Daya Lenting UMKM Kota Magelang Bangkit dari Krisis
Pandemi Covid-19 menghadirkan situasi sulit bagi banyak pihak, tak terkecuali pelaku UMKM di Kota Magelang. Namun, berkat keuletan dan kreativitas, para pelaku UMKM itu berhasil bangkit dari krisis.
Pandemi Covid-19 menghadirkan situasi sulit bagi banyak pihak, tak terkecuali pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Kota Magelang, Jawa Tengah. Sebagian dari mereka bahkan sempat beralih pekerjaan karena usahanya mandek. Namun, berkat keuletan dan kreativitas, para pelaku UMKM itu berhasil bangkit dari krisis.
Salah satu UMKM di Kota Magelang yang memiliki daya lenting untuk bangkit adalah Sabila Craft. Usaha yang didirikan oleh Prajoko (58) itu memproduksi kerajinan berbahan kulit kerang. Dalam perjalanannya, Sabila Craft beberapa kali mengalami tantangan, tetapi tetap mampu bertahan.
Prajoko mulai merintis usaha terkait kerajinan sejak tahun 1997. Saat itu, dia memasok hiasan berbahan tanduk dan kerang untuk dijual di pusat suvenir di Bali. Seiring berjalannya waktu, ia mengamati adanya peluang untuk memproduksi hiasan yang memakai bahan dari kerang simping.
Prajoko kemudian belajar memproduksi kerajinan berbahan kerang di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada kurun waktu 2002-2004, dia menjalankan usaha produksi kerajinan tersebut di Bandung, Jawa Barat. Namun, pada 2004, Prajoko memutuskan kembali ke Kota Magelang yang merupakan daerah asalnya.
Prajoko pun memindahkan usaha kerajinan miliknya di kota tersebut. Saat itu, dia sudah mempekerjakan 10-15 orang karyawan untuk memproduksi aneka kerajinan, misalnya meja, hiasan dinding, tempat sampah, serta alas piring dan gelas. Untuk mewadahi usahanya, dia juga mendirikan CV Sabila Multi Kreasindo.
Awalnya, barang kerajinan produksi Sabila Craft masih dikirim ke Bali untuk dipasarkan. Namun, seiring berjalannya waktu, Prajoko mulai mengikuti pameran di sejumlah kota. Relasi bisnisnya pun meluas. “Tahun 2009, saya berkenalan dengan perusahaan eksportir yang mau membeli produk kerajinan kami,” kata Prajoko saat ditemui di Magelang, Selasa (18/10/2022).
Baca juga: Semarak Malam yang Mengungkit Perekonomian Borobudur
Setelah perkenalan itu, produk-produk Sabila Craft mulai diekspor ke Amerika Serikat. Dalam sekali ekspor, nilai penjualan produk tersebut mencapai Rp 100 juta. “Puncaknya sekitar tahun 2012-2013. Karyawan saya waktu itu sampai 50 orang dan kami sering lembur menyelesaikan pesanan,” kata Prajoko.
Namun, pada 2017, perusahaan eksportir itu menghentikan pesanan. Prajoko menduga, perusahaan itu bangkrut atau mengalihkan pembelian dari Indonesia ke Filipina yang juga memproduksi kerajinan serupa. Meski masih ada satu atau dua pembeli dari Jepang dan Hongkong, tapi jumlah barang yang dipesan tidak banyak. “Karena pesanan berkurang drastis, karyawan pun habis,” tuturnya.
Pandemi
Saat pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2020, usaha yang dikelola Prajoko kembali mengalami guncangan. Saat itu, ekspor produk Sabila Craft sempat berhenti total. Namun, Prajoko tidak menyerah. Dia pun mengikuti kegiatan pendampingan, seminar, dan pameran yang digelar secara daring.
Di tengah situasi itu, Prajoko lalu mempercayakan pengelolaan Sabila Craft kepada anaknya, Syarif Ihsanudin (24). Hal itu dilakukan agar usaha tersebut bisa beradaptasi dengan perkembangan terkini di dunia digital. Dengan berbagai upaya, Sabila Craft pun bisa bangkit. Bahkan, pada 6 Oktober 2022, Sabila Craft mengekspor kerajinan kerang ke Miami, Amerika Serikat, dengan nilai 33.000 dolar AS atau sekitar Rp 500 juta.
Syarif mengatakan, untuk membangkitkan kembali usaha tersebut, dirinya berupaya memperluas jaringan melalui kerja sama dengan atase perdagangan di luar negeri. Promosi melalui media sosial pun digencarkan. “Kami juga melakukan efisiensi dan evaluasi secara internal,” tuturnya.
Bahkan, pada 6 Oktober 2022, Sabila Craft mengekspor kerajinan kerang ke Miami, Amerika Serikat, dengan nilai 33.000 dolar AS atau sekitar Rp 500 juta.
