Dari Eklektik hingga Feminin di Paris Fashion Week
Dari ajang Paris Fashion Week yang menampilkan busana pria untuk musim gugur/dingin tahun 2022-2023 dapat kita saksikan betapa kreativitas di dunia mode adalah tanpa batas.
Pandemi tak menyurutkan kreativitas. Dari ajang Paris Fashion Week yang menampilkan busana pria untuk musim gugur/dingin tahun 2022-2023 dapat kita saksikan betapa kreativitas di dunia mode adalah tanpa batas.
Ajang Paris Fashion Week yang menampilkan busana pria untuk musim gugur/dingin 2022-2023 digelar di tengah merebaknya virus Omicron di Perancis. Hal ini membuat banyak desainer memilih menghadirkan karya mereka secara daring.
Dalam hajatan mode yang berlangsung pada 18-23 Januari 2022 tersebut dihelat 17 pertunjukan fisik, 29 presentasi fisik (digital dengan kehadiran), dan 30 pertunjukan digital. Terdiri dari nama-nama baru yang tengah bersinar di dunia mode hingga nama-nama besar, seperti Dior, Louis Vuitton, dan Hermés.
Selama hajatan berlangsung, aturan ketat diberlakukan. Para selebritis, desainer, dan jurnalis yang hadir harus menunjukkan bukti vaksin sebelum memasuki area peragaan busana.
Mereka juga diharuskan mengenakan masker dan duduk dengan pengaturan jarak sejauh satu meter. Jumlah fotografer yang terlibat juga diatur sangat minimum.
Beberapa nama besar yang tetap hadir menggelar peragaan busana adalah Louis Vuitton, Hermés, Kenzo, Rick Owens, Dior, dan Loewe.
Desainer Steven Passaro (29) yang baru pertama kali tampil di Paris Fashion Week adalah salah satu desainer yang memilih untuk menampilkan presentasi secara digital. Pandemi, harus diakui, telah memberi dampak siginifikan bagi rumah mode skala kecil seperti Passaro.
Passaro mengatakan, dia tak punya cukup dana untuk tampil penuh di panggung Paris Fashion Show, tapi video bisa menjadi pilihan.
”Ini adalah keikutsertaan pertamaku. Dan, ini jadi memungkinkan karena federasi tidak membutuhkan aku menggelar pertunjukan. Membuat video artinya hanya membutuhkan lebih sedikit dana,” ungkap Passaro pada The Associated Press. Kesempatan untuk tampil secara digital, ujarnya, memberikan kesempatan besar bagi rumah mode skala kecil seperti dirinya.
Situasi Passaro berbanding terbalik dengan nama-nama besar, seperti Louis Vuitton, Hermés, Kenzo, Rick Owens, Dior dan Loewe, yang menyuguhkan peragaan busana dengan penataan lokasi yang megah. Dior, misalnya, menghadirkan peragaan busana di Place de la Concorde Paris. Direktur Artistik untuk busana pria Dior, Kim Jones, mengkreasi ulang jembatan Pont Alexandre III, sebuah ikon ternama di Perancis, hingga berhasil menyuguhkan penataan lokasi bernuansa mewah untuk peragaan busana Dior.
Sementara Louis Vuitton yang menyuguhkan koleksi Virgil Abloh sebelum kematiannya pada November 2021 menghadirkan sebuah lanskap pinggiran kota yang tenang, dengan sebuah jalan dengan rumah-rumah impian beratap merah yang memberi kesan hangat. Tak ketinggalan Prada, Kenzo, Etro, Loewe, Jil Sander, dan Hermès yang hadir dengan penataan-penataan lokasi peragaan busana yang tak kalah spektakuler. Pandemi tampaknya tak mampu meredam pamor Paris sebagai kota mode dunia.
Kreativitas segar
Di tengah himpitan pandemi, para desainer pun tampak tetap berupaya berkarya menampilkan rancangan terbaik mereka. Ini terlihat dalam helatan Paris Fashion Week sepanjang tujuh hari. Nuansa kreativitas yang segar terasa menonjol sepanjang perhelatan.
