Walau rute lebih menantang, para juara "Elite Race" Borobudur Marathon 2022 mampu mencatat waktu personal terbaik. Salah satu faktornya yakni berkat dukungan kemeriahan warga, hal yang sempat absen dua tahun sebelumnya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS - Berbeda dengan dua edisi sebelumnya, jalur perlombaan maraton Elite Race Borobudur Marathon 2022 Powered by Bank Jateng tak lagi hanya memutari pelataran Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, melainkan masuk ke jalanan dan perkampungan di sekitarnya. Jalur itu sejatinya lebih berat untuk para peserta, tetapi lantas menjadi tidak terasa karena dukungan warga yang melakukan sejumlah atraksi sepanjang lomba.
Berkat dukungan itulah, sejumlah pelari bisa berlari lebih baik dan mencatatkan waktu personal terbaik atau personal best (PB) saat tiba di garis finis. Performa menanjak itu dicapai para juara "Elite Race", yaitu Nurshodiq pada kategori putra dan Pretty Sihite di putri.
Nurshodiq memperbaiki catatan waktunya, yaitu dari 2 jam 45 menit 40 detik saat finis ketujuh di Borobudur Marathon 2021, menjadi 2 jam 38 menit 5,523 detik pada edisi tahun ini. Adapun Pretty mempertajam capaiannya, yaitu dari 3 jam 11 menit 51 detik ketika meraih emas Borobudur Marathon 2020 menjadi 3 jam 10 menit 44,657 detik, pagi tadi.
Namun, catatan waktu kedua atlet itu masih jauh di bawah hasil juara Borobudur Marathon 2021, yakni Agus Prayogo yang meraih emas putra dengan 2 jam 32 menit 21 detik dan Odekta Elvina Naibaho yang meraih emas putri dengan 3 jam 2 menit 48 detik. Catatan waktu Nurshodiq dan Pretty pun jauh di bawah rekor nasional, yakni Eduardus Nabunome, yang memegang rekor putra dengan 2 jam 19 menit 18 detik dan Triyaningsih (rekor putri) dengan 2 jam 31 menit 49 detik.
Kendati demikian, setidaknya, Nurshodiq bisa menuntaskan rasa penasaran meraih emas maraton Borobudur Marathon setelah prestasi terbaik sebelumnya, yakni finis ketujuh pada 2021 dan finis kedelapan pada 2020. Sementara Pretty merebut emas maraton keduanya setelah 2020 lalu.
Nurshodiq mengatakan, jalur lomba kali ini lebih menantang dibandingkan dua edisi sebelumnya. Selain banyak turunan dan tanjakan yang cukup curam, cuaca semakin panas dan lembab saat matahari mulai terbit usai start sekitar pukul 05.00 WIB.
Secara keseluruhan, dukungan warga itu sangat membantu. Aksi mereka membuat pelari tidak bosan melalui jalur yang memutar. Jadinya tidak terasa. (Pretty Sihite)
Namun, lanjut Nurshodiq, semuanya terbayar oleh hiburan atau dukungan yang diberikan warga di sepanjang jalur tersebut. Di antara penonton itu, ada keluarga mereka yang memberikan motivasi ganda untuk menjadi juara dan memperbaiki PB.
”Tadi, ada motivasi tersendiri karena ada anak, istri, dan mertua yang nonton langsung. Jadi, saya termotivasi kejar PB,” ujar Nurshodiq.
Sama seperti dua edisi sebelumnya, jalur tahun ini tetap bersifat looping alias berputar. Akan tetapi, jika pada edisi tahun lalu putarannya mencapai 12 kali, maka tahun ini jalurnya dibuat lebih panjang. Maka, jumlah putaran tahun ini menyusut, yaitu menjadi hanya lima kali.
Jadi tidak bosan
Untuk menghindari kejenuhan di antara pelari, panitia dan pemerintah setempat menyiapkan 11 titik hiburan warga yang melakukan sejumlah pertunjukkan seni tari dan musik. ”Secara keseluruhan, dukungan warga itu sangat membantu. Aksi mereka membuat pelari tidak bosan melalui jalur yang memutar. Jadinya tidak terasa,” kata Pretty.
Perwakilan panitia Borobudur Marathon 2022 sekaligus Redaktur Pelaksana Harian Kompas Adi Prinantyo menuturkan, ajang tahun ini berlangsung dengan baik. Terbukti, start bisa tepat waktu dan mayoritas pelari bisa menyelesaikan lomba atau finis. Hanya segelintir pelari di antara 35 peserta Elite Race (24 putra dan 11 putri) dan 29 peserta Bank Jateng "Young Talent" yang gagal finis. Namun, mereka tidak mengalami cedera serius.
Keberhasilan lainnya adalah Borobudur Marathon kali ini bisa membantu para juaranya mencatat PB. Padahal, menurut Agus Prayogo, tidak mudah mencetak PB di ajang ini karena jalur yang tidak rata dan kelembapan udara yang cukup tinggi. ”Itu artinya usaha panitia menyiapkan fasilitas infrastruktur sudah berjalan dengan baik, sehingga bisa dimanfaatkan peserta untuk mencapai target terbaiknya,” ucap Adi.