Banjir Terus Berulang, Warga Cirebon Timur Desak Solusi Pemerintah
Banjir luapan Sungai Ciberes yang melanda delapan desa di empat kecamatan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (21/1/2022), merendam 2.512 rumah. Warga meminta solusi permanen atas banjir yang terus berulang.
CIREBON, KOMPAS – Banjir luapan Sungai Ciberes terus berulang di Kabupaten Cirebon bagian timur, Jawa Barat. Banjir hingga setinggi 150 sentimeter yang melanda pada Jumat (21/1/2022) malam itu tidak hanya merendam 2.512 rumah, tetapi juga memaksa ratusan warga mengungsi. Meskipun banjir berangsur surut, warga mendesak agar ada solusi dari pemerintah atas bencana yang masih mengancam tersebut.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cirebon, banjir merendam permukiman warga pada Jumat sekitar pukul 19.00. Setidaknya delapan desa di empat kecamatan terdampak. Desa itu adalah Mekarsari, Gunungsari, Ciuyah, Karangsari, dan Cibogo di Kecamatan Waled; Jatipiring (Karangwareng); Gembongan Mekar (Babakan); dan Dampyong Kulon (Gebang).
Banjir luapan Sungai Ciberes setelah hujan deras itu merendam 2.512 rumah. Sebanyak 13.055 jiwa terimbas bencana tersebut. Daerah terdampak paling parah adalah Gunungsari, Mekarsari, dan Ciuyah dengan ketinggian banjir hingga 150 cm. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Namun, sekitar 200 warga mengungsi ke Balai Desa Gunungsari.
Baca juga: Banjir Masih Mengancam, Cirebon Berlakukan Tanggap Darurat Bencana
Hingga Sabtu (22/1/2022) siang, banjir berangsur surut. Warga mulai kembali ke kediamannya untuk bersih-bersih. Sekitar 80 warga Gunungsari masih bertahan dalam tempat pengungsian di balai desa. Beberapa di antaranya warga lanjut usia, bayi, anak-anak, dan perempuan. ”Rumah saya masih kebanjiran, belum dibersihin,” kata Tursini (40), warga setempat.
Ia mengungsi bersama dua anak, termasuk yang berusia dua bulan, dan ibunya sejak air meninggi, Jumat malam. Mereka dievakuasi oleh polisi dan aparat desa menggunakan perahu karet. Di lantai dua balai desa, Tursini bersama pengungsi lain tidur beralaskan tikar. ”Saya enggak bisa tidur sampai sekarang. Tadi diperiksa, tensi saya tinggi, 150 (mmHg),” ucapnya.
Ia berharap, pemerintah daerah segera memberi solusi atas permasalahan banjir. Apalagi, bencana tersebut bukan kali ini terjadi. Nyaris setiap musim hujan, banjir melanda daerah yang berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat pemerintahan Cirebon tersebut. ”(Banjir) kali ini gede banget. Tahun-tahun lalu enggak kayak gini,” ucapnya.
Sekretaris Desa Gunungsari Aris Suherman mengatakan, banjir pada Jumat hingga Sabtu ini merupakan yang kedelapan kali selama musim hujan sebulan terakhir. Menurut dia, banjir luapan Sungai Ciberes itu dipicu hujan deras dan penyempitan sungai. Jika daerah hulu di Kuningan hujan, potensi banjir kian besar.
”Dulu, sebelum saya lahir, lebar Sungai Ciberes itu sampai 30 meter. Sekarang, paling 3 meter dan dangkal. Sudah banyak (pejabat) ke sini. Tapi, yang kami tunggu action (tindakan). Sampai saat ini, belum ada perbaikan,” lanjut Aris yang kini berusia 40 tahun. Jarak sungai ke balai desa sekitar 500 meter.
Selama ini, pihaknya baru berupaya tanggap bencana. ”Kalau Bendungan Ambit limpas di angka 30 sentimeter, misalnya, kami langsung woro-woro (mengumumkan) supaya warga siap-siap. Dari Ambit ke sini butuh dua jam. Kami tawarkan warga evakuasi. Tapi, banyak juga yang belum mau,” ungkapnya.
Selain itu, warga juga berusaha meninggikan bagian depan rumahnya untuk menngantisipasi banjir. Ada juga yang meningkatkan rumah. Akibatnya, warga harus mengeluarkan dana pribadi. Pihaknya pun berharap ada solusi permanen atas banjir yang terus berulang, terutama saat musim hujan.
Kepala Kepolisian Resor Kota Cirebon Komisaris Besar Arif Budiman mengatakan, petugas, posko pengungsian, dan dapur umum tetap disiagakan jika banjir terjadi lagi. Apalagi, awan gelap mulai tampak Sabtu sore. ”Banjir ini sudah terjadi beberapa kali. Ini evaluasi untuk menangani persoalan di hulunya. Kami akan komunikasikan dengan pemda,” tuturnya.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Kertajati, Ahmad Faa Izyin, mengatakan, hujan deras pemicu banjir masih mengancam Cirebon dan sekitarnya. ”Perkiraan musim hujan Januari hingga Februari. Prakiraan curah hujannya 300 sampai 500 milimeter per bulan atau kategori tinggi dan sangat tinggi,” ungkapnya.
Baca juga : Banjir Masih Mengancam Cirebon, Tempat Pengungsian Disiapkan