Presiden Jokowi: Pemerintah Kerja Keras Mengawal Transformasi Besar
Presiden Joko Widodo mengharapkan dukungan semua pihak dalam menjalankan berbagai transformasi besar. Transformasi struktural dilakukan agar Indonesia semakin kompetitif menghadapi dunia dengan tingkat kompetisi tinggi.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·5 menit baca
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/MUCHLIS JR
Presiden Joko Widodo saat memberi sambutan secara virtual pada acara Pengukuhan Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) dan Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional ICMI Tahun 2022 dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu (29/1/2022).
BOGOR, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menekankan bahwa pemerintah saat ini sedang bekerja keras mengawal beberapa transformasi besar, seperti transformasi ekonomi digital dan hilirisasi serta transformasi energi. Pembangunan ibu kota negara pun menjadi bagian dari transformasi.Dukungan semua pihak dibutuhkan dalam menjalankan berbagai transformasi besar tersebut.
Transformasi struktural dilakukan agar Indonesia semakin kompetitif menghadapi dunia dengan tingkat kompetisi tinggi saat ini. Indonesia mesti membuka lapangan kerja seluas-luasnya; menyejahterakan petani, nelayan, serta buruh industri; memfasilitasi pelaku UMKM agar bisa naik kelas dengan digitalisasi; dan mendukung peningkatan produk-produk dalam negeri. Banyak hal harus dilakukan dan, untuk itu, Indonesia harus mempermudah investasi besar, sedang, ataupun kecil dari dalam dan luar negeri.
”Itulah tujuan kita menetapkan Undang-Undang Cipta Kerja untuk menciptakan lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” kata Presiden Joko Widodo saat memberi sambutan pada acara Pengukuhan Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) dan Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional ICMI Tahun 2022 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu (29/1/2022).
Kilang MInyak di Tuban di PT Trans Pacific Petrochemical Indotama Tuban.
Bisnis pertambangan, minyak, dan gas, kata Presiden Jokowi juga harus melakukan hilirisasi di dalam negeri untuk memberikan nilai tambah yang besar di Indonesia, membuka lapangan kerja, dan sekaligus menghemat devisa kita.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Negara menuturkan bahwa transformasi ekonomi digital tidak luput dari perhatian pemerintah. Potensi ekonomi digital Indonesia di tahun 2025 diperkirakan sekitar 124 miliar dollar AS. Indonesia juga telah memiliki 2.229 startup, 1 decacorn, 8 unicorn, dan 8,4 juta UMKM yang dalam 5 tahun ini sudah masuk ke platform digital untuk menjual produknya. Data ini diyakini masih akan terus bertambah.
Selain itu, ada pula transformasi energi menuju energi baru dan terbarukan (EBT). Potensi EBT Indonesia mencapai 418 gigawatt, baik itu geotermal, angin, panel surya, bahan bakar nabati, arus bawah laut, dan tenaga air. Dekarbonisasi sektor transportasi juga dimulai dengan pembangunan mass urban transport. Pembangunan green industrial park terbesar di dunia, di Kalimantan Utara, juga sudah imulai.
Presiden Jokowi juga menuturkan bahwa program pembangunan ibu kota negara atau IKN di Kalimantan Timur adalah bagian penting dari transformasi. Program IKN bukan sekadar pindah gedung pemerintahan. ”Pindah ibu kota adalah pindah cara kerja, pindah mindset, dengan berbasis pada ekonomi modern dan membangun kehidupan sosial yang lebih adil dan inklusif,” katanya.
Kepala Negara menuturkan, IKN akan dijadikan sebagai sebuah showcase transformasi, baik di bidang lingkungan, cara kerja, basis ekonomi, maupun teknologi dan lain-lainnya. Hal ini termasuk di bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan yang lebih berkualitas serta tata sosial lebih majemuk dan toleran yang menjunjung tinggi etika dan mengedepankan akhlak mulia.
”Program IKN dan beberapa transformasi besar yang sedang berlangsung ini membutuhkan dukungan semua pihak. Kontribusi ICMI dalam transformasi Indonesia ini sangat kami harapkan, sangat kami butuhkan untuk bersama-sama membangun Indonesia Maju yang kita cita-citakan,” kata Presiden Jokowi.
