logo Kompas.id
Bebas AksesMengusik Peduli dengan Sepeda
Iklan

Mengusik Peduli dengan Sepeda

Sepeda tak hanya berguna untuk kesehatan diri atau membantu melindungi bumi. Sepeda juga menjadi saran unik untuk menggalang bantuan sosial.

Oleh
LUKI AULIA
· 5 menit baca
Sejumlah warga menggunakan sepeda untuk berangkat dan pulang kerja di Beijing, China, Kamis (20/10/2022).
AP/MARK SCHIEFELBEIN

Sejumlah warga menggunakan sepeda untuk berangkat dan pulang kerja di Beijing, China, Kamis (20/10/2022).

Setiap 3 Juni sejak 2018, pesepeda di seluruh dunia merayakan Hari Sepeda Sedunia. Ini sesuai dengan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam pandangan lembaga mulitalteralisme itu, sepeda diakui sebagai sarana transportasi berkelanjutan yang sederhana, terjangkau, andal, dan ramah lingkungan. Sepeda juga bisa menjadi media untuk mendorong pengelolaan kesehatan dan lingkungan.

Pemerintah di seluruh dunia juga mengakui bersepeda sebagai fasilitator pencapaian banyak Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Hal ini termasuk untuk tujuan pendidikan, energi, pekerjaan, kota, dan ketidaksetaraan.

Para pendukung sepeda, seperti komunitas sepeda maupun individu pesepeda, juga mendorong penggunaan sepeda sebagai sarana pengentasan kemiskinan. Mereka juga mendukung penggunaan sepeda guna memajukan pembangunan berkelanjutan, penguatan pendidikan, mengampanyekan kesehatan, pencegahan penyakit, dan memfasilitasi inklusi sosial serta budaya perdamaian.

Baca juga: Sepeda Sebagai Alat Transportasi Masyarakat Urban

Para pesepeda di sejumlah negara, termasuk Indonesia, merayakan Hari Sepeda Sedunia dengan bersepeda, Sabtu (3/6/2023). Kegiatan ini dilakukan sambil mengampanyekan hidup sehat dan mendorong lingkungan perkotaan yang kondusif bagi pesepeda, terutama di wilayah perkotaan.

Para pesepeda di India dan Afrika, misalnya, mengajak lebih banyak orang untuk menggunakan sepeda sebagai transportasi yang lebih terjangkau dan mudah bergerak ke mana-mana. Isu yang mereka kampanyekan belum sampai pada isu-isu di negara-negara lain, misalnya soal pemenuhan fasilitas infrastruktur sepeda di jalanan atau penggunaan sepeda yang bisa membantu mengurangi pencemaran udara atau emisi karbon dioksida (CO2).

Di India dan Afrika, isu-isu tersebut terlalu jauh dan elitis. Mereka mulai dari isu paling sederhana, memakai sepeda saja dulu untuk aktivitas sehari-hari karena relatif lebih murah.

Para pesepeda asal Semarang gowes sejauh 1.000 kilometer untuk menggalang dukungan pembuatan 50 kaki palsu bagi para penyandang disabilitas. Mereka gowes sejak 27 Mei lalu mulai dari Cirebon dan berakhir di Kuta-Bali, Jumat (2/6/2023).
ARSIP SINAR BAIK SEMARANG

Para pesepeda asal Semarang gowes sejauh 1.000 kilometer untuk menggalang dukungan pembuatan 50 kaki palsu bagi para penyandang disabilitas. Mereka gowes sejak 27 Mei lalu mulai dari Cirebon dan berakhir di Kuta-Bali, Jumat (2/6/2023).

Sepeda menjadi alat untuk mengampanyekan hidup sehat. Namun sudah sejak lama, sepeda juga menjadi media untuk mengampanyekan kegiatan sosial kemanusiaan atau SARA untuk mengumpulkan dukungan guna membantu orang lain yang membutuhkan.

Seperti yang dilakukan baru-baru ini oleh para pesepeda asal Semarang, Sinar Kumala. Ia bersama enam temannya bersepeda menempuh rute sejauh 1.000 kilometer demi mengumpulkan dukungan untuk membuat 50 kaki palsu bagi para penyandang disabilitas di sejumlah kota di Pulau Jawa. Keenam pesepeda itu meliputi Ristanto, Dony, Renny, Suryadi, Lestari, dan Dion.

Tujuh pesepeda itu gowes menempuh jarak 1.000 km dengan melewati Kota Cirebon-Semarang-Solo-Madiun-Surabaya-Probolinggo-Banyuwangi hingga ke Kuta di Bali mulai 27 Mei hingga 2 Juni 2023. Mereka gowes menggunakan sepeda lipat dengan ban berukuran 16 inci.

Dalam perjalanan itu, mereka mampir di kota Kendal, Semarang, Solo, Surabaya, dan Kuta. Bantuan kaki palsu akan diberikan kepada para penerima di kota-kota tersebut. Sepanjang jalan mereka dan tim medis membantu mengukur kaki-kaki calon penerima.

Iklan
Karsidi, loper koran di Semarang, adalah salah satu penyandang disabilitas yang akan menerima bantuan kaki palsu dari gowes amal yang dilakukan para pesepeda Semarang sejauh 1.000 kilometer pada 27 Mei-2 Juni 2023.
SINAR BAIK SEMARANG

Karsidi, loper koran di Semarang, adalah salah satu penyandang disabilitas yang akan menerima bantuan kaki palsu dari gowes amal yang dilakukan para pesepeda Semarang sejauh 1.000 kilometer pada 27 Mei-2 Juni 2023.

