logo Kompas.id
Bebas AksesPesan dari Bontang untuk Dunia
Iklan

Pesan dari Bontang untuk Dunia

Pesan dari Bontang jadi contoh bagi daerah lain. Kelenturan mencerna beragam perubahan jadi modal untuk hal baik kelak.

Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
· 5 menit baca

Dwi memperlihatkan kostum yang dipakainya dalam Bontang City Carnival 2023. Pesan dari kostum itu menjaga kebersihan laut Bontang.
KOMPAS/CORNELIUS HELMY

Dwi memperlihatkan kostum yang dipakainya dalam Bontang City Carnival 2023. Pesan dari kostum itu menjaga kebersihan laut Bontang.

Bontang, kota di Kalimantan Timur, menyimpan banyak pesan baik. Dalam Bontang City Carnival dan Pawai Budaya 2023, beragam hal itu tersaji dan menunggu direplikasi.

Tidak seperti tata rias wajahnya yang dibasahi keringat, senyum Dwi tidak luntur. Meski matahari di Kota Bontang, Sabtu (21/10/2023) siang, sangat menyengat, Dwi tetap ramah. Dengan sabar, dia menerima dengan tangan terbuka beberapa anak yang mendekat minta foto bersamanya.

”Ayo sini kalau mau foto,” kata Dwi sambil siap bergaya.

Dwi adalah satu dari ratusan peserta Bontang City Carnival (BCC) dan Pawai Budaya 2023. Penampilan Dwi sangat mencolok. Dia memanggul kostum setinggi lebih dari 2 meter di ajang tahunan kota sejak 2012 itu.

Paduan karya berwarna merah, kuning, dan hijaunya juga sangat berani. Dengan berat kostum sekitar 3 kilogram, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Bontang ini dengan mudah menarik perhatian.

Upaya menarik perhatian itu bukan tanpa alasan. Sejak awal, Dwi mengatakan, ada pesan yang ingin disampaikan lewat kostum fantastisnya.

Baca juga: Kampung Malahing di Bontang, dari Kampung Kumuh Menjadi Kampung Wisata

Dia dan rekan-rekannya berharap keberhasilan Bontang menjadi salah satu kota terbersih di negeri ini bisa jadi teladan untuk Indonesia. Hal itu dibuktikan lewat penghargaan Adipura Kencana tahun 2022.

Pesan itu tecermin dari bahan kostumnya yang hampir semuanya menggunakan kain bekas atau tidak terpakai. Sebagai hiasan, ada sampah sendok plastik bekas yang ditempelkan setelah dicuci bersih.

Ada juga ornamen kuda laut. Tujuannya, mempromosikan asrinya kehidupan laut di Bontang.

”Kami percaya jika laut Bontang bersih, manfaatnya bisa dinikmati banyak orang di belahan dunia mana saja. Lewat BCC, kami ingin mengajak banyak orang menjaga lingkungan dengan cara segar dan baru,” katanya.

Peserta Bontang City Carnival 2023 melintas di Jalan MH Thamrin menuju panggung utama di Simpang Tiga Ramayana, Bontang, Kalimantan Timur, Sabtu (21/10/2023).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Peserta Bontang City Carnival 2023 melintas di Jalan MH Thamrin menuju panggung utama di Simpang Tiga Ramayana, Bontang, Kalimantan Timur, Sabtu (21/10/2023).

Kreativitas kostum yang dikenakan Dwi dalam BCC kembali memperlihatkan kelenturan warga Bontang mencerna banyak hal. Di kota industri ini, banyak peserta lain juga memperlihatkan hal serupa.

Paguyuban dari sejumlah daerah, misalnya, berada di jalur karnaval yang sama. Mereka bergantian merayakan perbedaan tanpa gesekan.

Lantunan Tarsul, syair lisan dari masyarakat adat Kutai, berdampingan dengan lagu ”Ajojing” yang viral di media sosial dari Paguyuban Wargi Sunda Bontang.

Ada pula warga dari Ikatan Keluarga Minang Bontang yang getol mempromosikan rendang sebagai kuliner terbaik. Mereka tidak terganggu dengan keriuhan aksi anggota Paguyuban Seni Kuda Lumping Setyo Budoyo Putra Bhirawa. Tar…. Tar…. Tar! Begitu suara ledakan pecut yang dilepaskan salah satu seniman kuda lumping siang itu.

Keunggulan dan budaya

Selain menunjukkan keunggulan daerah, Wali Kota Bontang Basri Rase mengatakan, BCC sengaja menampilkan ragam budaya dari berbagai etnis di Nusantara. Dia berharap, semuanya ikut mendongkrak wisata hingga geliat usaha. Harapannya, pada akhirnya ajang ini ikut membuat warga Bontang kian sejahtera.

Marching Band Pupuk Kaltim membuka karnaval dan parade budaya Bontang City Carnival di Bontang, Kalimantan Timur, Sabtu (21/10/2023).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Marching Band Pupuk Kaltim membuka karnaval dan parade budaya Bontang City Carnival di Bontang, Kalimantan Timur, Sabtu (21/10/2023).

Sejauh ini, keinginan itu terus dikejar. Sebagian masih berjuang. Namun, ada yang sudah dikenal hingga mancanegara. Kiprah Marching Band Bontang Pupuk Kaltim (MBBPKT), yang tampil membuka BCC kali ini, misalnya, menjadi buktinya.

Iklan

MBBPKT adalah kelompok marching band yang cukup diperhitungkan di negeri ini. Jadi juara di berbagai kejuaraan internasional membuat sebagian personelnya diincar bermain atau diminta menjadi pelatih di kelompok lain.

