Bagi Kongzi, pemerintahan yang baik masih belum sebanding dengan pendidikan yang baik, yang mampu mengangkat harga diri dan martabat rakyat. Ujaran Kongzi ”Ada Pendidikan Tiada Perbedaan” menjadi slogan UNESCO.
Oleh
XS BUDI S TANUWIBOWO
·4 menit baca
Kalender Imlek yang kita kenal sekarang, pertama kali digunakan di masa Dinasti Xia, 2205-1766 sebelum Masehi (SM) sehingga lalu dikenal sebagai Kalender Xia. Setelah Xia runtuh dan digantikan Dinasti Shang (1766-1122 SM), Kalender Xia tak digunakan lagi, digantikan Kalender Shang yang awal tahun barunya dimajukan satu bulan sehingga jatuh di akhir musim dingin.
Ketika Shang rontok digantikan Dinasti Zhou (1122- 256 SM), kalender dan awal tahun barunya diganti lagi, maju bertepatan dengan pertengahan musim dingin, yang saat ini biasa dirayakan sebagai hari raya Dongzhi (sembahyang ronde).
Pergantian kalender dan awal tahun baru dilakukan kaisar pendiri dinasti sebagai legitimasi atau pertanda awal berdirinya dinastinya. Kongzi, Konfusius, yang hidup di masa Zhou (551-479 SM), yang juga ahli sejarah kuno, merasa kalender yang digunakan di zaman Zhou tak tepat bagi masyarakat yang notabene hidup dari pertanian dan membutuhkan kalender yang tepat dijadikan pedoman kapan mulai bercocok tanam.
Baginya lebih tepat kalender digunakan untuk kepentingan rakyat ketimbang hanya menjadi simbol legitimasi kekuasaan. Nasihat Kongzi ini tercantum dalam Kitab Lun Yu, Si Shu, Bab XV, Ayat 11.2
Namun nasihat Kongzi ini tak digubris dan baru terwujud kala Kaisar Han Wu Di dari Dinasti Han berkuasa. Pada tahun 104 SM, Kalender Xia—dengan berbagai modifikasi—diterapkan kembali setelah selama kurun 1.662 tahun (1766-104 SM) tak lagi digunakan. Untuk menghormati Kongzi, awal tahun penanggalan dihitung sejak tahun kelahiran Kongzi 551 SM. Sejak saat itu, meski dinasti demi dinasti silih berganti, penanggalannya tak lagi diubah-ubah.
Kalender Imlek yang kita kenal sekarang, pertama kali digunakan di masa Dinasti Xia, 2205-1766 sebelum Masehi (SM) sehingga lalu dikenal sebagai Kalender Xia.
Mengapa Kongzi memberi nasihat yang lebih mementingkan kepentingan rakyat? Ini tak lepas dari sifat kenabian Kongzi yang sangat meninggikan kesetaraan, kebersamaan, keadilan, kemanusiaan, dan keharmonisan (5K). Pada masa kehidupan sebelum Kongzi, yang boleh (memimpin) upacara persembahyangan hanyalah kaum bangsawan, bahkan terkadang harus kaisar sendiri yang dianggap sebagai perwakilan Tuhan. Rakyat biasa dilarang.
Kongzilah yang mengajarkan kesetaraan. Ia yakin dari raja sampai rakyat jelata punya kewajiban sama, membina diri. Pada zaman itu pendidikan juga dibatasi hanya untuk kaum bangsawan. Kongzi-lah yang pertama kali memberikan pendidikan untuk semua. Muridnya yang konon mencapai 3.000 orang berasal dari berbagai golongan. Bahkan, murid terpandainya, Yan Yuan, amat miskin.
Ujaran Kongzi yang terkenal ”Ada Pendidikan Tiada Perbedaan” bahkan menjadi slogan UNESCO. Bagi Kongzi, pemerintahan yang baik masih belum sebanding dengan pendidikan yang baik, yang mampu mengangkat harga diri dan martabat rakyat.
Spirit Kongzi
Meski Kongzi sangat meninggikan etika dan sopan santun, menjaga sikap saling hormat-menghormati, ini bukan berarti hanya searah atau sepihak dari yang muda kepada yang tua atau dari rakyat ke pemimpinnya belaka, tetapi berlaku timbal balik. Ukurannya kepatutan, kewajaran.
Apa yang tak diinginkan terjadi pada diri sendiri janganlah dilakukan pada orang lain. Apabila diri ingin dihargai, berusahalah terus mengasah diri dan menghargai orang lain. Pemimpin yang ingin dihormati haruslah lebih dulu mengasihi rakyatnya. Bukan hanya dengan retorika, melainkan sampai terwujud nyata.
Suatu ketika salah satu muridnya yang menjadi pejabat tinggi memberi nasihat kepada raja agar kerajaan menaikkan pajak karena kas negara dalam keadaan minim. Padahal, kala itu dalam keadaan paceklik. Kongzi marah dan memanggil muridnya. Dikatakan bahwa tak pantas pemimpin mau senang, sementara rakyatnya dalam kesusahan. Justru ketika rakyat sedang susah, pemimpinlah yang harus datang menolong. Akhirnya rencana kenaikan pajak pun dibatalkan.
Sifat kepedulian dan keinginan berbuat adil pada nasib rakyat inilah yang mendorong Kongzi mengusulkan penggunaan atau penghidupan kembali kalender yang sudah mati 1.662 tahun lamanya.
Tentang keadilan, Kongzi menegaskan bahwa apabila ada keadilan tidak akan ada persoalan persatuan. Apabila ada keadilan, tak ada persoalan dengan kemiskinan. Tersebarnya kekayaan akan menyatukan rakyat. Sementara penimbunan kekayaan akan menimbulkan perpecahan di antara rakyat. Maka, apabila pemimpin mampu menghilangkan egonya, dan lebih mengutamakan rakyatnya, niscaya negara akan kokoh kuat.
Semoga ketika kita merayakan hari raya Tahun Baru Imlek 2573 Kongzili ini kita mendapatkan masukan spirit dan semangat Kongzi yang menjunjung tinggi 5K. Selamat hari raya Tahun Baru Imlek 2573 Kongzili. Gong He Xin Xi, Wan Shi Ru Yi.
Xs Budi S Tanuwibowo Ketua Umum Dewan Rohaniwan/Pengurus Pusat Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin)