Konsistensi Pengendalian Pandemi di Tengah Ajang Internasional
Sejumlah ajang internasional yang akan digelar di Indonesia sepanjang 2022 akan menjadi pertaruhan bangsa di tengah pandemi yang masih melanda. Bagaimana kesiapan Indonesia?
Seperti pada tahun-tahun sebelum pandemi, Indonesia kembali memperoleh kepercayaan menjadi tuan rumah sejumlah ajang skala internasional. Beberapa kota di Indonesia secara bergantian akan menjadi penyelenggara kegiatan pada berbagai bidang yang akan diikuti oleh peserta dari berbagai negara.
Pertama, Indonesia akan mengemban posisi sebagai ketua G-20. Presidensi G-20 Indonesia yang mengusung tema ”Recover Together, Recover Stronger” merupakan catatan sejarah tersendiri bagi Indonesia. Inilah momen yang tepat untuk menunjukkan posisi Indonesia di dunia internasional.
Konsistensi pengendalian pandemi menjadi kunci kesuksesan penyelenggaraan.
Secara umum, ada dua jalur penyelenggaraan G-20 yang akan diselenggarakan oleh Indonesia. Pertama adalah jalur keuangan dengan beberapa agenda prioritas, seperti koordinasi untuk mendukung pemulihan kondisi ekonomi global, penguatan sistem pembayaran digital, serta pengembangan pembiayaan berkelanjutan. Presidensi G-20 Indonesia di jalur ini telah dimulai sejak Desember 2021.
Kedua adalah jalur sherpa dengan beberapa agenda prioritas, seperti transisi energi berkelanjutan hingga arsitektur kesehatan global. Agenda di jalur ini juga telah dimulai pada Desember 2021.
DKI Jakarta dan Bali akan menjadi kota penyelenggara sejumlah rangkaian pertemuan. Para delegasi dari berbagai negara juga akan berkumpul pada konferensi tingkat tinggi (KTT) yang direncanakan akan diselenggarakan pada Oktober 2022 di Bali.
Selain Presidensi G-20, Indonesia juga dipercaya sebagai tuan rumah peringatan Hari Pariwisata Sedunia atau World Tourism Day 2022. Bali ditetapkan sebagai tuan rumah dalam Sidang Majelis Umum ke-24 Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) yang dilaksanakan tanggal 30 November-3 Desember 2021 di Madrid, Spanyol. Kegiatan ini dijadwalkan akan diselenggarakan pada September 2022.
MotoGP
Di bidang olahraga, Indonesia juga akan menjadi tuan rumah sejumlah penyelenggaraan ajang skala internasional. Ajang terdekat yang akan segera diselenggarakan adalah MotoGP Mandalika di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, pada Maret 2022. Sama halnya seperti Presidensi G-20, penyelenggaraan MotoGP Mandalika adalah catatan sejarah baru bagi Indonesia.
Selain itu, dalam bidang sepak bola Indonesia juga dijadwalkan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala AFF U-16 dan U-19. Jadwal dan kota penyelenggara masih belum ditentukan. Ajang ini juga terbilang penting bagi Indonesia sebagai persiapan jelang menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2023.
Di olahraga bulu tangkis, turnamen Indonesia Terbuka dan Indonesia Master juga akan diselenggarakan pada Juni mendatang. Ajang rutin tahunan ini merupakan bagian dari rangkaian tur dunia Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) tahun 2022.
Baca Juga: Waspadai ”Gelombang Pasang” Pandemi
Pengendalian pandemi
Jika menengok sejumlah agenda penting penyelenggaraan kegiatan skala internasional, Indonesia perlu memberikan perhatian khusus pada penanganan dan pengendalian pandemi di sejumlah daerah penyelenggara.
Pasalnya, hingga saat ini daerah-daerah penyelenggara sejumlah ajang internasional masih belum menunjukkan konsistensi dalam pengendalian pandemi. Apalagi, saat ini Indonesia juga tengah berhadapan dengan merebaknya galur Omicron di beberapa daerah.
Jika menengok laju penambahan kasus secara nasional, Indonesia mengalami kenaikan kasus positif harian secara signifikan. Pada 22 Januari 2022, misalnya, terdapat 3.205 penambahan kasus positif di Indonesia. Penambahan ini merupakan rekor tertinggi sejak 22 September 2021. Indonesia pun mengalami tren kenaikan penambahan kasus sejak awal Januari lalu.
Menilik berdasarkan daerah, perhatian khusus perlu diberikan kepada daerah yang akan menyelenggarakan ajang internasional dalam waktu dekat. Daerah pertama adalah DKI Jakarta yang dijadwalkan menggantikan Bali sebagai tuan rumah pada salah satu rangkaian penyelenggaraan G-20 jalur keuangan pada pertengahan Februari mendatang.
DKI Jakarta mengalami tren kenaikan jumlah kasus sejak awal Januari 2022. Pada 21 Januari 2022, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat penambahan kasus harian di DKI Jakarta mencapai 1.484 kasus. Penambahan jumlah kasus ini adalah rekor tertinggi sejak 12 Agustus 2021.