Ketua Umum ICMI periode 2021-2026 Arif Satria menuturkan, cendekiawan yang memiliki sifat dan sikap amanah akan semakin memiliki legitimasi menyampaikan pesan-pesan inspiratif, mencerahkan, dan pesan-pesan untuk proses transformasi sosial. Transformasi sosial adalah keniscayaan karena dunia terus bergerak dan bangsa Indonesia mesti mampu merespons perubahan dan bahkan menjadi penentu kecenderungan perubahan.
Tiga disrupsi
Gerak dunia saat ini, kata Arif, dipengaruhi oleh tiga disrupsi besar yang telah terjadi dan mengubah tatanan dunia. Pertama, perubahan iklim yang memerlukan kemampuan adaptasi dan mitigasi. Kedua, Revolusi Industri 4.0 yang membuat dunia makin terkoneksi dengan cepat dan presisi melalui digitalisasi sehingga kehidupan sosial berubah nyata.
TANGKAPAN LLAYAR KANAL YOUTUBE SEKRETARIAT PRESIDEN
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) periode 2021-2026 Arif Satria saat memberi sambutan pada acara Pengukuhan Majelis Pengurus Pusat ICMI dan Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional ICMI Tahun 2022 di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (29/1/2022).
Ketiga, pandemi Covid-19 yang membuat dunia makin berada dalam ketidakpastian. Ketiga perubahan ini belum pernah terjadi sebelumnya sehingga belum ada bangsa mana pun yang punya pengalaman dan resep untuk menghadapi. Dalam posisi seperti ini, kuncinya terletak pada siapa yang lebih cepat berlari.
”Kecepatan berlari sangat ditentukan oleh kecepatan belajar, learning agility, mindset baru, dan kekuatan future practice. (Hal ini) karena kita menghadapi hal yang sama sekali baru. Maka, kita perlu cara pandang baru, perlu cara kerja baru, perlu cara belajar baru, dan punya kemampuan dan keberanian untuk memulai langkah baru,” ujar Arif Satria.
Dalam situasi baru seperti ini, menurut Arif, ICMI harus menjadi bagian dari arus besar perubahan. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah agenda transformasi sesuai dengan peran ICMI. Pertama, ICMI harus menjadi sumber inspirasi dan solusi kemajuan bangsa. Hal ini mengingat ICMI berisi para cendekiawan yang mestinya mempunyai nilai lebih dalam memahami arus perubahan dan menawarkan agenda-agenda solusi.
Kompas
Infografik Riset Angakatan Kerja Profesi yang Bertahan di Era Revolusi Industri 4.0
Oleh karena itu, ICMI harus menginspirasi dengan platform besar, yakni bagaimana mengonstruksi peradaban baru yang dipicu tiga disrupsi tersebut. Platform besar ICMI di era disrupsi harus memuat kerangka ideologis dan teknokratis tentang solusi masa depan. Hal ini bisa menjadi inspirasi bagi pemerintah, dunia usaha, ormas Islam, dan masyarakat umum semakin optimistis dalam merespons perubahan.
Kedua, ICMI harus menjadi rumah besar umat Islam. Peran universal ICMI tidak meninggalkan perannya dalam membangun kebersamaan umat Islam untuk proses transformasi ini. ICMI beranggotakan para cendekiawan yang sebagian juga berafiliasi pada sejumlah ormas besar Islam. ”Dengan demikian, ICMI bisa menjadi hub yang berfungsi memperkuat konektivitas antarormas Islam agar lebih sinergis dan kolaboratif dalam mewujudkan wajah umat Islam yang rahmatan lil alamin,” ujar Arif Satria.
Dengan demikian, ICMI bisa menjadi hub yang berfungsi memperkuat konektivitas antarormas Islam agar lebih sinergis dan kolaboratif dalam mewujudkan wajah umat Islam yang rahmatan lil alamin.
Ketiga, ICMI harus terus mengawal proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Demokrasi di Indonesia saat ini masih berciri demokrasi prosedural dan belum substansial. Namun, proses ke arah demokrasi substansial harus terus berlanjut hingga mencapai titik kematangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
”Di tengah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, ICMI harus menjalankan peran politik moral, bukan politik praktis. ICMI dapat berperan secara etik mengawal terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang sehat secara politik, adil secara sosial, dan makmur secara ekonomi,” tutur Arif Satria.