Secara garis besar, hajatan mode Paris Fashion Week untuk busana pria musim gugur/dingin tahun 2022-2023 menyuguhkan rancangan-rancangan yang beragam. Mulai dari yang bernuansa eklektik, bermain-main dengan ukuran besar atau longgar, merepresentasikan apa yang ditampilkan di sinema, mengusung citra surialisme, bermain-main dengan iluminasi, serta mengusung nuansa feminin yang kental dan semangat kebebasan.
Salah satu yang menampilkan desain eklektik adalah Jonny Johansson dari Acne Studio yang mengambil inspirasi dari kartun sebagai pondasi koleksi rancangannya. Johansson menampilkan koleksi rancangan berupa kemeja sekuin dan potongan rajutan bertema abstrak, dan celana panjang bermotif tambal sulam. Sementara Anthony Alvarez dari Bluemarble menyuguhkan rancangan berupa jaket dengan pola tambal sulam, atasan motif celup, baju model piyama berjumbai, dan celana model baggy.
Desainer asal Tel Aviv, Hed Mayner, memilih siluet capricious yang memberi ruang antara pengguna dan busananya, seperti tampak pada rancangan blazer abu-abu dengan bagian pundak yang lebar dan bervolume yang dipadukan dengan celana model langsing. Paduan kontras ini menyuguhkan kesan nyaman dan santai.
Kenyamanan atau nuansa santai juga ditampilkan oleh Dior. Kim Jones membawa kembali salah satu siluet Dior yang popular di tahun 1947 berupa siluet jaket bar. Jones juga menggunakan warna paling favorit rumah mode Dior, yaitu trianon grey, yang kemudian dipasangkan dengan celana panjang kasual berwarna grey marl, cokelat, dan putih salju.
Demikian juga Jil Sander yang untuk koleksinya kali ini menghadirkan mantel panjang dari bahan suede dan katun jepang yang di bagian pinggang ”dipermanis” dengan scarf berbahan sutra. Tampilan ini menghadirkan kesan elegan sekaligus modis secara instan.
Paul Smith menyuguhkan rancangan bernuansa sinematik. Inspirasinya muncul dari poster film Jean-Luc Goddard yang dia temukan di kawasan Nottingham, Inggris. Inspirasinya juga muncul dari Fellini dan François Truffaut.
Smith, antara lain, menghadirkan permainan teknik warna kuat pada baju lengan panjang berwarna raspberry, dipadu dengan kemeja licin motif tak beraturan sebagai luaran. Smith juga membuat cetakan aktris Hollywood kreasinya yang menampilkan wajah seorang perempuan terselubung di antara mantel dan kemeja.
Julien Dossena dari Paco Rabanne menampilkan koleksi busana wanita. Dia bereksperimen dengan model-model pas badan dan lipatan yang menghasilkan siluete unik yang memberi efek visual dan sensorik sekaligus. Antara lain, berupa gaun ketat membungkus tubuh dengan aksen peplum berumbai di bagian pinggang yang dipasangkan dengan bolero mewah, juga gaun sekuin berumbai yang dipasangkan dengan kardigan penuh kilau.
Nuansa feminin yang sangat kental pada rancangan-rancangan ini serupa dengan yang dilakukan oleh Alaïa yang sejak lama dikenal dengan siluetnya yang bervolume dan arsitektural. Rancangan-rancangannya dikerjakan sepenuhnya dengan tangan dan memberikan perhatian penuh sekaligus merayakan bentuk-bentuk perempuan.
Seperti gaun berumbai yang menjuntai ke bagian kaki, gaun berbahan kulit yang dipermanis dengan ikat pinggang perak, serta gaun pas badan dengan aksen bulu-bulu halus di seluruh gaun. Dunia mode, sekali lagi, merupakan kreativitas berjalan tanpa batas.