Perlunya perhatian khusus bagi DKI Jakarta bukan hanya didasari pada penambahan kasus belaka. Jika merujuk pada indeks pengendalian Covid-19 dari Kompas, DKI Jakarta juga tercatat selalu mengalami penurunan skor indeks selama lima pekan terakhir. Indeks ini mengukur kondisi pengendalian pandemi Covid-19 di suatu daerah dari aspek manajemen infeksi dan manajemen pengobatan.
Dari skala 0-100, DKI Jakarta pada 17 Januari 2022 mencatatkan skor indeks sebesar 87 atau turun 9 poin dari empat pekan sebelumnya. DKI Jakarta adalah daerah dengan penurunan skor indeks terdalam di Indonesia dalam lima pekan terakhir.
Jika menilik berdasarkan aspek, DKI Jakarta konsisten mengalami penurunan skor indeks pada aspek manajemen infeksi dan manajemen pengobatan. Manajemen infeksi menengok indikator rata-rata kasus terhadap maksimal kasus, rata-rata perbandingan jumlah kasus dengan tes yang dilakukan atau tingkat kepositifan (positivity rate), dan persentase vaksin dua dosis terhadap jumlah penduduk.
Dari ketiga indikator ini, DKI Jakarta mengalami penurunan skor pada rata-rata kasus terhadap maksimal kasus. Kondisi ini disebabkan lonjakan penambahan kasus positif Covid-19 yang terkonfirmasi.
Berdasarkan aspek dan indikator ini, DKI Jakarta perlu menekan laju penambahan jumlah kasus. Artinya, upaya preventif menjadi kunci agar tidak terjadi lonjakan jelang penyelenggaraan rangkaian kegiatan G-20.
Sementara pada aspek manajemen pengobatan, indikator yang digunakan adalah total sembuh terhadap total kasus, rata-rata kematian terhadap total kasus, dan rata-rata tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit khusus Covid-19.
Dari ketiga indikator ini, skor keterisian tempat tidur rumah sakit khusus Covid-19 di DKI Jakarta mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan semakin banyak pasien yang dirawat di rumah sakit khusus Covid-19.
Kondisi ini tentu menjadi lampu kuning bagi upaya pengendalian pandemi di Ibu Kota. Jika dibiarkan dan tidak diikuti oleh langkah preventif dan kuratif, DKI Jakarta berpotensi mengalami lonjakan kasus hingga berdampak pada sulitnya mengakses layanan kesehatan bagi pasien Covid-19 seperti pertengahan tahun 2021.
Baca Juga: Lampu Kuning Kenaikan Kasus Covid-19 di Awal Tahun
Bali dan NTB
Selain DKI Jakarta, perhatian khusus juga perlu diarahkan kepada Bali dan Nusa Tenggara Barat. Kedua daerah ini juga menjadi tuan rumah penyelenggaraan ajang internasional pada 2022.
Khusus daerah Bali, skor indeks pengendalian Covid-19 selama lima pekan terakhir belum menunjukkan konsistensi. Bahkan, pada 3 Januari 2022 mengalami penurunan skor indeks hingga empat poin dari 87 menjadi 83 dari skala 0-100. Sejak pertengahan tahun 2021 atau saat Indonesia berjuang melawan gelombang kasus pandemi, inilah pertama kalinya Bali mengalami penurunan skor indeks sebanyak 4 poin.
Penurunan saat itu terjadi pada aspek manajemen pengobatan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Bali membutuhkan persiapan khusus pada aspek manajemen pengobatan guna meningkatkan angka kesembuhan dan menekan angka kematian.
Artinya, layanan kesehatan perlu dioptimalkan jelang menerima tamu dari berbagai negara dalam kegiatan KTT G-20 ataupun saat menjadi tuan rumah penyelenggaraan Hari and Pariwisata Sedunia.
Hampir serupa dengan Bali, perhatian khusus perlu diberikan kepada daerah Nusa Tenggara Barat yang akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan MotoGP di Mandalika, Lombok Tengah, Maret 2022 mendatang. Dari segi penambahan kasus, NTB memang masih mencatatkan penambahan dalam kategori rendah. Sepanjang Desember 2021 hingga Januari 2022, penambahan kasus harian maksimal menyentuh angka 12 kasus.
Jika berhasil menyelenggarakan ajang internasional di tengah pandemi tanpa lonjakan kasus, tentu ini akan menjadi pengalaman berharga bagi Indonesia.
Namun, di tengah rendahnya penambahan kasus harian, NTB belum mencatatkan konsistensi dalam pengendalian pandemi, khususnya pada aspek manajemen pengobatan. Skor pada indikator dalam aspek manajemen pengobatan masih fluktuatif dalam lima pekan terakhir, khususnya terkait dengan kesembuhan pasien. Artinya, fasilitas pelayanan kesehatan menjadi hal yang perlu dipersiapkan jelang pelaksanaan MotoGP.
Bagaimanapun, penyelenggaraan ajang internasional merupakan salah satu batu uji bagi Indonesia dalam pengendalian pandemi. Jika berhasil menyelenggarakan ajang internasional di tengah pandemi tanpa lonjakan kasus, tentu ini akan menjadi pengalaman berharga bagi Indonesia. (LITBANG KOMPAS)