logo Kompas.id
Bebas AksesKembalikan yang Hilang,...
Iklan

Kembalikan yang Hilang, Munculkan Peluang di Bontang

Konservasi mangrove Telok Bangko dan batik Kuntul Perak ikut kembalikan yang hilang dan munculkan peluang Kota Bontang.

Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
· 6 menit baca

Foto udara kawasan mangrove Telok Bangko, Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023). Dengan luas sekitar 20 hektar, kawasan itu memiliki 500.000 pohon bakau yang terdiri atas enam jenis pohon.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Foto udara kawasan mangrove Telok Bangko, Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023). Dengan luas sekitar 20 hektar, kawasan itu memiliki 500.000 pohon bakau yang terdiri atas enam jenis pohon.

Akar Rhizopora mucronata, salah satu jenis bakau, seperti bermekaran lalu menghunjam ke tanah basah di kawasan Ekowisata Telok Bangko di Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, Bontang, Kalimantan Timur. Di sana, keberpihakan pada alam mengembalikan yang hilang lalu memunculkan peluang.

Seperti ayah yang bangga membesarkan anak-anaknya, Hadi Wiyoto (54), pemilik Telok Bangko, menyebut usahanya menanam bakau dan api-api tidak sia-sia. Sebagian besar tumbuh subur memenuhi di lahan seluas 6 hektar miliknya.

”Saya bersyukur berhasil tanam saat masih banyak yang gagal. Di sini, hampir semua tumbuh subur,” kata Hadi sembari menikmati embusan angin sejuk di Telok Bangko, Senin (23/10/2023). Dalam bahasa setempat, bangko artinya bakau.

Merawat mangrove tidak bisa sembarangan. Dari literatur dan praktik langsung, Hadi paham setiap bakau atau api-api punya karakteristik khas.

Baca juga: Kawasan Mangrove Telok Bangko

Akar pohon mangrove di kawasan mangrove Telok Bangko, Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023). Selain sebagai lokasi pembibitan mangrove, kawasan mangrove Telok Bangko yang dikelola kelompok warga dan pendampingan dari Pupuk Kaltim tersebut juga akan dikembangkan sebagai eduwisata lingkungan.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Akar pohon mangrove di kawasan mangrove Telok Bangko, Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023). Selain sebagai lokasi pembibitan mangrove, kawasan mangrove Telok Bangko yang dikelola kelompok warga dan pendampingan dari Pupuk Kaltim tersebut juga akan dikembangkan sebagai eduwisata lingkungan.

Rhizopora mucronata, misalnya, tangguh di semua medan. Jenis ini bisa hidup di tanah berlumpur, tergenang, hingga pasir atau lebih keras. Tidak heran, bersama Rhizopora apiculata yang punya karakteristik hampir serupa, Rhizopora mucronata ditempatkan di barisan terdepan dekat ke laut.

Di belakangnya ada Sonneratia alba yang tumbuh ideal di daerah terlindungi dari empasan gelombang serta Bruguiera gymnorrhiza yang tumbuh di areal dengan salinitas rendah dan kering. Selanjutnya, semakin dekat ke darat, ada Xylocarpus granatum. Jenis ini tumbuh di sepanjang pinggiran sungai pasang surut dan lingkungan payau yang tidak terlalu asin.

Uniknya, hal itu berkaitan dengan kebermanfaatannya. Semakin dekat dengan daratan, maka banyak banyak bagiannya bisa dimanfaatkan manusia.

Buah Xylocarpus granatum, misalnya, digunakan sebagai bahan kosmetik. Ada juga buah Bruguiera gymnorrhiza untuk bahan tepung dan Sonneratia alba yang buahnya dimanfaatkan jadi dodol dan sirop.

”Pengembangan produk turunan itu akan menjadi target selanjutnya dari Telok Bangko,” kata Hadi.

Rumah-rumah panggung milik warga yang tinggal di dekat kawasan mangrove Telok Bangko, Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Rumah-rumah panggung milik warga yang tinggal di dekat kawasan mangrove Telok Bangko, Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023).

Puting beliung

Rimbun dan hijau mangrove di Telok Bangko tidak terjadi begitu saja. Sebelum tahun 2010 atau 13 tahun lalu, tidak ada bakau dan api-api di sana.

Akibatnya, abrasi perlahan memakan daratan. Puting beliung dengan mudah menghantam permukiman terapung berdinding kayu dan beratap seng di sekitarnya.

”Dengan kondisi itu, saya dianggap aneh saat beli lahan di sini di tahun 2010,” kata Hadi.

Namun, tekadnya bulat. Ia telanjur jatuh cinta mangrove yang tangguh hidup membentengi pesisir pantai. Di sela-sela pekerjaannya sebagai teknisi di perusahaan multinasional, ia menyempatkan terjun ke pantai berlumpur menanam berbagai jenis bakau dan api-api.

