Hukum Murid Makan Sampah, Guru di Buton Dilaporkan ke Polisi
Seorang guru di Buton dilaporkan ke polisi karena menghukum belasan murid kelas III SD yang ribut dengan memakan sampah plastik.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seorang guru di SD Negeri 50 Buton, Sulawesi Tenggara, dilaporkan ke polisi setelah menghukum murid dengan memakan sampah. Hal itu membuat beberapa murid di antaranya sakit dan alergi. Guru diharapkan tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik murid dengan benar dan tepat.
Seorang keluarga siswa, Prischa Leda (31), menceritakan, peristiwa ini terjadi pada Jumat (21/1/2022) pekan lalu. Saat itu, sebanyak 17 siswa kelas III berencana memberi kejutan kepada wali kelas mereka. Mereka mempersiapkan kejutan dengan suasana yang cukup ribut.
”Seorang guru yang mengajar di kelas IV, MW, merasa terganggu dan menyuruh murid untuk tidak ribut. Tapi, namanya anak-anak, apalagi mau bikin kejutan, pasti ribut,” kata Prischa, dihubungi dari Kendari, Kamis (27/1/2022).
Oknum guru MW tersebut, ia melanjutkan, kembali masuk ke kelas III itu. MW menutup pintu kelas dan menyuruh seorang murid untuk mengambil plastik dari tong sampah depan kelas.
Sebanyak 16 murid, kata Prischa, lalu disuruh berbaris dengan tangan di belakang. MW lalu mengambil sampah plastik dan menyumpal mulut setiap anak dengan potongan sampah tersebut.
”Setelah suruh telan sampah, ia keluar kelas. Kemenakan saya dan teman-temannya segera muntahkan sampah plastiknya,” ucapnya.
Akibat kejadian ini, kata Prischa, kemenakannya yang masih berumur 9 tahun tiba-tiba demam keesokan harinya. Tidak hanya itu, sang anak juga mengalami alergi di sekitar mulut yang diduga akibat menelan kotoran dari sampah plastik.
Gejala yang sama dialami oleh sejumlah murid lainnya. Karena dia dan keluarganya tidak terima atas perlakuan oknum guru tersebut kepada murid, kejadian itu dilaporkan ke kepolisian.
”Kemarin saya laporkan ke Polres Buto, karena orangtua mana yang menerima anak atau keluarganya dikasih makan sampah. Perbuatan seperti itu sudah bukan guru lagi modelnya. Mana ada guru yang kasih makan sampah ke muridnya,” katanya.
Saya kira masih banyak cara lain untuk mengajar siswa karena guru mengajar dan mendidik siswa. (Harmin)
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Buton Ajun Komisaris Aslim membenarkan ada laporan keluarga murid terhadap seorang guru SD Negeri 50 Buton. Laporan tersebut telah diterima dan mulai dilakukan penyelidikan.
Informasi sementara, kata Aslim, peristiwa siswa yang mengakibatkan memakan sampah terjadi di SD Negeri 50 Buton, pekan lalu. Setelah diketahui pihak keluarga, kejadian ini baru dilaporkan kemarin.
”Kami baru melayangkan surat untuk pemanggilan saksi-saksi, utamanya orangtua dan siswa yang bersangkutan. Baru setelahnya kami memanggil terlapor serta perwakilan sekolah,” katanya.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Buton Harmin menambahkan, terkait dengan kejadian itu, pihaknya datang langsung ke sekolah untuk melihat dan mendengar klarifikasi dari guru yang bersangkutan. Dari situ diketahui, guru tersebut memang memberi sanksi berupa memakan sampah plastik terhadap belasan siswa.
Menurut Harmin, kejadian ini bermula saat anak-anak di kelas III berulang kali ditegur agar tidak ribut. Akan tetapi, para siswa tetap gaduh sehingga membuat guru mengambil tindakan.
”Sampahnya itu adalah bungkus biskuit dari anak-anak yang baru dimasukkan ke tong sampah depan kelas. Dia suruh anak makan agar tidak ribut, begitu mungkin maksudnya,” kata Harmin.
Saat ini, ia melanjutkan, oknum guru tersebut tidak diberikan jam mengajar terlebih dulu, atau dibebastugaskan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Sebab, menghukum siswa dengan memakan sampah itu keliru dan tidak boleh dilakukan.
Selain itu, pihaknya masih menunggu perkembangan kejadian ini ke depannya. Terlebih lagi, kasus ini telah masuk ke ranah kepolisian setelah seorang keluarga siswa melapor.
”Di satu sisi, guru tersebut telah menunjukkan itikad baik dengan mendatangi keluarga siswa untuk meminta maaf. Saya harap kejadian ini tidak terulang dan bisa diselesaikan dengan baik. Saya kira masih banyak cara lain untuk mengajar siswa karena guru mengajar dan mendidik siswa,” katanya.