logo Kompas.id
Bebas AksesPeluang Industri EPC di Tengah...
Iklan

Peluang Industri EPC di Tengah Tuntutan Transisi Energi

Dari berbagai jenis energi terbarukan, salah satu yang sudah tereksploitasi dan teruji ialah panas bumi. PT Rekayasa Industri menjadi perusahaan EPC nasional yang telah membangun belasan pembangkit panas bumi.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, M PASCHALIA JUDITH J, BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
· 3 menit baca
Seekor bunglon hinggap di depan pipa penyalur uap panas bumi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/9/2021).
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Seekor bunglon hinggap di depan pipa penyalur uap panas bumi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/9/2021).

Dalam Persetujuan Paris pada 2015, peningkatan rata-rata suhu global disepakati agar ditahan pada 1,5 derajat celsius. Indonesia pun berkomitmen untuk memenuhi target emisi nol bersih (net zero emission/NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Juga melalui enhanced nationally determined contribution (NDC) yakni pengurangan emisi gas rumah kaca 31,89 persen dengan usaha sendiri dan 43,20 persen dengan bantuan internasional pada 2030.

Dalam mendukung itu, di antaranya dengan membangun pembangkit energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Peluang ini pun dimanfaatkan industri jasa rancang bangun dan kerekayasaan (engineering procurement construction/EPC), seperti yang dilakukan PT Rekayasa Industri (Rekind). Sejumlah PLTP yang dibangun Rekind dan telah beroperasi di antaranya ialah PLTP Kamojang Unit 4 (1 x 60 megawatt/MW) dan 5 (1 x 35 MW) di Jawa Barat, semua unit PLTP Lahendong di Sulawesi Utara, semua unit PLTP Ulubelu di Lampung, dan PLTP Rantau Dedap di Sumatera Selatan (2 x 46 MW).

Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih menuturkan, dari berbagai jenis energi terbarukan, salah satu yang sudah tereksploitasi dan keandalannya teruji ialah panas bumi. Dari seluruh PLTP yang telah beroperasi di Indonesia, 60 persen di antaranya dibangun Rekind.

PLTP terakhir yang dibangun oleh Rekind beserta mitra ialah PLTP Rantau Dedap Tahap I dengan kapasitas 91,2 MW. PLTP milik PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) dibangun di lokasi terpencil dengan ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut.

”Kami mendukung semua pengembangan energi terbarukan. Selain panas bumi, juga pengembangan bioenergi, mulai dari tahap laboratorium hingga pilot (percontohan). Kami memiliki sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kapasitas akan bidang tersebut,” kata Triyani, Selasa (5/9/2023).

Selain itu, Rekind membangun PLTP Lahendong di Sulawesi Utara 22 tahun lalu berkapasitas terpasang 120 MW. PLTP milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) tersebut menjadi tulang punggung dalam memasok kebutuhan energi di Sulut dan Gorontalo.

PLTP Lahendong juga menjadi salah satu kontributor rencana PGE untuk meningkatkan kapasitas terpasang total dari saat ini 672 MW menjadi 1 gigawatt (GW). ”Area Lahendong merupakan bagian dari strategi penambahan kapasitas terpasang yang dikelola sendiri oleh PGE,” kata Direktur Utama PGE Julfi Hadi dalam pernyataan tertulis beberapa waktu lalu.

https://cdn-assetd.kompas.id/7T0leq4P365YjUE2uCqfUgrN2bk=/1024x2007/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F07%2F29%2F20210729-H25-ANU-mendorong-pembangkit-mumed-01_1627573427_jpg.jpg

Peta jalan

Iklan

Semangat untuk berkontribusi dalam percepatan transisi energi juga mengemuka lewat peta jalan yang disusun Tripatra Engineers and Constructors. Sepanjang 2022-2023, anak usaha Indika Energy itu tengah merampungkan proyek pembangkit panas bumi, konversi sampah menjadi energi, eksplorasi potensi energi berbasis hidrogen, hingga pengembangan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS).

Presiden Direktur & CEO Tripatra Engineers and Constructors Raymond Naldi Rasfuldi memaparkan, terkait proyek panas bumi, proses sudah mulai sejak 2 tahun lalu. Konstruksi dimulai tahun lalu dan lokasinya berada di Bogor, Jawa Barat. Sepanjang September 2023, terdapat serangkaian uji kinerja (performance test) pada proyek itu. Ke depan, Tripatra akan melebarkan sayap membangun pabrik yang memproduksi sel baterai, kendaraan listrik, stasiun pengisi daya, hingga daur ulang baterai.

https://cdn-assetd.kompas.id/NfURK_R5xoX49s0QAaK4ZTiFu3s=/1024x577/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F05%2F10%2Fe5e1fdf3-c4e5-4bc9-b191-7912a4848a0e_jpg.jpg

Teknisi memeriksa saluran uap air panas dari separator di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Binary Organic Rankine Cycle (ORC) berkapasitas 500 KW yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Lahendong, Tomohon, Sulawesi Utara, Senin (25/4/2022).

Kebutuhan energi terbarukan

Anggota Komisi Bidang Ilmu Rekayasa Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Satryo Soemantri Brodjonegoro, beberapa waktu lalu mengatakan, industri EPC berpeluang mengambil peran dalam pemenuhan kebutuhan pembangunan pembangkit energi terbarukan. Selain panas bumi, pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) juga bisa dikerjakan perusahaan EPC.

Dengan sederet pengalaman yang ada, ia meyakini perusahaan-perusahaan EPC dalam negeri memiliki kapasitas untuk membangun pembangkit-pembangkit energi terbarukan. ”Banyak pertimbangan (untuk memasifkan energi terbarukan). Itu soal pilihan. Energi terbarukan mahal, sedangkan fosil murah. (Energi) yang bersih pasti ada ongkosnya. Memang mahal, tetapi ada benefit yang nantinya akan dirasakan,” kata Satryo.

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kapasitas terpasang PLTP meningkat dari 1.948,3 megawatt (MW) pada 2018 menjadi 2.355,4 MW (di 17 wilayah kerja panas bumi/WKP) pada 2022. Hingga semester I-2023, kapasitas terpasang PLTP mencapai 2.373,1 MW atau di atas target 2023 yang 2.368,4 MW.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyebut PLTP sebagai salah satu jenis pembangkit energi terbarukan akan didorong sebagai baseload (pemikul beban dasar/andal) di samping pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm).

Menteri ESDM Arifin Tasrif memperkirakan Indonesia membutuhkan listrik sebesar 1.942 terawatt-jam (TWh) pada 2060. Salah satu tantangan dalam pemenuhan kebutuhan itu terkait penyediaan listrik dari sumber energi terbarukan yang terjangkau, andal, dan berkelanjutan. Hal itu dapat dipenuhi, antara lain, lewat panas bumi.

”Untuk meningkatkan pemanfaatan energi bersih, Indonesia akan membangun sekitar 700 gigawatt (GW) pembangkit listrik energi terbarukan. (Itu) mengingat Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah, (potensinya) mencapai lebih dari 3.600 GW,” kata Arifin.

Seiring menguatnya isu transisi energi, kebutuhan pembangunan pembangkit energi terbarukan serta pabrik-pabrik bioenergi menjadi peluang bagi industri EPC nasional. Selain lebih memberi kepastian terkait tingkat komponen dalam negeri (TKDN), SDM-SDM lokal pun akan lebih optimal terberdayakan dalam menyambut era energi masa depan.

Editor:
MUHAMMAD FAJAR MARTA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000