Dibantu warga sekitar, tidak terasa kini sudah ada sekitar 300.000 pohon. Tingginya ada yang mencapai lebih dari 20 meter. Daunnya rimbun. Akarnya kuat bertahan saat pasang surut laut.

”Banyak peneliti dari Jakarta dan Yogyakarta datang ke sini. Dari mereka saya tahu jika Telok Bangko memberikan oksigen gratis senilai Rp 300.000-Rp 400.000 setiap hari,” kata Hadi.

Baca juga: Secobek Rasa Gami Bawis, Kuliner Khas Pesisir Bontang

Foto udara kawasan mangrove Telok Bangko, Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Foto udara kawasan mangrove Telok Bangko, Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023).

Mitra binaan

Kiprahnya lantas dilirik PT Pupuk Kaltim pada tahun 2019. Bersama PKT, dia mengelola lahan seluas 14 hektar di sekitar Telok Bangko.

Sejauh ini, Hadi puas dengan kerja sama ini. Upaya memperbaiki kawasan, katanya, bisa berlangsung lebih cepat. Kini, di lahan seluas 14 hektar itu telah ditanam hampir 300.000 pohon periode 2020-2023. Lajunya empat kali lipat bila dilakukan sendirian selama 13 tahun terakhir.

Beragam masalah juga bisa dijembatani mangrove. Tak ada lagi rumah yang rusak dihajar puting beliung. Lahan bekas abrasi bisa direhabilitasi hingga 15 meter.

Warga juga menerima manfaat dari pekerjaan menanam dan merawat mangrove. Dari hanya enam orang, kini menjadi 20 orang. Dalam sebulan, mereka bisa mendapat Rp 3 juta.

Iklan

Kawasan ini juga menjadi rumah bagi burung kuntul perak (Mesophoyx intermedia). Ikan bawis, baronang, dan ikan belanak datang bertelur. Kepiting hingga keong bakau hidup di antara akar mangrove. ”Mangrove mengembalikan yang hilang dan menciptakan peluang,” kata Hadi.

Burung kuntul perak terlihat di kawasan mangrove Telok Bangko, Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023). Burung dilindungi ini dapat dijumpai di kawasan pesisir hutan bakau di Kota Bontang.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Burung kuntul perak terlihat di kawasan mangrove Telok Bangko, Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023). Burung dilindungi ini dapat dijumpai di kawasan pesisir hutan bakau di Kota Bontang.

Kebaikan alam

Kebaikan alam juga memberi peluang usaha bagi Sayid Assegaf, pemilik batik Kuntul Perak sejak 2009. Salah satu ciri khas utamanya adalah burung kuntul perak dan bakau dalam setiap desainnya. Keduanya jadi ikon Bontang.

”Kami juga mempromosikan kekhasan daerah lewat desain obyek wisata Sungai Belanda, flora kantong semar, daun penjalin, dan karamunting hutan. Harapannya, saat batik dikenal luas, banyak keunikan Bontang bakal terus terjaga,” kata Ading, panggilan Sayid.

Namun, dia tidak hanya membubuhkan kekhasan lewat canting dan cat pada kain batik. Ading juga menaruh perhatian besar pada masalah limbah sisa produksi.

Aktivitas perajin kain batik di bengkel kerja batik Kuntul Perak yang berada di Kelurahan Gunung Telihan, Kecamatan Bontang Barat, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023). Motif batik Kuntul Perak terinspirasi dari kekayaan alam dan identitas Bontang dan Kalimantan Timur.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD)

Aktivitas perajin kain batik di bengkel kerja batik Kuntul Perak yang berada di Kelurahan Gunung Telihan, Kecamatan Bontang Barat, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023). Motif batik Kuntul Perak terinspirasi dari kekayaan alam dan identitas Bontang dan Kalimantan Timur.

Masih menggunakan bahan warna sintetis, Ading membuat bak penampungan limbah. Pengetahuan tentang itu Ading dapatkan di Balai Besar Batik di Yogyakarta.

”Saat peserta lain belajar membatik, saya mencari tahu tentang bak penampungan ini. Meski tidak sempurna, saya ingin menekan potensi pencemaran,” katanya.

Bak itu berukuran panjang 6 meter, lebar 1,5 meter, dan sedalam 3 meter. Bak itu kemudian dibagi tiga bagian. Ada saluran yang menyambungkan ketiganya dengan saluran masuk dan keluarnya.

Untuk memaksimalkan kinerjanya, di setiap bak dimasukkan ijuk, pasir, hingga arang. Tawas untuk membantu penjernihan air diberikan tiap bulan.

