa menekan naluri manusianya untuk bersosialisasi langsung. Jika tidak mendesak, semua orang disarankan tidak keluar rumah. Maklum pandemi belum selesai. Kondisinya malah semakin menjadi-jadi.
Per hari ini, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 169.195 kasus atau naik 3.308 kasus dibandingkan dengan kemarin. Ini merupakan angka lonjakan kasus tertinggi selama beberapa bulan terakhir.
Selama berkegiatan di rumah, Ayu tidak menghentikan komunikasi dengan sejumlah kawan secara virtual. Obrolan dan curahan hati di grup percakapan Whatsapp kemudian digubah menjadi narasi untuk buku. Cerita tersebut dikompilasi pada Maret-Juni 2020.
”Ini berawal dari saya yang ingin menghibur teman-teman. Saya dan teman-teman curhat secara virtual, lalu saya tulis. Cerita ini saya buat dalam bentuk karikatur. Karena ini adalah cerita saya dan teman-teman, maka buku ini diberi judul Saya Kamu Mereka,” kata Ayu.
Selain cerita, ada pula sisipan edukasi seputar memutus mata rantai pandemi. Pesan disampaikan secara sederhana melalui gambar, misalnya tentang mencuci tangan yang benar, memakai masker, dan ajakan buat tetap tinggal di rumah.
Salah satu pesan itu digambarkan dalam komik singkat. Dialognya lebih kurang seperti ini, ”Ke mana, ya, hari ini?”. ”Duh... #dirumahaja, Pak.... De bengkung...”
De bengkung merupakan istilah yang populer di Bali untuk menghadapi penyebaran virus korona baru. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, istilah itu berarti ’jangan bandel’.
Cerita orang lain
Pada kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Tokyo Causa Iman menceritakan sedikit kisahnya selama menghadapi pandemi di ”Negeri Matahari Terbit”. Ceritanya tersebut ditampung dalam buku.
Causa mengatakan, budaya Jepang telah menerapkan interaksi minim kontak fisik sejak lama. Misalnya, budaya menundukkan kepala saat bertemu orang lain, bukan dengan bersalaman. Ia juga menceritakan cara pemerintah setempat cekatan dalam memberikan informasi terbaru.
”Pemerintah di sana juga menegur warga dengan pendekatan yang humanistis. Setiap sore, speaker di perkampungan dinyalakan untuk memberi pengumuman kepada warga. Isi pengumumannya lebih kurang seperti ini, ’Jika ingin berbuat baik kepada sesama, kita lebih baik berada di rumah saja’,” kata Causa.
Pendiri Samantha Project, Pra dan Martha Nalurita, juga menceritakan kisah mereka. Sebagai penjahit, mereka tidak luput dari dampak pandemi. Pesanan jahitan turun 70-80 persen pada dua bulan pertama pandemi. Setelahnya, mereka beradaptasi untuk mempertahankan usaha, misalnya dengan membuat dan menjual masker kain.
Pendiri warung kopi Whale & Co, Aryo Indarto, sependapat. Menurut dia, pengusaha harus bisa beradaptasi dengan perubahan pasar, kemudian berevolusi perlahan-lahan. Ini agar usaha mereka tetap bertahan.
Ajak UMKM
Menurut Ayu, kreativitas tidak boleh padam, bahkan dalam kondisi yang serba terbatas. Melalui buku, ia mengajak mereka yang terdampak pandemi untuk bangkit kembali, khususnya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Ajakan ini dilanjutkan dengan menggandeng pelaku UMKM dalam penjualan buku. Pembaca dapat membeli buku dengan memilih paket (bundling). Misalnya, paket buku dan kopi atau paket buku dan boneka yang semuanya diproduksi oleh pelaku UMKM. Penulis menambahkan, buku ini mencerminkan semangat saling membantu antarteman.
Adapun buku dijual hanya secara daring. Ini untuk mendorong praktik transaksi tanpa kontak selama pandemi. Melalui buku ini, Ayu berharap agar semangat berkarya dan bangkit bisa ditularkan kepada para pembaca dan pelaku UMKM yang terlibat.