"Crazy Rich Asians": Orang Superkaya Juga Punya Masalah
Oleh
M. Fajar Marta
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Novel Crazy Rich Asians telah dicetak ulang sebanyak 10 kali dalam versi Bahasa Indonesia. Buku ini membawa pesan moral yang mengingatkan bahwa manusia tetap menghadapi permasalahan-permasalahan serupa, terlepas dari latar belakang kekayaannya.
Dalam diskusi bertajuk Crazy Rich Event di toko buku Kinokuniya Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Minggu (23/9/2018), editor buku Bahasa Indonesia Crazy Rich Asians Dini Pandia mengatakan, lebih kurang 30.000 buah cetak telah dijual di berbagai toko buku. Pemutaran film yang mengadaptasi cerit novel ini turut memengaruhi popularitasnya di kalangan pembaca Indonesia.
“Oleh Gramedia Penerbit Buku Utama, novel ini sudah diterbitkan sejak 2015. Hingga sekarang, sudah dicetak ulang 10 kali dengan jumlah masing-masing 3.000 buku. Di bulan September saja buku ini dicetak ulang tiga kali karena bertepatan dengan pemutaran film. Jadi total sudah ada 30.000 buah novel,” kata Dini.
Menurut Dini, buku ini telah menjadi populer di kalangan pembaca Indonesia sejak pertama kali diterbitkan karena cerita yang menarik serta tidak berat untuk dipahami. Secara garis besar, buku ini menceritakan tentang kisah asmara antara Rachel Chu, seorang profesor matematika di Universitas New York, dengan Nick Young. Rachel berasal dari keluarga yang tidak konvensional karena ia hanya dibesarkan oleh ibunya seorang diri.
Tanpa diketahui Rachel, Nick ternyata berasal dari keluarga superkaya di Singapura. Rachel berkesempatan mengenal keluarga Nick dan kekayaannya secara langsung saat Nick mengusulkan mereka pergi ke Singapura untuk menghadiri pernikahan kawannya, Colin dan Araminta. Di sana, Rachel berkenalan ibu Nick, Eleanor Young yang ternyata tidak menyukainya karena ia bukan berasal dari keluarga superkaya seperti Nick.
Dini mengatakan, sang penulis Kevin Kwan yang berkebangsaan Singapura dan Amerika berusaha mengkritik orang-orang Asia versinya yang terlalu mementingkan bibit bebet bobot dalam memilih pasangan untuk anaknya. Di zaman modern seperti ini, seharusnya orang sudah bisa berpikir terbuka.
“Kwan sendiri berasal dari kalangan orang China superkaya yang menjadi orang Asia dalam dunianya. Menurut Kwan, diskriminasi itu bukan hanya dalam bentuk rasisme, tetapi juga dalam bentuk lainnya, seperti latar belakang kekayaan,” papar Dini.
Di samping itu, kata Dini, buku ini ingin mengajak masyarakat untuk tidak minder dengan kekayaan orang lain. Sebab, orang kaya juga memiliki permasalahan yang serupa dengan orang pada umumnya, seperti calon mertua galak, perselingkuhan, hingga kualitas hubungan orang tua dengan anak.
“Buku ini juga mengajak pembaca untuk bangga sebagai pribadi. Rachel merasa bangga dengan dirinya yang apa adanya, sehingga dia tidak keberatan untuk meninggalkan Nick jika orang tuanya tidak setuju,” ujar Dini.
Crazy Rich Asians yang diterbitkan pada 2013 adalah buku pertama dari trilogi yang ditulis Kevin Kwan. Buku kedua dan ketiga Kwan masing-masing berjudul China Rich Girlfriend dan Rich People Problems. Supervisor of Marketing and Design PT Kinokuniya Bukindo Adrian Gozali mengatakan, buku ini telah terjual sebanyak 1,5 juta cetak di seluruh dunia dan menjadi New York Times Bestseller.
Buku kedua dan ketiga Kwan juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan pada 2016. Dini mengatakan, penjualan buku kedua dan ketiga ikut meningkat seiring peningkatan permintaan terhadap buku pertama.
Kritik film
Dalam diskusi tersebut, hadir pula stylist busana Erich Al Amin dan desainer busana sekaligus penulis buku busana Ichwan Thoha. Mereka telah membaca buku dan menonton film Crazy Rich Asians. Menurut Erich, sulit untuk mengonversi novel setebal sekitar 400 halaman menjadi film berdurasi 2 jam.
“Menurut saya, film dan bukunya beda. Saat membaca bukunya, saya kira mereka bener-bener superkaya. Di film, itu kurang tergambarkan. Belanjanya para orang superkaya ini juga kurang gila seperti di buku,” kata Erich.
Sementara itu, Ichwan menilai, Henry Golding yang memerankan Nick kurang “Chinese” seperti yang diceritakan dalam buku. Namun, ia menilai Henry dapat membawakan perannya dengan sangat baik, terutama dari pembawaannya yang tenang sebagai ‘orang kaya lama’.
Keduanya sepakat bahwa aktor-aktor yang dipilih untuk memerankan para tokoh sudah sangat baik. Michelle Yeoh yang memerankan Eleanor Young, misalnya, dinilai sudah sangat intimidatif sebagai calon mertua yang galak.
Dari sudut pandang busana, Crazy Rich Asians memakai beragam referensi dari dunia busana. “Di dalam buku, banyak disebutkan teknik-teknik fashion. Misalnya masalah ornamen dan corak asia, kemudian modifikasi juga. Saya harap, buku ini bisa menjadi acuan fashion di masa depan yang mempertemukan fashion Barat dengan Timur,” kata Ichwan yang mengenakan jas bermotif khas China. (Kristian Oka Prasetyadi)