Upaya menggalang dukungan ini berawal ketika mereka bertemu dengan Ati, penyandang kaki palsu di Surabaya, Jawa Timur, yang kondisi kaki palsunya sudah rusak karena pemakaian selama bertahun-tahun. Ati bercerita bahwa banyak orang membutuhkan kaki palsu tetapi tidak mampu membeli karena harganya mahal, setidaknya Rp 1 juta untuk satu kaki palsu. Ati harus memakai kaki palsu karena kakinya diamputasi akibat penyakit gula.

Selain Ati, ada juga Karsidi, loper koran di Semarang, yang harus diamputasi kakinya setelah kejatuhan batang pohon. Kenzo (4) yang lahir dengan kaki tak sempurna juga sudah diukur kakinya dan akan mendapatkan bantuan kaki palsu karena ibunya tak memiliki biaya meski setiap hari banting tulang kerja di warung makan.

”Rembukan dengan teman-teman lalu kita sepakat gowes 1.000 km untuk mengumpulkan dana bikin kaki palsu. Sebagai pesepeda, kami bersyukur diberikan kaki sempurna. Karena itu, kami berupaya bantu mereka yang tidak seberuntung kita. Mari bergerak bersama karena bersepeda itu bukan hanya perkara sejauh mana jarak perjalanan yang bisa kita tempuh, melainkan lebih pada apa yang bisa kita berikan untuk sesama,” kata Sinar.

Baca juga: Galang Dana bagi Anak-anak, 55 Pesepeda Keliling Lombok

Gowes dengan patokan jarak tempuh tertentu menjadi cara lazim bagi para pesepeda untuk mengumpulkan dukungan moril dan dana dari masyarakat lokal serta dari komunitas internasional. Bisa dilakukan bersama-sama komunitas, dengan teman sesama pegiat sepeda, atau juga sendirian. Kerap kali apa yang mereka lakukan mengundang decak kagum.

Seperti yang dilakukan nenek-nenek bernama Mavis Paterson (85) yang menjalani petualangan epik melintasi Skotlandia sejauh 1.600 kilometer dengan terkadang ditemani beberapa teman. Selama sebulan gowes sejauh 1.600 kilometer itu, ia berhasil mengumpulkan dana Rp 960 juta untuk membantu para penderita kanker di Skotlandia.

”Saya bertemu banyak orang baik, orang-orang asing yang saya temui sepanjang jalan. Banyak hal menarik yang saya tak akan lupa,” kata Paterson kepada Sky News, 30 Mei lalu.

Ribuan orang berdiri bersama untuk membentuk gambar sepeda terbesar dalam upaya memecahkan Rekor Dunia Guinness di Taman OHiggins di Santiago, Chile, 27 Mei 2023. Upaya diselenggarakan pemerintah daerah untuk mempromosikan Pan American Games 2023 yang akan diadakan di ibu kota Chili dari 20 Oktober hingga 5 November.
AP/ESTEBAN FELIX

Ribuan orang berdiri bersama untuk membentuk gambar sepeda terbesar dalam upaya memecahkan Rekor Dunia Guinness di Taman OHiggins di Santiago, Chile, 27 Mei 2023. Upaya diselenggarakan pemerintah daerah untuk mempromosikan Pan American Games 2023 yang akan diadakan di ibu kota Chili dari 20 Oktober hingga 5 November.

Paterson mengaku perjalanan gowesnya bukan tanpa hambatan. Yang terberat ia rasakan ketika diterpa angin sangat kencang yang hampir membuatnya terpental dari sepeda. Pengalaman serupa terjadi pada Dawn Stakounis (64) dan Sharon Atkinson (66) yang juga gowes sejauh 1.600 kilometer selama 21 hari dan berhasil mengumpulkan dana Rp 320 juta untuk yayasan Anak dengan Kanker Inggris, awal bulan ini.

Kedua nenek bersaudara ini awalnya prihatin dengan fakta bahwa setiap tahun ada 1.800 anak di bawah usia 14 tahun yang didiagnosis menderita kanker. Meski sudah mendapatkan pengobatan dan perawatan, tetap saja masih ada 240 anak yang meninggal setiap tahun. Mayoritas karena tumor otak.

Baca juga: Peduli Peningkatan Kualitas Guru Bisa Melalui Kayuhan Sepeda

Membantu anak-anak juga menjadi fokus para pesepeda Inggris yang gowes sejauh 402 km selama empat hari di Bangladesh. Mereka gowes dari ibu kota Dhaka ke Sylhet demi mengumpulkan yang untuk membangun sekolah yang baru di kota Jamapur yang memiliki 114 siswa.

Sekolah itu rusak karena banjir dan erosi dan akan diganti dengan bangunan yang lebih baik dan canggih dengan panel surya dan teknologi penangkap hujan sehingga lebih tahan terhadap cuaca ekstrem. ”Akhirnya terkumpul dana Rp 1,6 miliar melalui Yayasan Freedom 50 di Birmingham. Kami hanya mau membantu memperbaiki kehidupan anak-anak dan remaja di sini,” kata penyelenggara gowes amal itu, Aftab Rahman, pada awal Mei lalu.

Para pesepeda dan upaya yang mereka lakukan untuk membantu orang lain seperti yang dilakukan Sinar, Nenek Mavis, Stakounis, Atkinson, atau Aftab itu menunjukkan bahwa sepeda itu membantu mempromosikan pembangunan sosial, perdamaian, persahabatan, toleransi, dan semangat persaudaraan. Dalam konteks ini, sulit membayangkan ada moda transportasi lain yang juga bisa melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh sepeda. Yuk, mulai gowes sambil berbagi, Lurs!

Editor:
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000