”Sejauh ini, air dari yang keluar dari bak penampungan tidak berbau,” katanya.

Kalau sulit memberi tahu yang tua, anaknya yang kita kasih pemahaman. Bisa untuk bekal ketika dia dewasa atau bahkan bisa menularkan ilmu tentang mangrove pada orangtuanya.

Proses pewarnaan dan penjemuran kain batik di bengkel kerja batik Kuntul Perak yang berada di Kelurahan Gunung Telihan, Kecamatan Bontang Barat, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023). Usaha batik yang dimulai sejak tahun 2009 tersebut merupakan salah satu pelopor batik di Kota Bontang.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD)

Proses pewarnaan dan penjemuran kain batik di bengkel kerja batik Kuntul Perak yang berada di Kelurahan Gunung Telihan, Kecamatan Bontang Barat, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023). Usaha batik yang dimulai sejak tahun 2009 tersebut merupakan salah satu pelopor batik di Kota Bontang.

Niat baik itu dihargai banyak pihak. PKT menggandengnya sebagai mitra di tahun 2019. Konsumen pun berdatangan. Dalam sebulan, rata-rata 100 helai laku terjual. Selain kain, ada juga produk turunan berupa baju hingga udeng. Kisaran harganya Rp 50.000-Rp 9 juta per buah.

Warga di sekitar rumah produksi Kuntul Perak juga menikmatinya. Ada enam yang menjadi perajin batik dengan bayaran Rp 2 juta-Rp 8 juta per bulan, tergantung keahlian dan jumlah pesanan.

Salah satunya adalah Icha (29), warga Bontang Barat. Dia baru membatik tiga bulan terakhir. Namun, ia merasa lebih nyaman ketimbang pekerjaan sebelumnya, mulai dari kru salon kecantikan hingga tenaga penjualan.

”Tugas saya mencolet hingga mencuci batik. Nanti, saya ingin belajar melukis atau mengecap agar bisa dibayar lebih tinggi,” kata perantau asal Nusa Tenggara Timur.

Vice President Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Pupuk Kaltim Sugeng Suedi mengatakan, pemberdayaan masyarakat dilakukan berdasarkan serapan aspirasi masyarakat. Saat ini tercatat ada 100 mitra dampingan. Mitra TJSL mendapat pendampingan pelatihan, pendanaan, dan promosi bagi pengembangan kewirausahaan.

Sugeng mengatakan, pihaknya ikut memetakan aspek sosialnya. Tujuannya, agar tepat sasaran kebutuhan dasar dan potensinya.

Kemandirian dan perluasan program juga tidak dilupakan. Dengan itu, mitra bisa bertahan bahkan lebih baik saat usai bekerja sama dengan PKT.

”Dalam perluasan penerima manfaat, misalnya, kami akan mendorong mitra kerja untuk melatih kelompok lain agar program yang ada bisa replikasi lebih baik lagi,” katanya.

Perajin mengangkat kain batik yang telah dijemur di bengkel kerja batik Kuntul Perak yang berada di Kelurahan Gunung Telihan, Kecamatan Bontang Barat, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD)

Perajin mengangkat kain batik yang telah dijemur di bengkel kerja batik Kuntul Perak yang berada di Kelurahan Gunung Telihan, Kecamatan Bontang Barat, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (23/10/2023).

Keberlanjutan

Sejauh ini, baik Telok Bangko maupun Kuntul Perak sudah menerapkan program berkelanjutan itu. Hadi kerap mengundang siswa SD 04 dan SD 09 Loktuan hingga TK Nurul Iman dan Nurul Fatah yang dekat dengan Telok Bangko untuk datang. Mereka mendapat informasi tentang mangrove dan manfaatnya.

”Kalau sulit memberi tahu yang tua, anaknya yang kita kasih pemahaman. Bisa untuk bekal ketika dia dewasa atau bahkan bisa menularkan ilmu tentang mangrove pada orangtuanya,” kata Hadi.

Ading juga membuka tangannya untuk yang mau belajar. Dia puas. Beberapa kerja sama dengan seniman dan mahasiswa membuat Kuntul Perak terbang ke pameran di Perancis hingga China.

”Selain itu, di Bontang, kami ikut membidani tiga kelompok baru, mulai dari batik di kawasan Malahing, Taman Nasional Kutai, hingga Gunung Elai,” kata Ading.

Kreativitas manusia dari Bontang sejauh ini satu jalan dengan niat baik menjaga alam. Modal besar menghadapi perubahan di zaman yang penuh tantangan.

Baca juga: Pesan dari Bontang untuk Dunia

Editor:
CHRISTOPERUS WAHYU HARYO PRIYO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000