Olahraga sumpit ini paket lengkap. Bisa merawat budaya, menjaga kebanggaan olahraga, hingga melestarikan alam bersama-sama.

Pelatih Kepala MBBPKT Heriyanto mengatakan, peluang anak asuhnya mengembangkan sayap ke berbagai bidang terbuka lebar. Bila dulu Heriyanto bisa belajar tentang marching band hingga ke Amerika Serikat, kini personel MBBPKT diincar masuk perguruan tinggi favorit lewat jalur prestasi.

”Mereka dianggap berprestasi untuk diandalkan mengharumkan nama kampus,” kata Heriyanto, salah satu murid Rene Conway, pelatih legendaris MBBPKT asal AS.

Adinda Pangerap (14), anggota MBBPKT, tengah mengejar mimpi itu. Lima tahun meniup trompet, ia ingin melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Sejauh ini, ia percaya diri.

”Semoga kemampuan saya lima tahun terakhir bisa diandalkan untuk mengejar pendidikan lebih baik kelak,” katanya.

Wati, atlet olahraga tradisional, berlatih sumpit di Kampung Adat Guntung, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Minggu (11/6/2023). Sumpit awalnya senjata untuk berburu yang dilestarikan menjadi olahraga tradisional yang dilombakan.
KOMPAS/PRIYOMBODO

Wati, atlet olahraga tradisional, berlatih sumpit di Kampung Adat Guntung, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Minggu (11/6/2023). Sumpit awalnya senjata untuk berburu yang dilestarikan menjadi olahraga tradisional yang dilombakan.

Bangga

Semakin siang, panas matahari terasa kian terik di Bontang. Suhu udara mencapai 31 derajat celsius, tetapi terasa hingga 38 derajat celsius. Warga yang mengikuti ajang ini membuka payungnya untuk melindungi diri dari panas terik. Sebagian lagi memilih berkerumun di bawah pohon rindang, menyaksikan atraksi yang tersaji.

Di tengah kondisi panas yang demikian terik, fokus Faisar, atlet olahraga tradisional sumpit, belum surut. Menggunakan sumpit sepanjang 2 meter, bidikan warga Kelurahan Guntung, Kecamatan Bontang Utara, itu akurat mengenai sasaran tiga balon dari jarak 15 meter.

Dar… der… dor...!

Faisar mengatakan, menyumpit adalah kemampuan warisan nenek moyang. Dulu, dengan mengandalkan teknik pernafasan yang tepat, sumpit digunakan untuk berburu satwa liar. Kini, menyumpit menjadi salah satu cabang olahraga tradisional yang diperlombakan lewat sejumlah modifikasi.

”Ada beberapa modifikasi, seperti anak panah berbahan fiber hingga pemilihan kayu yang tepat,” kata peraih medali perak di menyumpit 20 meter beregu saat Festival Olahraga Masyarakat Nasional 2023 itu.

Haerul, salah satu pembuat sumpit senior asal Kelurahan Guntung, Bontang Utara, mengatakan, dulu sumpit terbaik berbahan kayu ulin. Selain lurus, bobot kayu juga terbilang ringan. Namun, seiring waktu, ulin kian langka.

Jalan tengah pun diambil. Tidak menebang pohon baru, Haerul memilih kayu bekas. Salah satu favoritnya, kayu meranti bongkaran atap rumah.

Baca juga: Inovasi Limbah Cangkang Rajungan di Bontang Diolah Jadi Kitosan

https://cdn-assetd.kompas.id/6VvGONO2HhfNh8i4oGrBBTeZZFg=/1024x586/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F10%2F22%2F72e00aad-80f8-4e3f-8e65-7db2577893d7_jpg.jpg

Faisar menyelesaikan pembuatan sumpit di bengkel kerja miliknya yang berada di Kelurahan Guntung, Bontang Utara, Bontang, Kalimantan Timur, Jumat (20/10/2023).

”Kayu bongkaran biasanya sudah kering sehingga tidak sulit saat dipotong, dibuatkan jalur anak panah, hingga dihaluskan. Dengan kayu bekas, kita tidak perlu memotong pohon untuk menjaga tradisi,” kata lelaki berusia 55 tahun itu.

Kini, Haerul sudah membuat sedikitnya 500 sumpit dari kayu bekas sejak sepuluh tahun terakhir. Dia menjualnya Rp 1,5 juta per set, sumpit dan anak panahnya. Sebagian besar karyanya digunakan atlet olahraga tradisional.

Salah satu penggunanya adalah Wati, atlet sumpit Bontang. Dari sumpit kayu bekas, ia mendapat dua medali emas dalam Sukan Borneo 2011, ajang antarnegara di Pulau Kalimantan. Wati tidak menyangka bahan bekas bisa membuat bangga negara.

”Olahraga sumpit ini paket lengkap. Bisa merawat budaya, menjaga kebanggaan olahraga, hingga melestarikan alam bersama-sama,” katanya.

Pesan dari Bontang dalam karnaval dan pekan budaya tahun ini bisa jadi kabar baik untuk masa depan. Kebaikannya tidak hanya untuk warga sekitar, tetapi juga untuk dunia yang lebih baik.

Faisar menyelesaikan pembuatan sumpit di bengkel kerja miliknya yang berada di Kelurahan Guntung, Bontang Utara, Bontang, Kalimantan Timur, Jumat (20/10/2023).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD)

Faisar menyelesaikan pembuatan sumpit di bengkel kerja miliknya yang berada di Kelurahan Guntung, Bontang Utara, Bontang, Kalimantan Timur, Jumat (20/10/2023).

Editor:
CHRISTOPERUS WAHYU HARYO PRIYO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000