Ujian berat akibat pandemi Covid-19 juga dialami Wachid Isrodin (46), pemilik usaha Laser Production yang memproduksi mainan miniatur truk oleng dan bus. Wachid menuturkan, dirinya memulai usaha tersebut sejak tahun 1998 setelah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan karoseri tempatnya bekerja.
Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi setelah terkena PHK, Wachid lalu membuat truk mainan dari kayu dan dijual di Taman Wisata Kyai Langgeng, Kota Magelang. Dalam kondisi normal, dia bisa menjual 10 mainan dalam waktu dua minggu dengan harga Rp 35.000 per unit. “Saya jualannya hari Sabtu dan Minggu saja ketika banyak pengunjung ke Kyai Langgeng,” tutur pria yang tinggal di Kelurahan Jurangombo Selatan, Kota Magelang, itu.
Wachid menambahkan, mainan yang diproduksinya juga sempat dibeli secara rutin oleh tengkulak untuk dijual lagi. Sejak tahun 2009, dia juga memasarkan produknya melalui media sosial sehingga akhirnya bisa mendapat pesanan rutin dari pembeli di Jakarta. “Waktu itu, pesannya minimal 50 mainan per bulan. Barang saya kirim dengan dititipkan di bus jurusan Jakarta,” katanya.
Namun, saat pandemi melanda, usaha Laser Production berhenti total. Wachid berhenti berproduksi dan sempat beralih menjadi penjual kelapa muda di pinggir jalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski begitu, dia tak menyerah. Apalagi, pada masa pandemi, justru muncul tren mainan truk oleng berbahan tripleks yang dihiasi lampu.
Baca juga: Kerajinan Kulit Kerang Produksi Magelang Tembus Pasar AS
Saat melihat tren itu, Wachid pun berupaya menyesuaikan produknya. Mainan truk buatannya yang sebelumnya dibuat dari kayu sengon dengan postur berat dan besar, diubah menjadi mainan berbahan tripleks dengan ukuran kecil dan ringan. Sejak tahun 2021, Wachid rutin memproduksi mainan semacam itu dengan bantuan tiga temannya.
Dalam sebulan, Wachid dan teman-temannya bisa memproduksi 300 unit mainan semacam itu. Harga jual mainan itu Rp 65.000 hingga Rp 70.000 dengan minimal order 10 unit. Jika membeli eceran, harganya menjadi dari Rp 110.000 hingga Rp 120.000. “Penjualannya sampai ke Pekalongan, Demak, Solo, Cilacap, Yogyakarta. Di luar Jawa, ada pesanan dari Medan dan Pontianak,” ujar Wachid.
Wachid menuturkan, saat ini, peminat truk oleng semacam itu mulai sepi. Untuk menambah pendapatan, dia pun berinovasi membuat mainan berupa miniatur bus. “Ternyata peminatnya lumayan banyak juga,” tuturnya.
Baca juga : Nyala Kreativitas Seniman Muda Magelang
Inovasi
Upaya Inovasi juga dilakukan Sugeng Prayitno (57), pembuat wayang dari bahan kulit sapi dan kertas karton di Kota Magelang. Sejak memulai usahanya tahun 1990, Sugeng menyadari bahwa penjualan wayang kulit relatif sulit dilakukan karena harganya yang mahal. Oleh karena itu, dia berinovasi membuat wayang berbahan karton.
“Tahun 1990, harga wayang kertas Rp 5.000, tapi wayang kulit itu Rp 50.000,” tutur Sugeng yang memiliki usaha bernama Sugeng Wayang. Saat ini, wayang kertas buatan Sugeng dijual Rp 50.000 hingga Rp 350.000, bergantung ukurannya. Sementara itu, wayang kulit dijual dengan harga Rp 1.250.000 per buah.
“Saya hanya ingin generasi muda ini mengenal karakter wayang dan budaya Jawa. Jangan sampai orang Jawa tidak kenal budaya Jawa,” kata Sugeng yang juga pengajar bahasa Jawa dan seni rupa di SD Kristen 2 Magelang.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Magelang Syaiful mengatakan, kebanyakan industri kerajinan di kota itu masih dalam skala rumah tangga. Untuk mengembangkan usaha mereka, Disperindag Kota Magelang pun berupaya mengarahkan agar para perajin itu membuat produk dengan nilai lebih.
Contohnya, pembuat mainan kayu diarahkan untuk membuat minatur motor gede serta mobil mewah seperti BMW dan Lamborgini sehingga bisa menyasar segmen kelas menengah ke atas. “Produk semacam itu bisa dijual di bandara atau mal sehingga meningkatkan nilai tambah,” tutur Syaiful.
Sejumlah UMKM di Kota Magelang, termasuk Sabila Craft, Laser Production, dan Sugeng Wayang, juga terpilih mengikuti program Pawone Kriya Borobudur Marathon 2022. Dengan mengikuti program rangkaian lomba lari Borobudur Marathon itu, para pelaku usaha tersebut bisa menjual dan mempromosikan produknya di beberapa kesempatan. Dengan begitu, usaha mereka diharapkan menjadi kian kokoh.