Melalui ajang Cycling de Jabar 2022, wilayah Jawa Barat bagian selatan berpeluang mendunia. Kegiatan itu diikuti pebalap dari dalam dan luar negeri.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA, ADRIAN FAJRIANSYAH, ABDULLAH FIKRI ASHRI, CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
·4 menit baca
SUKABUMI, KOMPAS — Ajang Cycling de Jabar 2022 berpeluang membawa jalur selatan mendunia. Bersama dukungan anggaran pemerintah pusat, upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat lewat promosi wisata, infrastruktur layak, hingga pembangunan berkelanjutan diharapkan bisa terlaksana.
”Acara ini cikal bakal Jabar akan mendunia. Jabar selatan ini mirip Perancis selatan. Oleh karena itu, kami akan konsistenkan karena ajang ini tidak hanya urusan sepeda, tetapi juga pemberdayaan ekonomi dan pariwisata,” kata Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat melepas 69 peserta Cycling de Jabar 2022 di Pantai Palangpang, Geopark Ciletuh, Pangandaran, Sukabumi, Sabtu (27/8/2022).
Cycling de Jabar digelar Pemprov Jabar, Bank BJB, dan harian Kompas. Rute yang dilalui meliputi lima wilayah Jabar selatan, yakni Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Pangandaran. Digelar 27-28 Agustus, kegiatan berakhir di Alun-alun Paamprokan, Pangandaran, dengan total jarak tempuh 319 kilometer.
Emil mengatakan, jalan mulus yang akan ditempuh pesepeda memiliki banyak keindahan, mulai dari panorama sawah, air terjun, pegunungan, hingga laut. Emil berharap pengalaman pesepeda bisa dibagikan kepada banyak orang.
Potensi ekonomi dan ketangguhan manusia di sekitarnya juga luar biasa. Ia mencontohkan, tambak udang di sepanjang pantai. Kreativitas orang-orang yang membidaninya ikut menghasilkan pendapatan hingga ratusan juta setiap bulan.
Sejauh ini, komitmen pemerintah pusat mendukung pengembangan kawasan ini sudah muncul lewat Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan. Di sana, tercatat 170 program senilai Rp 392 triliun. Sebanyak 89 proyek senilai Rp 157 triliun terdapat di Jabar selatan.
”Kami menunggu realisasinya agar dua tahun ini bisa maksimal. Jika konsep Rebana melompatkan ekonomi, Jabar selatan ini menyetarakan ekonomi,” katanya. Rebana merupakan kawasan di Cirebon, Majalengka, Subang, Indramayu, dan Kuningan.
Untuk mewujudkan penyetaraan itu, Emil mengatakan, dorongan perbaikan infrastruktur, khususnya membuka aksesibilitas jalur tengah-selatan, sangat dibutuhkan. Jalur sepanjang 405 km itu membentang dari Lengkong-Segaranten-Tanggeung-Ciwidey-Pengalengan-Cikajang-Bantarkalong-Kertahayu.
”Infrastruktur sangat penting. Keberadaannya membuat potensi pariwisata, olahraga, dan beragam sektor ekonomi meningkat,” katanya.
Akan tetapi, ia menegaskan, pembangunan itu tidak akan meninggalkan digitalisasi, pemanfaatan energi terbarukan, anak muda, dan pembangunan berkelanjutan. Semuanya, kata dia, akan dilibatkan untuk meringankan warga keluar dari krisis pangan, energi, dan finansial.
Redaktur Pelaksana Harian Kompas Adi Prinantyo mengatakan, ajang ini tidak lepas dari semboyan Jabar Juara. Semboyan ini terwujud dalam banyak prestasi. Salah satunya, keberhasilan kontingen Jabar tampil sebagai juara umum dalam PON Jabar 2016 dan PON Papua 2021.
Dia berharap, lewat ajang ini akan muncul bibit pebalap sepeda dari Jabar berkaliber nasional, bahkan internasional. ”Selamat berlomba. Ayo kita nikmati keindahan Ciletuh hingga Pangandaran. Posisi start di sini menunjukkan makna ’ciletuh’, cinta yang buleud (bulat) dan utuh,” katanya.
Jatuh hati
Tidak butuh waktu lama bagi Anton Velmiakin (29), satu dari dua peserta mancanegara yang ikut dalam ajang ini, untuk jatuh hati pada keindahan alam Jabar selatan. Pesepeda asal Rusia itu mewakili Liberta Cycling Team.
Dalam etape pertama di Ciletuh-Sindangbarang, Cianjur, sepanjang 152 Km, barisan pegunungan hingga hamparan pantai selatan membuatnya takjub. Dari sana, ia semakin yakin Indonesia adalah negeri yang menyenangkan.
”Di sini bagaikan surga sehingga membuat saya semakin yakin tinggal lebih lama di Indonesia,” ujarnya yang mempersunting perempuan asal Ambon.
Rudi Permana (50), pesepeda asal Garut, mengatakan, Jabar selatan memiliki jalur yang sangat layak untuk perlombaan. Selain rute tanjakan-turunan dan datar, daya tariknya adalah jalan mulus dan lalu lintas relatif lengang. Antusias warga di pinggir jalan yang melambaikan tangan turut menambah semangat.
Suasana itu ikut membantunya tidak menyerah menempuh rute pertama. Sempat tertatih di tanjakan Ciletuh dengan kemiringan 3-20 derajat hingga dirawat tim medis akibat kram betis kanan di KM 110, ia memutuskan tetap mengayuh sepeda.
”Ada sesuatu yang tidak tuntas dalam diri saya saat dievakuasi. Maka, ketika kaki sudah lebih baik, sekitar 5 km kemudian, saya putuskan menyelesaikannya hingga finis,” kata dia yang pulih dari serangan jantung tahun 2015 setelah rutin bersepeda.
Hasilnya tidak mengecewakan. Rudi finis di urutan ke-47 dengan waktu 1 jam 15 menit 38,023 detik. Catatan waktu itu membanggakan di usia tidak muda dan baru rutin berlatih kembali pada Februari 2022.
Pembandingnya, Abdul Soleh (29), King of Mountain (KOM), jalur tanjakan itu dengan waktu 42 menit 25 detik. Soleh adalah atlet yang berlatih hampir setiap hari.
Menurut Soleh, semangat Rudi dan pesepeda senior lainnya menjadi contoh baik. ”Saya tidak pernah mau meremehkan lawan. Semua punya kesempatan sama jadi juara,” tuturnya.
Soleh dan peserta lainnya memang harus waspada. Di etape kedua sejauh 169 Km dari Rancabuaya, Garut, ke Pangandaran, Minggu (28/8), Rudi bertekad menjadi yang terbaik dalam intermediate sprint atau adu kecepatan sepanjang KM 71-74. Rudi berharap semangatnya bisa memotivasi yuniornya.
”Atlet itu harus terus berlatih dan mengejar prestasi. Saya saja yang sudah berumur tetap semangat,” ucapnya.