logo Kompas.id
Bebas AksesGenjot Komponen Lokal di...
Iklan

Genjot Komponen Lokal di Proyek-proyek Besar

Untuk menggerakkan perekonomian lokal dan kemandirian bangsa, pelaku industri EPC Tanah Air membutuhkan kepercayaan lebih untuk mengeksekusi proyek-proyek yang dikembangkan di dalam negeri.

Oleh
M PASCHALIA JUDITH J, BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA, ADITYA PUTRA PERDANA
· 4 menit baca
<i>Gas</i><i>processing facility</i> Jambaran Tiung Biru yang dibuat oleh PT Rekayasa Industri di Kabupaten Bojonegoro, Jatim, Kamis (3/8/2023).
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Gasprocessing facility Jambaran Tiung Biru yang dibuat oleh PT Rekayasa Industri di Kabupaten Bojonegoro, Jatim, Kamis (3/8/2023).

Keterlibatan pelaku industri jasa rancang bangun dan kerekayasaan lokal menjadi fondasi kemandirian komponen dalam negeri. Peran serta mereka dalam berbagai proyek besar di Indonesia perlu digenjot demi tercapainya tujuan jangka panjang, yaitu mengurangi ketergantungan produk impor dan memperkuat struktur industri dalam negeri.

Dalam praktiknya, para pemain industri jasa rancang bangun dan kerekayasaan lokal berupaya menggunakan sebanyak mungkin komponen-komponen yang sarat dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Mereka juga menimbulkan efek berantai dengan menggandeng mitra para kontraktor lokal. Rentetan ini membuat tujuan jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan produk impor dan memperkuat struktur industri dalam negeri bisa tercapai. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 menargetkan, nilai TKDN pada 2024 mencapai 50 persen.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Ignatius Warsito mengatakan, jangan sampai jasa rancang bangun dan kerekayasaan proyek-proyek di Indonesia diambil semua oleh negara asal investor. Keterlibatan pelaku industri jasa rancang bangun dan kerekayasaan (engineering, procurement, and construction/EPC) lokal dalam proyek-proyek mega Tanah Air masih perlu digenjot. ”EPC (Indonesia) dapat menjadi titik awal untuk mengoptimalkan pemanfaatan produk-produk dalam negeri,” katanya dalam sesi tanya-jawab pada acara diskusi dengan jurnalis di Jakarta, Senin (28/8/2023).

Senada dengan Warsito, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Nasional Rancang Bangun Indonesia (Gapenri) Dhira Nandana berpendapat, industri EPC Tanah Air menggerakkan penggunaan barang dan jasa dalam negeri. Artinya, pelaku industri EPC lokal dapat menumbuhkan perputaran ekonomi. Tidak banyak perusahaan EPC di Indonesia, di antaranya Rekayasa Industri, Tripatra, Petrosea, dan Wika Engineering.

Namun, walaupun EPC lokal memiliki peran penting dan kemampuan yang tinggi, tantangan ke depan tidaklah muda. Hal ini terkait dengan proyek-proyek mega yang mendapatkan investasi asing. Untuk memperoleh kepercayaan mengerjakan berbagai proyek berskala internasional itu, insinyur-insinyur EPC lokal mesti bersertifikasi tingkat internasional. ”Bagaimana pelaku EPC mendapat kepercayaan klien dan investor karena infrastruktur industri yang didesain memiliki risiko tinggi,” kata Warsito.

Baca juga: Indonesia Kekurangan Insinyur, Kalah Jauh dari Vietnam

<i>Gas processing facility</i> Jambaran Tiung Biru yang dibuat oleh PT Rekayasa Industri di Kabupaten Bojonegoro, Jatim, Kamis (3/8/2023).
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Gas processing facility Jambaran Tiung Biru yang dibuat oleh PT Rekayasa Industri di Kabupaten Bojonegoro, Jatim, Kamis (3/8/2023).

Ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (16/8/2023), anggota Komisi Bidang Ilmu Rekayasa Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Satryo Sumantri Brodjonegoro, mengatakan, maraknya penggunaan jasa EPC perusahaan asing berdampak pada banyaknya penggunaan komponen dan peralatan asing. Perusahaan EPC asing biasanya menggunakan perangkat miliknya sendiri bukan lokal. ”Mereka tidak ingin modalnya dibelikan barang asing,” kata Satryo.

Realitas ini membuat kapasitas industri EPC, industri komponen konstruksi, dan industri peralatan manufaktur dalam negeri tidak kunjung berkembang karena pasarnya diisi oleh produk asing. Hal ini di antaranya disebabkan oleh lemahnya negosiasi kontrak kerja proyek. Pendanaan proyek kebanyakan didominasi asing sehingga mereka cenderung menggunakan perusahaan asing dan material bawaan asing. ”Seharusnya, ketika sebuah perusahaan di Indonesia mengadakan proyek dan mengundang keterlibatan EPC, semestinya perusahaan itu membuat kesepakatan tegas tentang keharusan keterlibatan perusahaan EPC lokal dan material lokal,” kata Satryo.

Baca juga: Prospek Cerah Industri Rancang Bangun Dalam Negeri

Alternatif lainnya adalah dengan membuat kesepakatan kerja sama bersama atau joint venture antara perusahaan EPC lokal dan asing. Dengan kesempatan itu, perusahaan EPC lokal bisa belajar alih teknologi. Dengan demikian, ini menunjukkan keberpihakan kepada pelaku industri dalam negeri. Pada saat bersamaan, saat penugasan itu, pelaku industri lokal juga harus berada dalam pengawasan dan pembinaan. Melalui penugasan perusahaan EPC lokal ini, pembangunan proyek-proyek berbagai sektor yang menggunakan jasa EPC bisa menyerap komponen dalam negeri.

