Harian "Kompas" dan Kompas TV Raih Tiga Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022
Harian Kompas dan Kompas TV meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022. Kebebasan pers mesti dimaksimalkan untuk membuat berita berkedalaman, bukan sekadar membuat berita umpan klik atau click bait.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA, ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kompas.id yang merupakan platform digital Harian Kompas meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 kategori jurnalistik siber. Harian Kompas juga memenangi kategori jurnalistik karikatur. Sementara Kompas TV menerima penghargaan serupa untuk kategori jurnalistik televisi.
Pengumuman pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022, yang merupakan anugerah jurnalistik tertinggi di Indonesia ini, digelar di Jakarta, Jumat (27/1/2023) malam. Kegiatan ini dihadiri Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Usman Kansong, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Atal S Depari, dan ketua panitia Rita Sri Hastuti.
Pemenang kategori jurnalistik siber diberikan pada berita Kompas.id berjudul “Mau Cepat Impas, Pilih Kuliah Keguruan atau Kedokteran?”. Tulisan interaktif bertema pendidikan ini ditulis oleh Margaretha Puteri Rosalina, Albertus Krisna, dan Satrio Pangarso Wisanggeni. Kompas.id merupakan media digital berbayar yang diluncurkan pada 2017.
Berita ini menganalisis biaya kuliah mahasiswa di 12 program studi dari 30 perguruan tinggi di Indonesia, baik negeri maupun swasta. Setelah itu, membandingkannya dengan rerata penghasilan para lulusannya setelah bekerja.
Untuk kategori karikatur, terseleksi dua nomine yang semuanya merupakan karya Tommy Thomdean. Dari dua nomine tersebut, karyanya berjudul “Tragedi Bola” yang ditetapkan sebagai pemenang.
Sementara Kompas TV menyabet kategori televisi lewat karya jurnalistik Berkas Kompas episode “Siapa Jaga Masyarakat Adat”. Pemenang penghargaan diberikan kepada jurnalis Kompas TV, Maryo Sarong.
Dua tulisan di Harian Kompas juga terpilih sebagai nomine untuk kategori jurnalistik cetak. Kedua tulisan itu berjudul “Dokter dan Bidan Terlibat Pemasaran Susu Formula” yang merupakan karya jurnalistik investigasi serta “Solidaritas Kemanusiaan Tanpa Batas”, sebuah laporan jurnalistik yang dibuat wartawan Kompas langsung dari Ukraina. Untuk kategori jurnalistik cetak, Jawa Pos berhasil terpilih sebagai pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022.
Menurut Usman Kansong, karya jurnalistik peraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 menunjukkan kekritisan pers di Tanah Air tidak hilang. “Tetap kritis melihat situasi yang tidak pas di masyarakat. Banyak pemenang yang meliput tragedi Kanjuruhan,” katanya.
Usman mengatakan, beberapa karya jurnalistik turut menyisipkan pesan agar tragedi serupa tidak berulang. Selain itu, juga harapan agar proses peradilan berlangsung adil.
“Berita berkedalaman tidak akan tercipta jika tidak punya pengetahuan yang cukup dan tidak melawat. Artinya, datang ke lokasi, verifikasi,” ujarnya.
Tanpa ke lapangan, berita cenderung menjadi talking news dengan hanya mengandalkan omongan narasumber. Padahal, dengan melawat atau menggali bahan berita ke lapangan, berita akan menjadi lebih berwarna.
Usman menambahkan, kebebasan pers penting untuk terus dijunjung tinggi. “Selain itu, menjaga independensi. Artinya, kita menjadikan media sebagai ruang publik dan ruang berdemokrasi. Jadi, siapa pun harus punya kesempatan yang sama untuk diliput,” jelasnya.
Tanpa ke lapangan, berita cenderung menjadi talking news dengan hanya mengandalkan omongan narasumber. Padahal, dengan melawat atau menggali bahan berita ke lapangan, berita akan menjadi lebih berwarna
Ketua Panitia Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022Rita Sri Hastuti mengatakan, liputan berkedalaman tidak harus berupa investigasi. Namun, dapat dilakukan dengan banyak metode.
“Seperti melakukan liputan ke mana pun. Tidak hanya mengandalkan wawancara. Tidak cukup seperti itu. Hal itulah yang diandalkan dalam Anugerah Jurnalistik Adinegoro,” ucapnya.
Dalam laman resmi PWI disebutkan, total terdapat 724 karya yang dikirim ke panitia Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022. Tahun ini terdapat kategori baru yang diperlombakan, yaitu liputan berkedalaman untuk video di media sosial.
Daya lenting independensi
Ninik Rahayu mengatakan, pihaknya mendukung jurnalis untuk melahirkan karya jurnalistik berkualitas. Salah satu caranya mendorong media untuk profesional. Oleh karenanya, Dewan Pers terus melakukan pendataan dan pendampingan di tengah tumbuh suburnya media di Tanah Air.
“Kita semua tahu banyak sekali tantangannya. Untuk jurnalis, butuh dukungan yang kuat. Tolong daya lenting tim redaksi untuk selalu independen dan profesional. Itu yang harus dijaga di tengah situasi ekonomi dan politik menjelang Pemilu 2024,” katanya.
Menurut Ninik, independensi jurnalis sangat diperlukan menjelang pesta demokrasi tersebut. Dalam berkarya, jurnalis diharapkan tetap melakukan kontrol sosial.
“Apalagi kalau mampu meningkatkan intelektual publik lewat pemberitaan. Dewan Pers selalu mendukung mewujudkan media berkualitas dan para jurnalis yang punya kredibilitas,” ucapnya.
Atal S Depari menyebutkan, kebebasan pers penting dan mutlak. Oleh karenanya, Hari Pers Nasional 2023 menggunakan tagline “Kebebasan Pers, Demokrasi yang Bermartabat”.
“Kebebasan pers di Indonesia relatif bebas. Apalagi kalau dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN (Asia Tenggara). Oleh karena itu, harus dipelihara dan dipertahankan,” ujarnya.
Menurut Atal, kebebasan itu mesti dimaksimalkan untuk membuat berita berkedalaman. Jadi, bukan sekadar membuat berita umpan klik atau click bait.
“Anugerah Jurnalistik Adinegoro adalah parameter untuk pers nasional karena diseleksi dari karya-karya terbaik. Saya mengapresiasi para pemenang,” ucapnya.