”Kalau kita mengerjakan sendiri proyek-proyek dengan perusahaan lokal dan dengan komponen lokal, ini bisa berdampak besar pada kapasitas industri ke depan. Ketergantungan akan pihak asing juga akan terus berkurang,” ujar Satryo yang juga merupakan Penasihat Khusus Menteri bidang Inovasi dan Peningkatan Daya Saing Industri Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Iklan

Lama-kelamaan, kata Satryo, perusahaan EPC dalam negeri itu jadi kuat baik secara pengalaman maupun finansial sehingga sudah siap bersaing dengan perusahaan EPC asing.

”Kalau sudah besar, bisa berkompetisi. Kalau saat pertama baru tumbuh lalu langsung diadu, ya pasti kalah,” ujar Satryo yang juga merupakan Guru Besar Emeritus Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung.

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Satryo Soemantri Brodjonegoro
KOMPAS/RIZA FATHONI

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Satryo Soemantri Brodjonegoro

Lokalitas

Menurut Dhira, EPC menggarap realisasi sebuah proyek dari tingkat perancangan, pengadaan, konstruksi, uji coba, hingga operasional. Semakin awal industri EPC dilibatkan dalam tahapan, pembagian risiko kerja dengan klien dapat makin ditangani. ”Industri EPC lokal mulai dari perancangan yang dibuat berdasarkan front-end engineering design (FEED),” kata Dhira.

Presiden Direktur & CEO Tripatra Engineers and Constructors Raymond Naldi Rasfuldi memerinci, apabila dilibatkan dari tahap perencanaan, industri EPC berpeluang menentukan spesifikasi material beserta biayanya. Industri EPC pun dapat membandingkan material-material yang tersedia di Indonesia dengan bahan dari impor berdasarkan aspek ketersediaannya, kelayakannya, efektivitas, dan efisiensinya.

https://cdn-assetd.kompas.id/KT_rmrDVAkxSwkiWji3br2oQQP0=/1024x2218/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F29%2F658fb669-71f7-4222-b069-b673f82a185e_png.png

Data Tripatra Engineers and Constructors menunjukkan, TKDN dalam proyek-proyek dikerjakan berada di atas 30 persen. Contohnya, TKDN pada proyek Banyu Urip EPC1, Senoro GDP, dan Jangkrik EPCI masing-masing sebesar 37,7 persen, 43,78 persen, dan 43,78 persen.

Peran EPC lokal dari perancangan hingga operasional pembangunan proyek itu membuat pelaku industri EPC sebenarnya dapat menjadi ujung tombak pemanfaatan material dalam negeri. Hal ini membuka peluang bagi industri komponen atau material lokal yang nantinya akan digunakan industri EPC.

Selain material, teknologi sebagai benda nonmaterial juga dapat dipertimbangkan dalam aspek TKDN asalkan Indonesia menguasainya. ”Ada dua cara menghitung TKDN dalam industri. Pertama berupa penghitungan TKDN dalam proses realisasi pembangunan, sedangkan yang kedua diukur dari komponennya,” kata Dhira.

Presiden Direktur & CEO Tripatra Engineers and Constructors Raymond Naldi Rasfuldi (kiri) memaparkan transformasi perusahaannya dalam diskusi bertema Membangun Masa Depan melalui Solusi Kerekayasaan yang Inovatif dan Berkelanjutan yang diadakan di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J

Presiden Direktur & CEO Tripatra Engineers and Constructors Raymond Naldi Rasfuldi (kiri) memaparkan transformasi perusahaannya dalam diskusi bertema Membangun Masa Depan melalui Solusi Kerekayasaan yang Inovatif dan Berkelanjutan yang diadakan di Jakarta, Kamis (3/8/2023).

Adanya orientasi TKDN dan efek berantai dengan sub-kontraktor lokal terlihat juga dalam pelaksanaan proyek-proyek PT Rekayasa Industri (Rekind). Presiden Direktur PT Rekayasa Industri Triyani Utaminingsih menyatakan, proyek-proyek yang dikerjakan berorientasi pada TKDN. Contohnya, proyek pembangunan gas lapangan unitisasi Jambaran Tiung Biru (JTB) di Bojonegoro, Jawa Timur, melibatkan 268 subkontraktor lokal.

”Penting bagi Rekind untuk menjaga relasi dengan mitra-mitra lokal. Misalnya, saat ada keterlambatan pembayaran, perusahaan akan mengomunikasikan kepada para mitra. Perusahaan juga membuka komunikasi apabila mitra mengalami kesulitan,” kata Triyani.

Selain itu, katanya, perusahaan juga membangun kapasitas mitra-mitra subkontraktor lokal agar dapat mengikuti pembukaan pengadaan dan patuh (comply) pada kriteria-kriteria yang ditentukan. Mereka juga dilatih menerapkan prinsip-prinsip keamanan.

Pemihakan terhadap perusahaan EPC lokal harus dilaksanakan dalam praktik. Pemihakan itu lama kelamaan membuat perusahaan EPC dalam negeri itu jadi kuat baik secara pengalaman maupun finansial sehingga sudah siap bersaing dengan perusahaan EPC asing.

Demi menggerakkan perekonomian lokal dan kemandirian bangsa, pelaku industri EPC Tanah Air membutuhkan kepercayaan lebih untuk mengeksekusi proyek-proyek yang dikembangkan di dalam negeri. Dengan demikian, nilai tambah dari pembangunan fasilitas industri dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar, bukan asing.

Editor:
MUHAMMAD FAJAR MARTA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000